DOMBA

 DOMBA



(Matius 25:31-33) “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat

bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama

seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.”


DOMBA SEBAGAI GAMBARAN

Apa sebenarnya yang ingin Allah katakan kepada kita melalui ciptaan-Nya yang satu ini yaitu domba? Sebenarnya Allah ingin mengatakan:


1. Kemanusiaan-Nya digambarkan sebagai Anak Domba


Bila kita dinyatakan sebagai “manusia” (Mikha 6:8), maka Tuhan Yesus menyatakan dirinya sebagai “Anak Manusia”(Mat 8:20; 9:6; 10:23; 11:19). Bila kita disebut sebagai “domba”, maka Dia disebut sebagai “Anak Domba” (Wahyu 6:1; 7:9,14,17) dan juga sebagai “Anak Domba Allah” (Yohanes 1:29,36).


Pelajaran yang hendak diberikan Allah dengan menyatakan diri-Nya sebagai Anak Domba merupakan pelajaran kerendahan hati. Itu dikarenakan domba adalah salah satu hewan yang tidak memiliki pertahanan diri. Domba begitu lemah. Satu-satunya pertahanan yang domba miliki adalah gembalanya. Apabila kita mau dimuliakan dalam kerajaan-Nya, marilah kita menjadi domba-domba-Nya, yaitu memiliki sifat rendah hati.


2. Kerelaan-Nya digambarkan sebagai Domba yang kelu.





“Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” (Yes 53:7)


Kerelaan hati untuk menanggung penderitaan karena kebenaran memang bersumber dalam hati yang rela, tetapi biasanya terpancar keluar melalui mulut!  Tidaklah mengherankan apabila ada dosa yang tersimpan dalam hati, sebab hal itu akan nyata melalui ucapan: 

“Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang” (Mat 15:18).


Salah satu sifat domba adalah kerelaannya dan tidak pernah melawannya sekalipun saat dibawa ke pembantaian karena hendak dijadikan makanan bagi manusia! Domba juga tidak pernah melawan saat digunting bulunya untuk pakaian manusia. Makanan dan pakaian atau sandang pangan adalah dua hal yang utama bagi kehidupan manusia. Demikian juga kerelaan Tuhan Yesus menjadi Anak Manusia, yang harus dikorbankan adalah demi kehidupan manusia, 


Dia mati supaya kita hidup! Itulah sebabnya, perbuatan kita yang rela harus didasari dengan kasih dan mempunyai tujuan supaya orang dapat hidup!


Apakah kita sudah memiliki kualitas domba! Yaitu memiliki kasih ilahi (Agape), kasih yang dapat memampukan kita untuk menyerahkan nyawa kita demi kepentingan orang lain dan hal ini bisa

terjadi bila kita mencapai pengenalan akan Anak Domba Allah itu:


“Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.”  -- (I Yohanes 3:16)


3. Ketergantungan-Nya digambarkan sebagai Anak Domba


“Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yoh 1:29)


Domba adalah binatang yang hidupnya banyak tergantung kepada gembalanya. 

Tuhan Yesus pernah berkata:


“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.” (Yohanes 5:19)


Tuhan Yesus, sebagai Anak Domba Allah, memberikan contoh kepada kita, domba-domba milik-Nya, bahwa kita pun harus belajar untuk hidup bergantung sepenuhnya kepada Bapa dalam segala hal.



4. Kelayakan-Nya sebagai Anak Domba yang tak bernoda


“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia ... dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (I Petrus 1:18-19)


Kelayakan seseorang di hadapan Allah bukanlah karena kepandaian atau latar belakang kedudukannya, melainkan karena kehidupan yang kudus, yang tak bernoda dan tak bercacat!


Dalam peraturan Hukum Taurat, domba-domba yang dikorbankan sebagai persembahan sembelihan haruslah yang tidak bernoda dan tak bercacat; dan biasanya diambil yang berumur satu tahun karena itu, istilah “Anak Domba” dipakai untuk korban sembelihan. 


Mereka yang nantinya layak untuk menerima kemuliaan dalam surga adalah mereka yang mengikuti teladan hidup Tuhan Yesus, yaitu yang menyediakan dirinya sebagai domba-domba sembelihan yang tidak bercacat dan tidak bernoda! Dengan kata lain, kita harus hidup kudus dan tak bercacat cela.


PERILAKU DOMBA


1. Domba adalah binatang yang tidak berdaya


Tidak berdaya disini berbicara tentang tidak sanggup mempertahankan diri. Satu-satunya jalan bagi domba dalam menghadapi bahaya adalah dengan lari atau mencari perlindungan. Bahkan domba jantan yang bertanduk sekalipun hanya menggunakan tanduknya dalam pertarungan ritual terhadap sesama domba dikelompoknya, bukannya memakai untuk mempertahankan dirinya terhadap binatang lainnya. Hanya domba betina saja yang kadang-kadang mempertahankan anak domba yang baru dilahirkan dari serangan pemangsa.


