UMUR ROHANI

UMUR ROHANI
Pdt Petrus Agung Purnomo

Umur rohani seseorang tidak dapat dilihat dari umur jasmaninya. Ada orang-orang yang sudah berumur, tetapi umur rohaninya masih muda. Usia jasmani bertambah setiap tahunnya, tetapi usia rohani belum tentu. Bahkan sekian tahun kita menjadi Kristen pun tidak menentukan kematangan rohani kita. Ada orang yang jauh lebih tua secara umur jasmani, tetapi tidak dapat dipercayai dan hidupnya tidak menjadi contoh dalam Kekristenan.

Indikasi kedewasaan di dalam Alkitab adalah
“Kemampuan kita menangani masalah, kekurangan, atau penderitaan
dan kesanggupan menangani berkat, kemuliaan, dan anugerah yang Tuhan berikan.”

Kedewasaan rohani berkata, “Apakah kita bisa meng-handle dengan baik  kedua ekstrim ini?” Ada orang yang sangat baik saat meng-handlependeritaan. Ketika hidup mereka bergeser dan Tuhan mengizinkan mereka untuk menikmati hal-hal yang baik, enak, berkelimpahan, serta semua hal yang semua serba mudah, hidup mereka mulai bergoyang. Tindakan, respon, perkataan, cara pandang, bahkan integritas mereka hilang. Hal ini menunjukkan ketidakstabilan atau ketidakdewasaan rohani.
Kita akan mempelajari dari Alkitab, tentang titik paling kritis yang dialami Yesus, yaitu saat Yesus berada di Taman Getsemani. Kita akan melihat dari sudut pandang “kemanusiaan Yesus”, supaya kemanusiaan kita juga dibangun oleh karena kemenangan-Nya.

Matius 26:36-46
“Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat.Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat."”
·         Yesus berkata, “Rasanya seperti mau mati”. Pernahkah kita mendengar orang skeptis (kurang percaya) berkata, “Katanya Engkau Tuhan.. Tapi kok takut mati..” Mudah sekali berbicara seperti itu. Tapi pernahkah kita menempatkan diri di posisi Yesus? Dia harus  mengalami kematian untuk menanggung semua dosa manusia dari semenjak penciptaan sampai ke akhir zaman. Semuanya  ditanggungkan ke diri-Nya sekaligus.
   Contoh yang cukup menggambarkan tentang penderitaan yang Yesus alami, adalah seperti seorang wanita yang mau pergi ke undangan. Dia sudah memakai gaun pesta, pergi ke salon menata rambut begitu rupa, disemprot hairspraydi seluruh bagian rambut, dan bajunya diberi parfum terbaik. Tiba-tiba, Ps. Viktor berkata, “Ibu, mari ikut saya. Di penampungan sampah XX, ada gunung sampah. Di atas gunung sampah itu ada anak yang tergeletak. Saya perlu ibu untuk membantu, karena ibu adalah pendaki gunung yang hebat.” Pada situasi kondisi ini, ibu ini harus berbuat suatu tindakan untuk menolong anak yang tidak dikenal.. Anak yang akan ditolong pun tidak kenal dengan ibu ini.. Ibu ini memutuskan untuk naik ke gunung sampah dengan menggunakan sepatu hak tinggi untuk memungut 1 orang bayi yang hampir mati, dikerubuti lalat, dan digigiti semut dan serangga.
   Tuhan yang tidak pernah berdosa, harus mengalami kematian. Kita kadang berpikir terlalu simple, “Mati itu berarti roh kembali ke Bapa”. Tapi bukan itu yang Yesus pikirkan saat itu. Dia berhadapan dengan dosa seluruh manusia. Oleh karena itu, Yesus berkata, “Rasanya seperti mau mati”.


