TUDUNG ROHANI

 *TUDUNG ROHANI*



Istilah tudung rohani (spiritual covering) sangat sering didengar dikalangan orang-orang profetik.  Dalam tradisi golongan pentakosta lama, hamba Tuhan atau gembala dipandang sebagai tudung rohani mutlak. Istilah “jangan sentuh orang yang diurapi” menjadi petuah keramat yang kadang justru menakutkan.


Pemuridan, mentoring, sampai fathering memiliki arti yang terkadang overlapping satu dengan yang lain, tapi menariknya semua mengacu kepada sebuah tudung yang harus dimiliki.


Kita tidak bisa lahir sendiri, dan menjadi dewasa sendiri. Itu sudah suatu keniscayaan. Secara organik, mulai dari zygot, janin, bayi, bahkan sampai remaja, dan pemuda kita membutuhkan perlindungan orang lain.  Yang normal, kita lahir dalam keluarga. Yang kurang beruntung mungkin harus dewasa di rumah kasih, ataupun yatim piatur. Tapi, semuanya membutuhkan orang lain.


Bisa disimpulkan, bahwa Tuhan memiliki desain Ilahi setiap dari kita untuk selalu bergantung terhadap orang lain dulu sebelum pada akhirnya kita sendiri juga membantu orang lain.


Dalam Alkitab kita melihat hubungan antara Musa-Yosua, Elia-Elisha, Paulus-Timotius, termasuk Eli-Samuel ternyata hubungan senior-yunior ini bukan sekedar teori manajemen modern. Yesus sendiri pun memiliki inner circle yaitu 12 murid, dan 3 murid utama Yakubus, Petrus, Yohanes.


Tokoh Perjanjian Baru setelah jamannya para Rasul, Paulus juga harus didampingi Barnabas terlebih dahulu sebelum akhirnya siap mengabarkan Injil, dan membangun kerajaanNya. Paulus dan Barnabas sendiri secara rohani juga ditudungi oleh dewan di Yerusalem, yaitu para rasul-rasul awal.


Bukan hanya secara personal, di Perjanjian Lama kita tahu bahwa Israel juga ditudungi oleh tiang awan dan tiang api.  Kemudian kisah Musa dan 70 puluh pemimpin yang mendapatkan impartasi darinya memperlihatkan dengan jelas pentingnya tudung rohani dalam baik secara pribadi, maupun secara apostolik.


Setelah Musa datang ke luar, disampaikannya firman TUHAN itu kepada bangsa itu. Ia mengumpulkan tujuh puluh orang dari para tua-tua bangsa itu dan menyuruh mereka berdiri di sekeliling kemah. Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi.

(Bil 11:24-25)


Riset dan penelitian secara lebih detil tentang tudung rohani ini sangat penting untuk dilakukan. Sehingga tidak hanya kalangan tertentu yang mengerti pentingnya tudung rohani. Yang jelas kita harus mengerti tudung rohani itu seperti pagar, wilayah, atau sphere  yang akan memberikan kita ruang bergerak.


Ketika kita ditudung yang tepat maka kita akan berkembang dan terlindung. Tapi ketika kita ada ditudung yang salah, apalagi berjalan sendiri (independen), bisa dipastikan kita akan kalah dalam peperangan rohani, bahkan bisa menjadi pahit dan lesu.


Disisi ekstrem yang lain, tudung rohani bisa membuat spirit of control masuk. Ini harus diwaspadai. Baik bagi senior maupun yunior.  Tuhan sendiri adalah tudung rohani utama kita, bukan manusia. Tapi, Tuhan pakai manusia-manusia menjadi batu-batu hidup yang disusun dalam hidup kita sehingga menjadi bagian dari pekerjaan Allah yang besar.


Ayub 1: 8- 10 (10) Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.


Zakharia 2: 5 Dan Aku sendiri, demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya.”


Sebab itu, tidak ada hak sama sekali kita bagi seorang pemimpin rohani untuk mengontrol hidup orang lain. Tapi juga tidak pada tempatnya kita mengoyak tudung rohani kita sendiri dengan tidak menghormati pemimpin rohani kita.


Budaya untuk menghormati “Culture of Honor” sangat penting untuk terus dingat dan di hidupi. Menghormati bukan berarti kita harus mentaati semua karena pemimpin juga bisa membuat kesalahan. Tapi roh yang menghormati ini memelihara tudung rohani yang dibutuhkan.


Daud menghormati Saul, Yusuf menghormati Yakub, tapi Miryam gagal menghormati Musa akhirnya kusta (Bil 12:1-16). Sikap hati kita akan sangat menentukan bagaimana tudung rohani ini tidak koyak.


Agama sebenarnya adalah manifestasi dari tudung rohani. Perhatikan orang yang dikuasai kepercayaan tertentu, mereka akan berperilaku seperti pemimpin rohaninya.  Bahkan dalam kepercayaan-kepercayaan yang garis keras dan radikal mereka rela untuk mati demi apa yang dipercaya. Itulah kekuatan sebuah tudung.


Petrus menuliskan sesuatu yang sangat profetis mengenai kekuatan dari tudung dari guru-guru palsu. II Pet. 2:19 mengatakan:


Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu. 


Tidak mengherankan apabila sebuah bidat bisa menjadi radikal sekali. Bahkan sesederhana beda aliran pemikiran bisa sangat fanatik. Reform, protestan, karismatik, sampai yang profetik progresif bisa begitu kukuh dan menjadi sebuah tembok yang sulit di tembus.


Sebab itu, tudung rohani bukanlah hal remeh. Kita tidak bisa sekedar memilih dengan siapa kita ditudungi.  Roh Kudus sendiri yang harus menempatkan kita dan kita harus bisa mendengar dengan tepat apa mauNya dan mentaatinya.


Tudung rohani bukanlah sekedar tempat perlindungan yang nyaman untuk kita. Apalagi kalau itu dihubungkan dengan kenyamanan uang, fasilitas, dan lingkungan. Tidak, kita tidak memilih keluarga, tapi Tuhan yang menempatkan dikeluarga mana kita didewasakan.


Penulis   : Hanny Setiawan

Sumber  : IKRI

Komentar

Postingan Populer