PANGGUNG ATAU MEZBAH


PANGGUNG ATAU MEZBAH
Pdt Christ Manusama

Segala sesuatu selalu dimulai dengan penyembahan. Jika kita renungkan: “Kenapa orang ke gunung Kawi, kenapa orang pergi ke dukun?” Mereka pergi untuk mendapat jawaban atas pergumulan mereka. Tapi semuanya dimulai dengan penyembahan. 

Sebab memang ada hubungannya penyembahan dengan hidup berkelimpahan, ada hubungannya penyembahan dengan hidup sehat.

Alkitab memperkenalkan kepada kita bahwa ada satu pribadi yang layak untuk menerima penyembahan dan Dia tidak pernah mengecewakan. Tapi ada selaput yang menjadi benteng yang menghalangi kita sehingga kita tidak dapat masuk dalam kepenuhan dari penyembahan. Benteng itu namanya ‘Agamawi’. Roh agamawi inilah  yang selalu membentengi kita.

Wahyu 3 adalah tulisan bukan untuk orang fasik, tapi surat untuk gereja-gereja. Ketika kita bicara tentang Tuhan, tentang kebaikan dan kebesaran Tuhan, sementara kita tidak mengenal-Nya, Tuhan tidak suka hubungan seperti itu. Kita dipanggil untuk menjadi murid Tuhan, bukan sekedar jadi orang percaya. Sebab orang percaya belum tentu seorang murid, tapi murid Tuhan sudah pasti adalah orang percaya.

15 Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!  16 Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. (Wahyu 3:15-16)

Artinya ada banyak orang mengaku kenal Tuhan tapi Tuhan tidak mengenal mereka.
Ibadah yang diterima adalah ibadah yang lahir dari kehidupan yang diubahkan. Kekristenan tanpa pengalaman diubahkan, maka kita sedang gagal jadi Kristen. Penyembahan yang tidak lahir dari kehidupan yang diubahkan hal itu bukanlah penyembahan. Penyembahan dalam Roh tidak akan cukup tanpa kebenaran Roh.

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. (Matius 23:27)

Kurang saleh apa ahli Taurat dan orang Farisi. Semua aturan dalam hukum Taurat mereka lakukan. Tapi Yesus mengecam mereka. Jika Roh kudus tidak ada di dalam kita, maka penyembahan kita bukanlah penyembahan yang sejati.

22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, ….. (Yohanes 4:22-23)

Sebelum kita lahir baru, kita juga menyembah apa yang tidak kita kenal sekalipun kita dilahirkan sebagai orang yang beragama Kristen. ‘Penyembahan’ terjadi karena ada hubungan. Kita akan mengetahui banyak perkara-perkara rohani ketika kita berjumpa dengan Tuhan.

Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, … (Wahyu 3:17)

Di puncak karir kita, seringkali kita berpikir bahwa kitalah arsitek hidup itu. Kita merasa kita tahu tentang masa depan. Mungkin karena kita dapat memprediksi keadaan ekonomi atau iklim investasi beberapa tahun ke depan.

Seringkali kita mengaku sebagai pengikut Kristus, tapi kita gagal menunjukan kehidupan rohani kita. Kita gagal dikenal sebagai murid Kristus. Dalam panggilan kita selaku orang percaya ada dua kata yang dipakai sebagai analogi, yaitu: ‘Panggung’ dan ‘Mezbah’. Ini adalah dua sisi kecendrungan yang akan muncul ketika kita membangun kehidupan di dalam Tuhan.

Dalam pelajaran Tabernakel, kunci dari semuanya ada di ‘Mezbah’. Ada Mezbah korban bakaran dan ada Mezbah dupa (penyembahan). Dari mezbah dupa itulah kita masuk menembus tirai ke ruang maha kudus.

Ada ‘panggung’ dan ada ‘mezbah’. Panggung membuat orang menuntut segala sesuatu, tapi mezbah membuat orang rela meletakan segala ssuatu.

Nyanyian-nyanyian kita sering kali tidak cocok dengan kondisi sesaat kita. Misalnya ketika ada musibah, kita tetap menyanyikan Tuhan baik. 

Hal ini tidak cocok bagi orang-orang dunia. Inilah bedanya panggung dan mezbah. Waktu kita setuju dengan Tuhan walaupun keadaan kita sedang sakit, namun kita tetap katakan Tuhan baik. Itulah mezbah.

Panggung membuat kita menghirup puji-pujian, menikmati suara dan tepuk tangan. Tapi mezbah sunyi dari gempita dan penghargaan.

