MANNA


MANNA


Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; …
Yesaya 49:16

             Peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir yang disebut Exodus, merupakan sebuah peristiwa yang luar biasa. Hanya Tuhanlah yang mampu melakukan hal itu. Umat Tuhan yang telah empat puluh lima hari sebelumnya dibebaskan-Nya dari perbudakan selama sekitar 400 tahun di Mesir, kini berada di padang gurun Sin. Mereka baru saja mengalami mukjizat di mana Tuhan memberikan air yang sehat dan menyegarkan di Elim, setelah sebelumnya mereka mendapati air yang pahit di Mara.

Kini, mereka mulai menggerutu kepada Musa karena tidak ada roti untuk dimakan. Akhirnya Tuhan menurunkan hujan roti dari langit, yang disebut dalam bahasa Ibrani ˆm-… (manna), yang artinya “Apakah ini?” Manna ini berwarna putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu. Dengan menikmati manna, maka umat Tuhan memperoleh makanan yang sehat dan bergizi, sebab diberi oleh Tuhan sendiri. Makanan itu memampukan mereka berjalan di padang belantara hingga memasuki Tanah Perjanjian, yaitu Kanaan. Jadi mereka makan manna sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan (Kel. 16). Dalam peristiwa ini kita memperoleh banyak pelajaran penting.

Pertama, membuktikan bahwa Allah peduli atas umat-Nya. Ia adalah seorang Bapa yang pasti akan memperhatikan kebutuhan anak-Nya, mulai dari kebutuhan primer seperti pangan, sandang (pakaian), dan papan (tempat tinggal). Allah memberikan manna kepada mereka, pakaian yang tak pernah rusak selama perjalanan di padang gurun, dan Tanah Perjanjian sebagai tempat kediaman mereka kelak. Bahkan Ia juga memberikan perlindungan, menggendong mereka seperti seekor induk rajawali. Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya (Ul. 32:11).

Kedua, kuasa Allah tidak terbatas. Untuk menyediakan roti bagi lebih dari satu juta orang setiap hari bukan hal yang mudah. Namun bagi Allah, hal seperti itu dapat dilakukan-Nya dengan mudah. Banyak ahli menyamakan manna ini dengan juice yang yang menetes dari sejenis tanaman tamariska, tamarix gallica (tamarix mannifera), ketika dicakar oleh seekor serangga   (coccus manniparus), yang dikenal oleh orang Arab dengan sebutan mann es-sama, “hadiah dari sorga” atau “manna sorgawi”. Namun sekalipun hal tersebut bisa menggambarkan beberapa aspek manna dalam Alkitab, mutu rasanya masih belum memadai. Manna dalam Alkitab tidak dapat digiling dengan kisaran, atau direbus dan dibuat kue. Manna tidak bisa basi dan berulat, saat dibiarkan di tempatnya sampai keesokan harinya (Kel. 16:24). Jadi sekalipun tanaman tamariska yang bisa menghasilkan juice serupa manna pada masa itu berlimpah di Timur Tengah, namun nutrisi yang dikandungnya tidak selimpah nutrisi pada manna. Apalagi, tamariska hanya menghasilkan juice pada musim tertentu, sedangkan manna dalam Alkitab disediakan Allah sepanjang waktu. Pada musimnya, tamariska menghasilkan juice setiap hari, tetapi manna dalam Alkitab hanya tersedia enam hari dalam sepekan, dan pada hari Sabat umat Tuhan tidak mendapatinya, sebab Tuhan tidak menurunkan manna pada hari Sabat. Tanaman lain yang dipandang sejenis dengan manna adalah juice yang diteteskan oleh tanaman yang disebut “tanduk unta” (camel’s thorn – alhagi camelorum), namun juga tidak sebanding dengan manna dalam Alkitab. Ahli yang lain mengatakan bahwa mereka berhasil menemukan manna yang sesungguhnya pada semacam tumbuhan lumut,  lenora esculenta (juga dikenal sebagai spharothallia esculenta), yang bisa ditemukan di Asia Barat dan Afrika Utara. Lumut ini mudah menjadi sisik yang kemudian diterbangkan angin dan jatuh ke bumi seperti hujan. Di musim kekeringan ia digiling dan dicampur dengan bahan lain menjadi semacam roti. Tetapi lumut ini kering dan hambar, dan nilai nutrisinya sangat sedikit. Jadi juga tidak sebanding dengan manna dalam Alkitab. 
Ketiga, Tuhan memerintahkan agar manna dipungut sesuai dengan kebutuhan. Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya (Kel. 16:17-18). Tuhan mengajar kita untuk tidak terseret hawa nafsu tamak atau rakus. Allah menginginkan kita bersyukur dengan berkat Tuhan sesuai dengan kebutuhan kita. Ketika Tuhan Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami (The Lord’s Prayer), Ia mengajar kita supaya berdoa, meminta Bapa memberi makanan kita pada hari ini … yang secukupnya (Mat. 6:11).

Keempat, Tuhan mengajarkan agar umat-Nya memungut manna pada hari kerja (enam hari), sedangkan pada hari Sabat mereka tidak akan mendapatinya. Pada hari keenam mereka harus memungut manna dua kali lipat dibandingkan hari biasa, untuk digunakan pada hari keenam dan hari Sabat (Kel. 16:21-23). Ini adalah pelajaran penting, agar mereka menghormati dan menguduskan hari Sabat. Itu berarti Tuhan menyediakan rezeki bagi kita pada setiap hari kerja kita, dan Tuhan menginginkan agar kita beristirahat pada hari Sabat, hari yang bisa digunakan untuk beribadah kepada Tuhan serta berekreasi bersama keluarga.

Banyak orang yang tidak memahami hal ini. Mereka tidak sadar bahwa Allah memberi kepada kita kekuatan untuk bekerja enam hari, bukan tujuh hari. Ketika ada orang yang memaksakannya, tetap bekerja tujuh hari seminggu, maka mereka akan mengalami bukan saja kelelahan fisik tetapi juga kelelahan mental dan rohani. Kita diciptakan bukan untuk menjadi hamba uang. Kita memang harus bekerja keras untuk memperoleh nafkah, tetapi ada waktu yang harus disisihkan untuk beribadah kepada Tuhan. Jadi Tuhan menyediakan rezeki untuk tujuh hari, tetapi kita hanya bekerja enam hari. Ini kemurahan Tuhan, bukan?

Jadi dengan diberikannya manna oleh Tuhan kepada umat-Nya, maka benarlah apa yang dikatakan-Nya, bahwa umat-Nya berharga di mata-Nya. Kita berada dalam genggaman tangan-Nya. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; …”


Komentar

Postingan Populer