Reaksi Yesus ketika Dia berada di titik yang paling berat ini adalah mengambil 3 orang murid-Nya untuk menemani Dia berdoa di Taman Getsemani. Jangan malah kita mengambil mikrofon, bicara di TV, radio, dan teriak, “Tolong saya, saya dalam masalah!” Percayalah, sebagian besar orang yang mendengar akan bertepuk tangan. Pertolongan yang akan datang pada kita adalah tipuan hati manusia, yang memanfaatkan situasi dan kondisi yang kita alami.
Coba pelajari dari kehidupan Yesus. Saat Yesus memberi makan, Dia panggil ribuan orang untuk datang pada-Nya. Saat Yesus menyembuhkan orang-orang sakit, juga bukan masalah apabila Dia menunjukkan ke-Tuhanan-Nya di depan banyak orang. Tetapi di saat yang paling berat, Dia memutuskan untuk menghadapinya sendiri. Hanya 3 orang saja yang boleh mendampingi Dia.
Sekarang, apa reaksi kita ketika persoalan dan permasalahan semakin berat di dalam hidup kita? Apakah kita semakin ingin teriak pada banyak orang? Apakah dengan teriakan kita akan menolong atau malah makin memperburuk suasana? Mengapa kita lebih mengandalkan teriakan kita? Kalau kita teriak sana-sini, itu tandanya kita masih seperti bayi. Bayi kalau membutuhkan sesuatu, dia akan berteriak, dia berharap seluruh rumah dapat mendengar teriakannya.
Berkali-kali saya naik pesawat, ketika mau take off dan landing, banyak teriakan dan jeritan dari bayi-bayi. Pertanyaannya, “Apakah seluruh pesawat berkata oo bayi itu lucu ya.. Teriak-teriak?” Ada beberapa orang berkata, “Ini anak rewel banget sih”. Ada orang-orang yang tidak mau punya anak berkata, “Ini bayi.. Membuat bising pesawat saja..” Dan orang-orang yang tertidur akan berkata, “Awas loh bocah.. Mengganggu tidur orang saja..” Lihat.. Reaksi orang berbeda-beda.
Yesus di tengah penderitaan-Nya yang berat, Dia dihadapkan pada kehendak Bapa dan kehendak manusia-Nya. Dia tidak pergi kepada banyak orang dan mengumpulkan orang-orang untuk mendukung Dia. Kalau Yesus mengumumkan hal ini, ada puluhan ribu orang akan berkumpul, Yesus tingga melakukan demonstrasi kuasa, dan kemudian menyampaikan pidato, “Moso aku mo dicekeli piee..” Ribuan  orang akan berteriak, “Jangan sampai hal itu terjadi pada-Mu”. Semua orang akan pergi dan melakukan demonstrasi ke Herodes dan akan terjadi huru-hara. Bayangkan kalau saat itu Yesus bercerita kemana-mana, orang-orang yang pernah disembuhkan akan berkumpul, orang-orang yang pernah dibangkitkan akan berkumpul juga, dsb. Kalau versi Holywood, Yesus akan pergi ke makam, dan Dia akan membangkitkan semua orang mati, maka zombie-zombie (mayat-mayat hidup) akan memenuhi dunia.
Ibrani berkata, “Kita mempunyai Imam Besar yang mengerti apa yang kita rasakan”. Dia mau membela kemungkinan. Kemungkinan artinya sebuah kekuatan dari pengaruh dan kekayaan yang besar. Yesus berkata dalam doa-Nya yang pertama kali, “Kalau gini, bagaimana Tuhan?” Lalu kemudian Yesus berkata, “Bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu yang jadi”. Yesus berdoa seperti itu dan kemudian kembali kepada para murid-Nya setelah kira-kira Yesus berdoa selama 1 jam. Yesus berdoa selama 1 jam, dengan menggunakan 2 kalimat. Kita berdoa 1 menit dengan seribu kalimat. Lihat.. Betapa cerewetnya manusia dengan omong kosong.
Yesus menengok ketiga temannya saat Dia berada di tengah masalah yang paling berat di hidup-Nya. Dia masih tetap ingat ada 3 orang yang mengikuti-Nya untuk berdoa. Tetapi mereka tertidur. Walau para murid tertidur, dari mulut Yesus tetap keluar nasehat yang luar biasa. Dia berkata pada Petrus, “Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga 1 jam saja dengan-Ku, supaya engkau tidak jatuh pada pencobaan? Roh memang penurut, tetapi daging lemah.”
·         Dalam ayat ke 40 versi Amplified Bible, dikatakan bahwa, “And He came to the disciples and found them sleeping, and He said to Peter, What! Are you so utterly unable to stay awake and keep watch with Me for one hour?” Yesus menunjukkan reaksi kaget dengan berkata “What!! Apakah engkau tidak sanggup untuk terbangun dan berjaga-jaga selama 1 jam saja?” Yesus mau berkata bahwa ini masalah hidup mati seluruh dunia, Nak.. Nak.. Kamu kenapa tidak bisa berjaga-jaga?
·         Kemudian Yesus berkata, “All of you must keep awake (give strict attention, be cautious and active) and watch and pray, that you may not come into temptation. The spirit indeed is willing, but the flesh is weak.” Dia berkata kepada ketiga murid-Nya, “Semuanya harus terus bangun dan jangan tertidur. Berikan perhatian yang fokus dengan keras. Waspada dan aktif. Berjaga-jagalah dan berdoa, sehingga engkau tidak jatuh ke dalam pencobaan. Roh memang penurut, tetapi daging lemah.”
·         Yesus berkata bahwa supaya tidak tertidur, kita harus aktif. Untuk aktif, kita harus waspada, setiap saat serangan dan jebakan bisa muncul, oleh karena itu, kita butuh fokus. Yesus hanya meminta 1 jam saja untuk fokus dan waspada. Kata “aktif” bukan asal kegiatan aja. Kekristenan yang pasif akan mematikan dan menghancurkan. Kalau gereja isinya kegiatan yang untuk kalangan sendiri saja, itu bukan gereja yang aktif, tetapi itu adalah gereja yang kurang kerjaan. Banyak jiwa di luar yang menunggu kabar baik dan keselamatan yang Tuhan tawarkan.
·         Yesus meminta kedewasaan. Kalau fokus kekristenan kita hanya lapar, pipis, makan, tertawa seperti bayi, ya lucu sih. Semua orang yang ada di sekitar kita akan merasa segar kalau berkumpul bersama dengan Anda. Dan semua orang itu akan tertular untuk  menjadi bocah. Banyak anak ribut di kelas tidak karuan, mereka tidak bisa berjaga dan tidak ada pengendalian diri, tidak bisa fokus. Orang yang dewasa, mereka akan fokus, berjaga-jaga, dan juga aktif. Yesus mau berkata, “Dari 12 murid, 1 yang terhilang. Nah, dari 11 murid yang tersisa, Aku ambil kalian bertiga yang paling dewasa secara rohani, karena di masa-masa tersulit, kita tidak bisa membawa semua orang.” Di taman Getsemani, kita tidak bisa tidur seperti bayi. Di Getsemani kita tidak bisa menonton bola, main game, dan nonton TV.

