SENI MEMBUAT PILIHAN


SENI MEMBUAT PILIHAN
GBI ROCK AMBON
Ps Chris Manusama
Minggu, 15 Juli 2018.


Mengingat kita sedang hidup di ujung agenda Tuhan (God’s Time Table), penting untuk kita menyadari dan mengejar pengalaman mendengar suara Tuhan. Menurut kitab Wahyu, akan tiba masa kesengsaraan besar atau The Great Tribulation. Oleh karena itu, agar kita dapat keluar sebagai pemenang, kita perlu melatih diri kita untuk mendengar suara Tuhan. Hal ini dapat dicapai lewat hubungan yang kita bangun dengan Tuhan dan penyembahan kita kepada-Nya. Pada akhir zaman, segala cara akan ditawarkan untuk mencapai sesuatu di dunia, termasuk ‘sihir’. Sebagai gereja, kita harus mengalami perubahan di dalam diri kita. Perlu ada orang-orang percaya dengan mantel kerasulan di dunia kerja untuk membawa berita keselamatan di tengah dunia.
Terkadang kita berpikir bahwa kita punya iman. Padahal sebenarnya bukan kita yang menciptakan iman, melainkan iman adalah pemberian Tuhan ketika kita percaya kepada-Nya dan menerima Yesus  sebagai Tuhan dan Juruselamat. Saat itulah iman  Yesus  menjadi bagian kita.

Mengapa iman tidak bekerja?
Pada saat Yesus dan para murid berlayar di tengah badai yang menggoncang perahu mereka, para murid tersebut kemudian berteriak ketakutan. Pada saat itu, Yesus tidak mengatakan bahwa mereka tidak punya iman tetapi Yesus menanyakan kepercayaan mereka.

Iman dan percaya adalah dua hal yang berbeda. Iman sudah Tuhan taruh di dalam kita saat kita memutuskan untuk lahir baru dan percaya Tuhan Yesus sebagai juruselamat. Percaya merupakan suatu kata kerja yang menunjukkan tindakan seseorang yaitu kita. Saat kita percaya, iman menjadi aktif.
Dalam mendengar Tuhan, proses yang sering kita akan alami adalah proses ‘salah mendengar.’ Bukan hanya suara Tuhan yang dapat kita dengar, tetapi ada pula berbagai macam suara yang dapat kita dengar dalam menentukan pilihan kita. Dengan demikian, ada kemungkinan bagi kita untuk salah mendengarkan suara Tuhan. Akan tetapi, kita tidak perlu takut akan kesalahan-kesalahan tersebut. ‘Kesalahan’ dan ‘berbuat dosa’ adalah dua hal yang berbeda. Melakukan kesalahan tidak berarti kita sedang berbuat dosa. Namun, saat melakukan kesalahan kita perlu belajar dari kesalahan tersebut. Hal ini penting untuk terus dilakukan agar kita semakin menjadi tajam dalam memahami kehendak Tuhan.
Mendengar suara Tuhan seharusnya tidak hanya dilakukan pada hari Minggu. Kita harus memiliki kerinduan untuk mendengar Tuhan setiap hari, dalam segala tantangan yang kita hadapi dimanapun kita berada. Kita harus mengerti Tuhan melalui mendengarkan-Nya secara langsung, bukan hanya melalui cerita orang lain.

Setiap hari kita diperhadapkan dengan pilihan. Banyak hal-hal buruk yang datang di hadapan kita dengan memberikan kesan yang baik. Pada saat inilah kita harus memilih sebagai orang yang benar.

Yeremia 10:23 TB Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.
Tuhan memberikan kita otoritas untuk mengatur hidup kita sendiri, tetapi kita hanya bisa mencapai potensi maksimal kita saat kita mengandalkan Tuhan. Penting untuk menaruh fokus kita pada pikiran Allah. Hal ini bukan berarti kita meninggalkan pekerjaan kita dan hanya berdoa dan berkhotbah, tetapi fokus pada pikiran Allah berarti saat banyak suara datang, kita dapat mengidentifikasi apa yang menjadi kehendak Tuhan. Namun kita perlu menyadari bahwa suara Tuhan dan kekhawatiran dapat datang secara bersamaan karena bagian dari diri kita yang mendengarkan Tuhan atau merenungkan Firman Tuhan juga merupakan bagian dari diri kita yang dapat menjadi khawatir. Oleh karena itu, kita perlu melatih diri kita untuk membuat pilihan yang benar.
Abraham merupakan seorang yang mendengarkan Tuhan sejak awal Tuhan menyuruh Abraham meninggalkan negerinya. Kesalahan Abraham adalah melakukan hal yang tidak disuruh Tuhan yaitu mengajak Lot. Pada saat keduanya hendak berpisah, Abraham meminta Lot untuk memilih daerah yang akan menjadi bagiannya, Lot kemudian memilih semua yang indah menurut pandangan matanya, sehingga semua hal tersebut menjadi miliknya. Apa perbedaan Abraham dan Lot? Abraham meminta Tuhan untuk memilih baginya. Tuhan pun memberikan apapun, sejauh mata  Abraham  memandang  menjadi  miliknya.
Kita tidak perlu marah ketika orang lain mengambil bagian kita, misalnya proyek, posisi, dsb. Mengapa kita menjadi marah? Karena kita tidak mendengar Tuhan. Suara Tuhan dan kekhawatiran dapat datang secara bersamaan, tetapi saat kita dapat memilih dengan benar, hal itu akan menjadi suatu keuntungan bagi kita.

