LEMBAH YOSAFAT

*LEMBAH YOSAFAT*

LEMBAH YOSAFAT - MASALAHNYA

                Lembah Berachah. Pernah mendengar lembah ini? Secara tradisi orang menyebutnya lembah Kidron, sebuah cekungan yang terletak antara tembok Yerusalem dengan Bukit Zaitun. Kita perlu merujuk pada sebuah pengalaman nyata yang dialami oleh seorang Raja Yehuda yang bernama Yosafat, yang hidup dengan roh takut akan Tuhan dan berkenan kepadaNya. Yosafat pernah berada di lembah itu dan mengalami kemenangan seperti yang juga dinubuatkan oleh Yoel. Memang tidak disebutkan bahwa itu lembah Yosafat, tetapi tempat dimana Yosafat berada di sana adalah lembah yang sama yang dimaksud oleh Yoel. “Baiklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat, sebab di sana Aku akan duduk untuk menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru. Ayunkanlah sabit, sebab sudah masak tuaian; marilah, iriklah, sebab sudah penuh tempat anggur; tempat-tempat pemerasan kelimpahan, sebab banyak kejahatan mereka. Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan! Ya, sudah dekat hari TUHAN di lembah penentuan!“ (Yoel 3:12-14)
           Kisahnya ketika Yosafat dan seluruh kerajaannya sedang berada di dalam posisi terancam. Mereka dikepung oleh bani Moab (keturunan Lot) dan bani Amon. Bahkan, kedua suku ini berafiliasi dengan suku-suku lain untuk menyerang Yerusalem, pusat pemerintahan Yosafat. ’Bani Moab dan bani Amon datang berperang melawan Yosafat bersama-sama sepasukan orang Meunim.” (2 Taw 20:1-2). Coba bayangkan seandainya kita berada di dalam situasi yang sama seperti Yosafat dan sedang terkepung. Apa yang akan kita lakukan ketika semua musuh-musuh potensial, seolah bergabung jadi satu, mengepung dari segala penjuru. Apa yang kita lakukan sementara kita sendiri menyadari, kita tidak berdaya menghadapi semua itu. Ingat, pengepungan dalam konteks peperangan zaman dahulu atas sebuah kota adalah blokade untuk melumpuhkan kekuatan musuh, sehingga pada waktunya, penyerang akan mendapatkan kemenangan setelah terlebih dahulu melemahkan musuh. Semua pintu masuk dikepung. Bahkan saluran air dihambat sehingga orang-orang yang terkepung akan ketakutan dan tidak berdaya untuk kemudian menyerah. Setiap orang punya Moab, Amon, Meunin dan Seir. Moab Saudara bisa berupa hutang (masalah ekonomi), Amon Saudara bisa mertua (masalah keluarga), Seir Saudara bisa kanker (masalah penyakit), dan Meunim Saudara bisa masalah apa pun yang membuat Saudara takut dan tidak berpengharapan.
            Dibandingkan dengan jumlah tentara yang mengepungnya siang dan malam, Yosafat tahu diri bahwa dia akan kalah. Itu sebabnya sebagai manusia “Yosafat menjadi takut,” (2 Taw 20:3a). Biasanya orang yang takut akan putus asa dan member respon yang negatif, bahkan ada yang mempertanyakan keberadaan Tuhan. Yosafat memang merasa takut, tetapi justru perasaan itu yang mengantarkannya untuk meminta pertolongan Tuhan.  “Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa. “(2 Taw 20:3). Puasa di sini tanda keseriusannya dalam mencari Tuhan. Ketika sedang terkepung oleh masalah, seharusnya kitapun meneladani perbuatan Yosafat (jangan cuma meneladani berkat-berkat yang diterima Yosafat) yakni tidak mengandalkan dirinya sendiri, tetapi mencari Tuhan, meminta pertolonganNya. Bahkan dia mengajak yang lain untuk sehati berdoa kepada Tuhan “Lalu Yosafat berdiri di tengah-tengah jemaah Yehuda dan Yerusalem di rumah TUHAN, di muka pelataran yang baru dan berkata: ‘Ya TUHAN, Allah nenek moyang kami…’ Sementara itu seluruh Yehuda berdiri di hadapan TUHAN, juga segenap keluarga mereka dengan isteri dan anak-anak mereka.” (2 Taw 20: 13).
Dan lihatlah, Tuhan memberikan kemenangan dengan cara yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. “Ketika orang Yehuda tiba di tempat peninjauan di padang gurun, mereka menengok ke tempat laskar itu. Tampaklah semua telah menjadi bangkai berhantaran di tanah, tidak ada yang terluput”(2 Taw 20:24).
LEMBAH PUJIAN - CARANYA
Disebut Lembah Pujian karena di sana Yosafat dan pasukannya memakai cara yang unik untuk meraih kemenangan. “Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat TUHANlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah.” (2 Taw. 20:22). "Bersorak-sorai", di dalam bahasa Ibrani adalah "shabach", yang berarti bersorak dengan suara yang nyaring (dengan tidak merasa malu) untuk menyatakan kemenangan, kemuliaan, anugerah dan kasih Allah, serta bermegah di dalam Tuhan. Bersorak-sorai dilakukan oleh sekelompok orang, bukan hanya seorang diri saja. Di dalam Alkitab, kita bisa memahami bahwa hal "bersorak-sorai" bukan dilakukan sebagai respon terhadap hal yang sudah dikerjakan Tuhan, melainkan juga merupakan tindakan iman di dalam Tuhan terhadap kemenangan yang masih akan Tuhan berikan. Prinsip ini mirip saat tembok Yerikho dihancurkan (baca Artikel PRAISE 17).
Melalui peristiwa di Lembah Pujian ini Allah ingin mengajarkan kepada kita strategi perang yang paling efektif, yaitu berperang dengan pujian. Peperangan yang kita hadapi saat ini bukanlah peperangan fisik, walaupun masalahnya terlihat dengan kasat mata, tetapi di balik semua itu sebenarnya kita sedang berada dalam medan peperangan rohani. Maka harus dilawan dengan cara yang rohani pula. Pujian adalah cara rohani. Itrulah sebabnya setelah kemenangan diberikan Tuhan “Pada hari keempat mereka berkumpul di Lembah Pujian. Di sanalah mereka memuji TUHAN, dan itulah sebabnya orang menamakan tempat itu Lembah Pujian hingga sekarang “ (2 Taw 20:26). Saudara mau tahu apa yang mereka kerjakan sebelum hari ke empat ?
 LEMBAH BERKAT - HASILNYA
Alkitab mencatat, bahwa selama tiga hari penuh bangsa Yehuda mendapat berkat  yang luar biasa, yaitu menjarah harta benda dan barang-barang berharga para musuhnya. Saking luar biasanya jarahan itu, apa yang mereka rampas itu lebih banyak dari pada yang dapat dibawa. 2 Taw 20:25 bahkan mencatat mereka menjarah selama tiga hari penuh dan itupun masih menyisakan banyak barang.. Saudara bisa membayangkan peristiwa itu. Kita sebagai anak-anak Tuhan akan dibawa Tuhan mengalami apa yang terjadi di lembah tersebut. Itulah sebabnya tempat tersebut dinamakan pula Lembah Berkat (The Berachah Valley).