Anak SD Terang Bangsa kita, meraih juara perlombaan basket. Kategori Pria meraih juara 3 dan kategori Putri meraih juara 1. Menang. Di dalamnya ada anak Ps. Victor dan Ps. Hengky. Ditanyalah padanya, “Kamu masukin berapa?” Dia menjawab, “Hehehehe..” Anak Ps. Victor berkata, “0, karena bolanya tidak dioper ke saya.” Kami lanjut bertanya, “Berapa menangnya?” “32:2”. “Lawanmu siapa?” “SD Antonius.. Ngga… Ngga…. SD XX.. SD XX” Lihat.. Anak kecil saja kebingan siapa lawannya. Bayangkan kalau Yesus seperti itu, mau berdoa bagaimana? Kita ingin Tuhan datang seperti apa? Di titik yang paling ujung, Dia mencari orang matang dan dewasa. Kadang kita berkata, “Aku mau merintah bersama Tuhan?” Nanti dulu.. Kalau nanti sedang memerintah terus Anda berteriak “Oeeee..” kan jadi masalah. Coba bayangkan saat-saat Yesus sedang bergumul dan kemudian kita berkata, “Komputerku rusak.”  Kalau kita bermain-main dengan Tuhan dan menjadi bayi terus-menerus, kita tidak berhak mendapatkan seluruh hak waris-Nya. Memang lucu sih, tetap menjadi bayi, tetapi Tuhan tidak mungkin membawa kita ke hal-hal yang lain.
Pa Charlie suatu hari kotbah di Kopeng. Pa Charlie berkata pada istrinya, “aku akan ajak anak untuk ikut kotbah.” Mulailah Pa Charlie berkotbah dengan berapi-api sambil memegang Ipad. Tiba-tiba anaknya berkata, “Gamenya pie pi.” Pa Charlie tetap melanjutkan kotbahnya dan stay cool. Kemudian anaknya bertanya lagi, “Buka game-nya gimana pi?” Pa Charlie berhenti kotbah mengurusi Angry Bird dan beliau berubah menjadi angry preacher.
Yesus kemudian berdoa kembali. Doa-Nya yang kedua berbeda. Doa yang pertama berkata “Jikalau mungkin”, sedangkan doa yang kedua berkata, “Jikalau cawan ini harus Kuminum, biar kehendak-Mu saja yang terjadi.” Yesus tidak berbicara kemungkinan yang lain, Dia berubah dari sisi kemanusiaan, masuk sisi ke-Ilahian-Nya. Yesus berkata, “Apa yang Engkau mau, Aku juga mau”. Yesus tidak melakukan tawar-menawar lagi. Dalam 1 jam saja, cukup untuk Yesus untuk mengerti hati Bapa-Nya. Yesus langsung melihat mandat dan Destiny-nya.
Setelah kedua kali berdoa, Yesus kembali dan melihat para murid tertidur. Tetapi ada yang unik saat Yesus kembali di kedua kalinya. Yesus hanya membiarkan mereka, Yesus tidak menegur, dan tidak membangunkan mereka. Mata para murid begitu berat (heavy outside), tetapi Yesus merasa very heavy inside. Kualitas beban Yesus dan para murid berbeda drastis. Pada kali yang kedua ini, Yesus membiarkan mereka tertidur. Membiarkan dalam konteks ini memiliki pengertian “mengampuni” mereka. “Ok lah.. Sudah berat..”