2 Korintus 10:4-5 TB 4karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. 5Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus, …

Senjata duniawi dapat berupa filosofi-filosofi, kekuasaan, maupun posisi. Allah tidak memberikan kuasa-Nya untuk dicampur dengan kuasa kita. Kuasa Allah yang bekerja di dalam kita akan membuat kita mengakui kebesaran-Nya lebih daripada diri kita sendiri dalam melakukan suatu hal. Kuasa itu ditaruh di dalam diri kita untuk menawan segala tipu daya.

Yesaya 26:3 TB Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.

Tidak ada syarat lain untuk mengikut Tuhan, kita hanya perlu percaya dan mengandalkan Tuhan. Saat kita tidak berada dalam damai sejahtera yang sempurna, maka pikiran kita tidak tertuju kepada Tuhan. Saat pikiran kita tidak tertuju pada Tuhan dan tidak mendengarkan-Nya, kita sedang mendengarkan segala ‘sampah’ yang berasal dari dunia.

Kita dapat memulai dengan bertanya pada diri sendiri dan berbicara dengan-Nya tentang makna kehidupan; Apa yang menjadi keinginan Tuhan dari diri kita, apa profesi kita sekarang adalah tepat, apakah ada yang lebih dari diri kita, dan sebagainya. Saat kita mau memulai dengan hal-hal tersebut, Firman Allah akan bekerja untuk memfokuskan perhatian kita pada hal-hal yang berasal dari Tuhan. Hal ini akan terjadi saat kita mau berhenti membatasi Allah dan memberikan-Nya kesempatan untuk berbicara kepada kita. Kebanyakan dari kita berdoa dengan hanya terus berbicara mengenai apa yang menjadi daftar keinginan kita tanpa mendengarkan Tuhan. Doa adalah tentang berkomunikasi. Definisi ‘doa’ menurut literatur adalah mencium wajah Tuhan. Kita perlu memberikan ruang untuk Tuhan berbicara. Apabila doa kita tidak pernah dijawab, maka kita perlu mengubah metode kita dalam berdoa.

1 Korintus 1:27 TB Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, …

Salah satu jebakan yang dapat menghalangi kita adalah ketika kita mengandalkan bakat kita dan merasa bahwa kita dapat menyelesaikan segala sesuatu sendiri. Jebakan ini cenderung muncul pada saat kita sedang berada di puncak karir. Kita mulai berpikir bahwa kitalah arsitek dari hidup kita dan tidak lagi mengandalkan Tuhan. Hal ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak menyukai orang-orang berpendidikan, kaya, maupun berbakat. Hanya saja ketika seseorang memiliki semuanya, dia cenderung berpikir bahwa dia mengetahui segala sesuatu. Padahal ada saat dimana uang maupun pangkat kita berhenti ‘berbicara’. Kita perlu  meluangkan waktu untuk mulai melatih diri kita  berbicara dengan Tuhan mengenai hidup kita masing-masing. Saat kita mau memberi kebebasan total pada Tuhan, kita akan menjadi tenang.

Amsal 4:26 TB Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu.
Pertimbangkan segala jalan yang sedang kita lewati hari ini. Kita perlu izinkan Tuhan berbicara bagi kita.

Yohanes 10:27 TB Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,
Pada saat kita tidak mendengar suara Tuhan, itu berarti ada yang salah dengan pendengaran kita. Sebab Tuhan selalu ingin berbicara dengan kita. Kita perlu sadari bahwa Tuhan ingin berbicara dengan kita dan kita dapat mendengarkan suara-Nya. Saat kita rindu berbicara dengan Tuhan, Tuhan pun jauh lebih rindu untuk berbicara kepada kita, karena kita adalah anak-anak Tuhan. Hal ini juga yang menjadi alasan untuk Tuhan mati di kayu salib.

Ulangan 30:19 TB Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,
Seni membuat pilihan adalah bukan tentang ‘boleh dan tidak’, tetapi apakah Tuhan dimuliakan dalam segala pilihan dan keputusan yang kita buat. Amin.

Sumber dari YouTube
Joshua Ivan Sudrajat

Komentar

Postingan Populer