Hal ini sesuai dengan arti nama Yosafat, yang berasal dari bahasa Ibrani יְהוֹשָׁפָט (Yehoshafat) yang artinya ‘Yahwe adalah hakim’.  Yah, di lembah itu bangsa Israel ‘menjarah’ harta benda milik orang-orang yang diadiliNya. Apa jadinya ya, jika jarahan yang sama berlaku atas setiap bisnisman yang saat ini sedang mengelola usahanya, berlaku atas para penginjil yang menuai jiwa-jiwa, berlaku atas setiap pelajar/mahasiswa di dalam pelajaran mereka, berlaku atas mereka yang sedang mengalami sakit penyakit mematikan ? Betapa beruntungnya kita menjadi milik Tuhan !
Kisah ini bisa bermakna bagi kita bahwa bila  menghadapi segala masalah yang menakutkan, jangan pernah asa harap dan juga jangan bergantung pada kekuatan diri sendiri tetapi percaya Dia berdaulat dan akan memberi kemenangan bagi umatNya (Israel secara fisik dan kita, gerejaNya sebagai Israel rohani) dengan caraNya yang tak disangka-sangka.
Janji Tuhan secara profetik dalam Yoel 3:12-14 tersebut dapatlah kita klaim melalui iman kita. Ketika percaya bahwa setiap perkataan Allah adalah sebuah kebenaran yang akan digenapi, maka di sanalah sebetulnya iman kita dituntut untuk aktif, melihat agar kebenaran itu menjadi nyata di setiap aspek kehidupan kita. Iman adalah klaim rohani atas setiap janji Allah dalam kehidupan kita. Demikian halnya dengan segala kemenangan dan tuaian yang ada di lembah Yosafat. Kita perlu menerima pernyataan Tuhan tersebut melalui iman kita, untuk menjadi sebuah pengalaman riil di dalam menghadapi berbagai situasi sulit yang akhir-akhir ini mengepung atau menghadang langkah kita. Mungkin Saudara tidak dapat hadir di sana (baca: di lembah Yosafat) secara riil, tetapi iman atas perkataan Allah tersebut dapat membawa kita ‘ke sana’ melalui pengalaman hidup yang saat ini dihadapi. Mau coba ? Why Not ?!! (Yis/PRAISE # 18). Sumber : www.majalahpraise.com

Komentar

Postingan Populer