“Semakin menang dengan Tuhan, roh pengertian akan semakin luar biasa.
Seseorang yang menang dengan Tuhan, tidak akan banyak menuntut lagi, tetapi lebih banyak dengan pengertian.
Hati tidak menjadi patokan lagi. Dia menyelesaikan pergulatan diri-Nya dan Dia memutuskan untuk mengampuni mereka.”

Setelah itu, Yesus berdoa untuk yang ketiga kalinya. Yesus mengucapkan kalimat yang sama, “Bapa, kalau cawan ini harus Aku minum, biar kehendak-Mu yang terjadi.” Seselesainya Yesus berdoa, Dia kembali dan melihat murid-murid-Nya masih tertidur. Kemudian Yesus berkata, “Tidurlah.. Istirahatlah..”

“Orang yang sudah menang di dalam hati, tidak akan hobi lagi menuntut orang lain lagi di dalam segala hal, dengan berkata harus begini.. Harus begitu... Kalau kita tidak pernah menang, kita akan selalu memberikan tuntutan pada orang lain, padahal letak kesalahan yang sesungguhnya adalah pada dirinya sendiri.”

“Semakin kita dewasa secara rohani, maka roh pengertian akan semakin menguasai kita.
Cara pandang pada diri sendiri, orang lain, dan pada Tuhan pun jadi berbeda.”