Arti rohani, itulah gambaran sebenarnya yang terjadi dalam kehidupan Kristen domba, yaitu menyadari betapa lemahnya diri mereka dalam hal tubuh, sebab menyadari bahwa tubuh ini adalah tubuh dosa. Justru dengan kesadaran akan lemahnya tubuh itulah maka kita harus bersandar sepenuhnya kepada Tuhan. Paulus berkata: “Sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna...” 

(2 Korintus 12:9b-10).


2. Domba memiliki naluri untuk hidup dalam kawanan


Domba adalah hewan yang memang mempunyai naluri untuk hidup dalam kawanan dan cenderung untuk diam dalam daerah yang sama. Naluri untuk hidup bersama ini juga dapat terwujud jika anak-anak domba itu diberikan susu dalam botol dan dibesarkan dalam hubungan yang erat dengan manusia.


Arti rohani, menggambarkan domba-domba Tuhan, yang mendapatkan susu rohani dari hamba - hamba Tuhan, yang menggembalakan mereka dengan sungguh-sungguh untuk menumbuhkan kehidupan rohani mereka. 


Tapi yang perlu disadari oleh para gembala ialah bahwa domba-domba Tuhan itu bukanlah diperoleh karena kehebatan pelayanan para gembala, melainkan karena pengorbanan Tuhan Yesus!



3. Domba itu hewan yang menurut gembala


 Domba yang normal itu suka menurut apa yang disuruh oleh gembala . Domba itu mengerti dan mengenal suara dari gembala .


(Yohanes 10:27) Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,


* Saat disuruh untuk mencukur bulu  domba yang tebal maka domba itu menurut dan tidak berontak .

   Mencukur bulu itu memiliki arti rohani adalah memotong  sifat kedagingan (nafsu dosa ) dalam

   hidup kita


* Saat dipimpin oleh gembala untuk menuju ke tempat berumput dan air maka domba itu mengikuti

  gembala.  Domba percaya kepada gembala yang menuntun untuk  makan rumput dan minum air


( Mazmur 23: 1-3)

23:1. Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

23:2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;

23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.


Dalam arti rohani makan rumput  itu berarti makan Firman Tuhan , merenungkan dan melaksanan firman Tuhan itu . Minum air itu berarti hidup dipenuhi oleh Tuhan  Roh Kudus



* Domba menurut jika harus rela dibawa ketempat pembantaian


( Kisah Para Rasul 8:32) Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya.


(1 Korintus 5:7.) Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.

(Yohanes 1:29. ) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.


Sama seperti Tuhan Yesus (Anak Domba Allah ) rela mengorbankan tubuhnya untuk disalib untuk menebus dosa manusia yang mau percaya kepada-Nya . Demikian juga kita harus rela berkorban untuk Tuhan Yesus .


(Roma 8:36 ) Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."


(Matius 10: 38- 39)

10:38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.

10:39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.



BAHAYA YANG DIALAMI OLEH DOMBA


1. Tergeletak tidak bergerak


Ada yang menarik dari tingkah laku domba, salah satunya adalah domba dapat mengalami pengalaman yang disebut sebagai “a cast down sheep” yaitu keadaan domba “tergeletak tidak bergerak sama sekali.” 



Arti rohani, Orang Kristen domba juga terkadang akan mengalami pengalaman “a cast down sheep”. Daud menyadari bahwa dalam hal demikian inilah seseorang yang mengaku dirinya sebagai domba yang tak berdaya sangat membutuhkan Tuhan sebagai Gembala dan hanya Gembala itu sajalah yang dapat menolongnya, menyegarkan dan memulihkan mereka. Saat jiwa kita tertekan, satu-satunya cara kita hanya dapat berdiam diri dan mengembik! Ini berbicara tentang merindukan mencurahkan jiwa, dan berharap kepada Tuhan, kemudian bersyukur kepada Tuhan.


2. Bahaya saat santai


Domba yang gemuk atau sedang mengandung bila beristirahat, khususnya bila tanahnya berlekuk/cekung, ada kemungkinan titik berat tubuhnya bergeser sehingga berguling dan ia telentang dengan kaki ke atas, dan anehnya domba tersebut tidak akan bisa berbalik dengan sendirinya tanpa bantuan gembalanya, persis seperti kura-kura terbalik.


Arti rohani, Kita harus berhati-hati ketika kita diberkati, sepeti domba yang gemuk, atau juga sukses dalam karier/pelayanan rohani seperti domba yang sedang mengandung. Biasanya disaat seperti itu orang akan berlaku santai dan kadang-kadang mencoba memanjakan/memuaskan diri sendiri. 


Hal yang serupa juga terjadi dalam kehidupan Raja Daud yang sedang santai di Yerusalem padahal tentaranya sedang melaku-kan peperangan melawan bani Amon. Dalam keadaan santai itulah ia melihat Batsyeba, dan kemudian ia jatuh kedalam dosa! Kejatuhan orang percaya dimulai ketika mereka tidak mau mengikuti jalan yang digariskan Tuhan, tetapi dia memilih menurut penglihatannya sendiri, sesuatu yang kelihatannya nyaman bagi dirinya.