Kita berdoa dua jam, kita rajin membaca Alkitab berjam-jam bukan supaya Tuhan tambah mengasihi kita, sebab Tuhan sudah mengasihi kita. Paulus menulis, “Kristus sudah mati selagi kamu di dalam dosa”. Jadi jika kita berdoa dan membaca Alkitab hal itu supaya kitalah yang lebih mengasihi Tuhan. 

Kerinduan untuk bergaul dengan Tuhan, ingin tahu lebih banyak dan ingin mengenal Dia lebih dalam. Itulah yang seharusnya bagi orang-orang yang ada di ‘mezbah’.

Panggung hanya mengerjakan sesuatu yang sesaat kemudian hilang. Panggung juga adalah satu kebanggaan. Sedangkan mezbah adalah ekspresi tahu diri, dimana kita memiliki segalanya, namun kita tidak merasa memiliki segalanya, sebab kita tahu bahwa semuanya datang dari Tuhan. Tidak ada yang salah dengan kekayaan, tapi seringkali kita berhenti sampai di kaya. Tidak ada kesadaran rohani bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Daud ketika menghadap hadirat Tuhan dia berkata, “Tuhan, aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu” (Maz.73:22). 

Daud memiliki segalanya tapi dia tahu diri bahwa semuanya berasal dari Tuhan. Panggung mendorong kita untuk berebut siapa yang harus di depan. Tapi Mezbah membuat kita bersedia ada di tempat yang paling bawah jika hal itu membuat orang lain dapat naik ke atas. Panggung penuh lampu sorot, sangat menyilaukan. Mezbah dimulai dari satu sinar yang kecil, tapi lama-kelamaan apinya semakin terang sampai menjadi suluh yang menerangi sekitanya. Itulah api di bait Allah. 
Panggung sering membuat kita merasa penting dan terutama. Di sana ada bau kedagingan yang menyengat (gila pujian). Tapi di mezbah ada bau harum yang keluar dari kedagingan yang dipontong dan diletakan di atas air mata. Itulah air mata penyembahan. Air mata penyembahan tidak pernah jatuh di lantai, karena ditampung di kirbatnya Allah. 
Panggung adalah rumah bagi para bintang untuk beraksi, tapi mezbah adalah tempat para hamba untuk memberi.

10 maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: 11…. (Wahyu 4:10-11)
Apa mahkota kita? Mahkota kita saat ini adalah pangkat, harta, nama besar, ilmu dsb.

Di dalam hadirat Tuhan, kita tidak akan sanggup mengenakan mahkota-mahkota kita. Sebab hanya Dia yang layak di agungkan, dimuliakan dan ditinggikan.
maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. (Wahyu 3:18)

Ada beberapa benda penting di sini: emas, api, pakaian putih, minyak.  ‘Api’ bicara tentang Roh kudus yang mengambil fungsi untuk membersihkan dan memurnikan emas. Hanya Roh kudus yang dapat membersihkan hidup kita.

Jika Roh kudus telah menyelesaikan fungsiNya di dalam kita, maka kaya hanya akibat dalam hidup kita. Kaya yang benar di sini bukan harta lebih dahulu, tapi kaya dalam hal pengalaman dengan Tuhan. Sebab ada banyak orang kaya tanpa Tuhan. Kaya di dalam Tuhan artinya kita tidak kuatir akan hari esok. ‘Pakaian putih’ bicara tentang status kita secara rohani. Waktu saudara selesai dibersihkan, maka saudara dikenakan pakaian putih supaya tidak kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan itu. Tanpa itu kita menjadi tontonan yang memalukan.  

‘Minyak’ bicara tentang fungsi Roh kudus untuk mengurapi dan melumas mata supaya kita dapat melihat. Sebab mata adalah jendela tubuh dan tubuh kita adalah bait Allah (rumah Tuhan). Bayangkan hal ini: Tuhan yang menciptakan langit dan bumi memilih tinggal di dalam tubuh kita. Ini hal yang luar biasa.

19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!  20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.  … 22 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” (Wahyu 3:19-22)

Ada satu tuntutan kudus dari Allah yaitu: Telinga untuk mendegar. Artinya pertumbuhan kita jangan berhenti di sini. Jangan puas dengan keadaan yang sekarang.

Maukah Anda menjadi satu-satunya orang yang rindu dan berkata “Ini aku Tuhan, aku mau seperti yang Engkau kehendaki.” Amin.
Penulis :

Joshua Ivan Sudrajat

Komentar

Postingan Populer