Tadi malam Tuhan memberi saya penglihatan yang ajaib. Saya melihat sebuah tempat seperti sekolah. Semuanya 1 lantai. Ada lapangan dan taman yang luas. Di sana ada banyak kelas. Yesus berkata, “Nak, ini adalah anak-anak-Ku yang Aku siapkan untuk memerintah dengan-Ku.” Saya mengintip ke dalam kelas-kelas yang ada. Saya melihat ke kelas yang pertama, di sana banyak orang sedang belajar bahasa. Saya bertanya, “Bahasa apa itu Tuhan?” Tuhan berkata, “Ingat perkataan Alkitab saat Yesus menegur murid-murid-Nya bahwa kamu tidak mengenal bahasa-Ku? Ini adalah bahasa kita.” Bahasa kita harus sama untuk memerintah dan bergerak bersama dengan Dia.
Saya melihat juga ke kelas yang lain. Di kelas ini orang-orang sedang belajar di kelas Protokuler Kerajaan Surga. Yesus tidak pernah mengajari kita berdoa kepada Roh Kudus. Walau memang, kita bisa mengobrol dengan Roh Kudus. Tetapi Yesus mengajari kita untuk meminta kepada Bapa atau kepada Yesus secara langsung.
Saya pergi ke kelas lain. Ada kelas War Room, dimana orang-orang diajari untuk berperang secara efektif, bukan perang ngawur-ngawuran. Banyak orang zaman sekarang menggunakan kata, “Tuhan berkata.. Tuhan bicara..” tetapi pada saat mengeksekusi yang telah direncakan, semua orang pada tumbang. Contoh: Tuhan berkata kita harus naik gunung, tetapi baru berjalan 10 menit sudah keplek-keplek. Kalau Tuhan memberikan visi, Dia pasti akan memberikan kesanggupan dan kemampuan untuk menyelesaikannya. Di dalam kelas ini, orang-orang semuanya tenang, tidak ada yang ribut, tetapi mereka melakuin semuanya dengan efektif. Cara mereka meng-execute(mengerjakan sesuatu) cepat sekali.
Saya melihat juga ada kelas berhitung. Tuhan berkata semuanya ada hitungannya. Tuhan berkata, “Siapa yang hendak membangun menara, dia harus menghitung anggarannya. Siapa yang hendak berperang, dia harus menghitung berapa musuhnya. Semua ada hitungannya.” Ripple Factor, melakukan 1 hal, tetapi efeknya menimbulkan riak-riak gelombang yang besar.
Tuhan kemudian membawa saya ke kelas yang memiliki level paling tinggi. Kelas ini kecil, muridnya tidak terlalu banyak. Ada beberapa tempat duduk biasa, tetapi di depan mereka, ada sebuah otak manusia besar sekali. Mereka berjalan memutari otak itu. Guru yang mengajar pun tidak terlihat. Hanya ada suara yang mengarahkan. Dan uniknya, instruksi yang diberikan berbeda-beda kepada setiap pribadi. Tuhan berkata, “Ini adalah Pikiran Kristus. Cara berpikir Tuhanmu. Cara Tuhanmu mengambil keputusan, apa yang Tuhanmu pikirkan saat hendak melakukan sesuatu.” Bukankah Paulus pernah berkata, “Kami memiliki Pikiran Kristus.” Bagi orang-orang yang pertama kali masuk kelas ini, semuanya pada kebingungan. Sedangkan orang-orang yang senior tertawa sendiri terus-menerus sambil berkata, “Dulu aku tidak mengerti.. Ternyata ini yang benar.. Ini yang benar…” Bagi para pemula, perlu waktu penyesuaian yang lumayan lama.
Saya juga dibawa ke ruangan kelas yang lain. Di tempat ini, bukan lagi otak yang ada di depan kelas, tetapi jantung hati yang ukurannya besar sekali, berwarna merah, berdenyut, dan para muridnya memutari jantung ini. Di kelas ini, isinya orang-orang yang menangis. Ada yang telungkup, ada yang memegangi hati, dsb. Tapi semua orang menangis di ruangan ini. Saya bertanya, “Apakah ini ruang ratapan?” Tuhan berkata, ”Bukan, ini adalah ruangan Perasaan Kristus. Bukankah ada tertulis, kita mempunyai pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus? Semua orang yang ada di ruangan ini mengerti cinta-Ku pada manusia, pada jiwa-jiwa, mereka mengerti cinta-Ku padamu. Semuanya terbuka di sana.” Semua orang di tempat itu meneteskan air mata. Tuhan berkata, “Hari ini, Aku mau menyatukan hati-Ku dengan hatimu. Aku akan kunci, supaya engkau tidak bisa lari lagi dari hati-Ku.”
Kedua kelas ini adalah kelas yang paling tinggi. Semua dari kita harus belajar. Ini kelas yang berbeda. Yesus memiliki roh pengertian yang luar baisa. Yesus melihat orang tidak pernah marah. Banyak orang yang mengandalkan niat baik, tapi itu tidak cukup. Kita harus mengerti pikiran dan hati-Nya. Kalau kita tidak memiliki roh pengertian, maka umur kita tidaklah seberapa.

