BELAJAR DARI TELADAN NABI AMOS


*BELAJAR DARI TELADAN NABI AMOS*


Hari ini kita akan belajar dari Anos. Amos, Ibrani: עָמוֹס - AMOS, arti: penanggung beban.
Amos, Nabi Allah dan penulis Kitab Amos; Amos adalah orang ketiga dari kalangan para nabi kecil. Ia berasal dari Tekoa. Ia tidak mau dipandang sebagai seorang nabi. Ia menganggap dirinya sebagai orang yang bertugas menjadi peternak domba dan pemungut buah ara hutan (Amos 1:1; 7:14).

*1.    Panggilan Tuhan dialamatkan kepada semua orang dari segala latar belakang, bukan karena latar belakang keluarga, keturunan, atau karena pendidikan dan pengalaman tertentu (Amos 7:14).*
Perhatikan : Amos sebelumnya adalah peternak, penggembala kambing dan pemungut buah ara hutan -suatu pekerjaan yang jauh berbeda dengan panggilan Tuhan dalam hidupnya (apa kena mengena seorang pemungut buah dengan nabi Tuhan?)

Ini merupakan fakta alkitabiah yang jelas, nyata dan tidak dapat disangkal. Pertanyaan terbesar yang ditanamkan di benak banyak orang Kristen adalah pertanyaan yang terus meragukan apakah kita dapat dipakai oleh Tuhan."

*2.    Panggilan Tuhan hanya dapat dikerjakan oleh hati yang rela dan bersedia menjadi alat Tuhan (Amos 7:15).*
Tanpa hal ini kita hanya akan berakhir sebagai orang-orang yang mengaku memiliki panggilan Tuhan padahal kita hanya berpura-pura hidup dalam panggilan Tuhan.

Perhatikan : meskipun tidak diakui oleh Amos bahwa ia seorang nabi, Tetapi hari ini Amos tercatat dalam sejarah sebagai seorang nabi Tuhan yang luar biasa karena ia rela meninggalkan hidup lamanya demi meraih panggilan Tuhan dalam hidupnya.

“Banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih” artinya bisa jadi hampir semua orang dipanggil untuk mengabdi kepada Tuhan namun kenapa hanya sedikit yang dipilih untuk mengerjakan panggilan Tuhan?  Karena hanya sedikit yang rela untuk membayar harga bagi mengejar panggilan Tuhan.

*3.    Kita tidak dapat memilih bentuk tugas dan panggilan yang telah ditetapkan bagi kita (Ef. 4:7).*
Bagian kita adalah menerima dan taat karena percaya kepada Tuhan, yang telah merancang kita dan yang tahu yang terbaik bagi kita.

Perhatikan : Amos tidak pernah mengetahui dan menginginkan sebelumnya bahwa ia akan melayani sebagai seorang nabi namun ia dengan taat dan setia mengerjakannya

Roma 12:3 àukuran iman.  Mengapa disebut ukuran iman? Itu artinya Tuhan telah menetapkan untuk masing-masing kita suatu tingkatan iman yang telah disesuaikan dengan tugas pelayanan yang akan kita tanggung.  Kurang dari ukuran ini, kita tidak akan menggenapi panggilan kita; berusaha melebihi ukuran ini kita akan melakukan hal-hal di dalam pelayanan yang keluar dari jalur rencana Tuhan (baca : menjadi hamba Tuhan sesat)

Panggilan Tuhan itu besar namun terbatas dan teratur atau tertib. Itu sebabnya ketika seorang menjelaskan panggilannya maka itu merupakan sesuatu yang khusus, jelas bahkan tajam (lih. 1 Tim. 2:7; 2 Tim 1:11)

*4.    Demi mematuhi panggilan Tuhan tersebut, maka kita harus bersedia melepaskan apapundemi melihat panggilan Tuhan dalam hidup kita digenapi (Amos 7:14-15).*

Perhatikan : Amos meninggalkan tanah kelahirannya (tanah Tekoa), pekerjaannya, penghasilannya, kehidupan nyamannya, bahkan merelakan kelemahan-kelemahan sifat pribadinya diubah demi mengerjakan panggilan Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan membayar harga dalam mengikut dan melayani Tuhan.

Illustrasi : mendaftar peserta American Idol, mereka meninggalkan pekerjaan mereka; mendaftar jadi capres, mereka melepaskan jabatan dan pekerjaan; mencari nafkah dan bekerja, mengorbankan rasa nyaman menganggur dan bersantai di rumah dsb. Melepaskan segala sesuatu bagi Tuhan masih terlalu kecil dibandingkan melayani Tuhan kita, sang raja segala raja.

*5.    Panggilan Tuhan harus dikerjakan dengan berani, dalam suatu roh yang takut akan Tuhanlebih dari rasa takut kepada apapun dan siapapun : terhadap ketakutan atau kekuatiran pribadi, kuasa kegelapan, hubungan darah, otoritas agama, maupun otoritas pemerintahan (Amos 7:8-12,16-17).*

Perhatikan : Amos menyampaikan pesan Tuhan (berarti ia sedang mengerjakan panggilannya) tanpa ragu, tanpa takut, terus melangkah bersama Tuhan apapun ancaman dan bahaya yang ada di hadapannya (bahkan ketika ia berhadapan dengan kekuatan politik maupun agamawi sekalipun)

Kompromi tidak pernah menjadi suatu ciri pelayan Tuhan sejati.  Karena tidak berkompromilah, Amos menghadapi segala kesulitan, tantangan, dan penderitaan dalam melayani Tuhan. Selain iman serta keberanian, perlu ditambahkan pula komitmen, ketekunan, dan ketabahan dalam menanggung beban panggilan Tuhan dalam hidup kita
Tuhan Yesus memberkati

Joshua Ivan Sudrajat

Komentar

Postingan Populer