Ada orang yang pergi ke daycare (tempat penitipan anak).
·         Ada orang yang berkata, “Pak, ruangan ini kok bau ee dan pesing semua?” Ini daycare, aromanya ya pasti begitu. Anak-anak banyak yang ngompol dan ee dimana-mana.
·         Kita tidak bisa mengamuk dan memaksa ruangan daycare harus harum. Parfum itu letaknya di hati kita dan hati kita perlu perawatan. Lihat.. Betapa mudahnya kita menjatuhkan vonis dan penghakiman pada orang-orang yang ada di sekitar kita. Padahal Tuhan sedang melihat respon hati kita.

Biarlah kita menjadi dewasa. Biarlah hati dan pikiran-Nya ada pada kita. Supaya makin hari makin, kita semakin luar biasa di dalam Dia.

Closing
Ada sebuah cerita yang di satu sisi kita merasa sedih, tetapi di sisi lain, kita dapat melihat kebaikan Tuhan yang luar biasa.
Satu orang ibu melahirkan seorang anak. Setelah melahirkan, ibu ini menjadi gila dan dia pergi menjadi gelandangan. Hingga hari ini, ibu ini tidak dapat ditemukan. Anaknya dititipkan pada orang lain. Semenjak diterima, bayi ini didoakan, dibacakan Alkitab setiap hari. Setelah berumur 6 bulan, di suatu pagi, anak ini tiba-tiba meninggal dunia. Otomatis yang menjagai bayi ini kaget berat. Ada pertanyaan di dalam hati, “Kenapa, Tuhan? Kenapa!!!” Kadang kita berkata, “Tuhan kan bisa memberi kesempatan hidup puluhan tahun?” Memang Dia  bisa.
Memang ada juga yang Tuhan izinkan untuk hidup puluhan tahun, seperti ada 1 Hamba Tuhan yang bersaksi tentang kehidupannya dan melayani orang-orang gila. Tetapi ada kasus juga dimana anak berumur 6 bulan, dirawat begitu rupa, dibawa pulang Tuhan. Apapun pilihan-Nya, jangan pernah meragukan niat baik-Nya. Kebaikan Tuhan itu sempurna. Tidak ada 1 titik kejahatan pun yang ada di hati-Nya. Dia punya banyak pilihan, Dia memilihkan yang terbaik untuk setiap orang. Pikiran dan hati kita tidak bisa mengerti, makanya kadang reaksi kita salah, kadang marah dengan Tuhan, karena kita tidak berani marah dengan orang lain. Kadang kita meragukan pilihan-Nya. Bukankah kita percaya semuanya berada dalam kendali-Nya? Dia bahkan mengerti jumlah rambut di kepala kita. Kebaikan-Nya sempurna bagi kita, percayalah… Dia ingin kita naik dalam kedewasaan luar baisa. Sampai 1 hari, kita dapat mengerti pikiran dan perasaan-Nya. Tetap percayai Dia.

Closing Song: Trust His Heart
God is too wise to be mistaken
God is too good to be unkind
So when you don't understand
When you don't see His plan
When you can't trace His hand
Trust His heart

Trust His heart

Komentar

Postingan Populer