3. Bahaya saat bulu terlampau tebal


Bahaya yang sama juga terjadi ketika bulu bulu terlampau tebal. Hal ini terjadi apalagi ketika bulu domba yang sudah berat itu terkena lumpur, kotoran dan hal-hal lain, yang membuatnya sukar bergerak dan kemudian tergeletak karena dibebani oleh berat bulu wolnya sendiri.



Wol adalah bulu yang berharga mahal, yang dari padanya dibuat bahan pakaian yang mahal. Jika domba itu tidak dicukur, maka bulunya yang mahal itu hanya dipakai untuk dirinya sendiri saja.


Arti rohani, ini merupakan gambaran yang jelas tentang orang Kristen yang memiliki sifat yang egois. Berkat-berkat yang diberikan Tuhan hanya dipakai untuk dirinya sendiri saja, sehingga mereka dibebani olehberkat-berkat yang mengakibatkan kehidupan yang tidak seimbang dan mulai tergeletak. Seperti domba yang perlu memberikan bulu wolnya  dengan kerelaan untuk dicukur . Maka anak - anak Tuhan yang diberkati harus rela untuk menjadi saluran berkat yang Tuhan percayakan supaya tidak jatuh tergeletak!


“Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. 


Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.” (I Tim 6:17-19)


Sebagaimana dengan domba yang dicukur dengan hasil yang menggembirakan, baik bagi domba itu sendiri maupun juga gembalanya, demikianlah hal yang sama juga akan diterima oleh seorang “Kristen domba”.


PERILAKU DOMBA PADA WAKTU MAKAN


Domba menghabiskan waktu hampir seluruh hari dengan makan. Mereka paling lama dan aktif merumput pada waktu pagi hari dan kembali melakukan demikian pada sore hari, dan selalu dalam arah maju. Waktu merumput diikuti dengan waktu istirahat dan memamah. Memamah ini dilakukan kira-kira 8-10 jam sehari dan dikerjakan dalam 8 - 15 tahapan/sesi.


Domba memakan tanaman sampai dekat tanah, memilih-milih menurut bau dan rasanya. Mereka akan menghindar dari tanaman atau daerah yang tercemar dengan kotoran domba. Penolakan terhadap kotoran dari hewan sejenis memang merupakan sifat dari hewan yang merumput atau pada umumnya, dan itu memang merupakan naluri dari hewan untuk menolak baksil/bakteri yang ada dalam kotoran tersebut. Domba mengeluarkan kotoran kira-kira 8-10 kali setiap harinya, yang berarti membagikan pupuk kandang secara merata di atas seluruh rumput. Dibawah ini kita akan melihat bagaimana perilaku makan seekor domba:


1. Makan pada pagi hari


Domba memiliki kebiasaan bangun pagi hari sebelum matahari terbit dan kemudian mulai makan. Bila ada bulan purnama, mereka juga akan merumput pada waktu malam. Pagi hari disini digambarkan ketika tumbuh-tumbuhan itu masih diliputi oleh embun, sehingga domba dapat memenuhi kebutuhan air yang cukup dengan makanan yang demikian. Haruslah disadari bahwa 70% tubuh domba terdiri dari air. Air menentukan kekuatan, semangat dan kesehatan domba.

Sebab apabila mereka haus mereka tidak akan tenang! Itulah sebabnya sebagai gembala yang baik dan rajin, ia harus bangun pagi untuk membawa domba-dombanya sehingga dapat memperoleh makanan yang bercampur air.


Arti rohani, dalam kehidupan kekristenan, kita pun harus mempraktekkan untuk memakan firman Tuhan yang diurapi embun dari sorga, yaitu ketika hati mengucap syukur dengan penyembahan dan puji-pujian kepada-Nya. Itulah sebabnya anak-anak Tuhan yang saleh umumnya bangun pada pagi hari untuk mulai “makan” firman-Nya.

“TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengaturpersembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.” (Mzm 5:4)


Pagi hari adalah waktu yang terbaik bagi kita untuk mulai mengarahkan hati kita kepada Tuhan dan bersekutu dengan Dia. Tuhan berjanji, bahwa di mana ada korban yang dipersembahkan disitulah Dia akan hadir untuk memberkati (Kel 20:24).


Berkat yang terbesar adalah berkat firman-Nya, sebab dengan demikian perjalanan hidup kita akan terpimpin dan terpelihara, sebab firman-Nya adalah pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Mzm 119:105).


Jika domba-domba itu memperoleh makanan pada pagi hari, maka rumput yang mereka makanakan penuh dengan air, sehingga mereka dapat makan sampai kenyang dan puas dan beristirahat.

Salah satu sifat domba adalah mereka tidak dapat beristirahat dengan tenang ketika perut merekalapar. Dan ketika mereka dapat membaringkan diri karena perut yang sudah kenyang, saat itulah mereka mulai melakukan proses memamah biak!

Ini berbicara tentang merenungkan firman Tuhan yang telah kita terima dipagi hari, mengingatingatnya kembali, merenungkannya dan melakukannya disepanjang hari.


2. Makan dengan arah maju


Jika merumput, maka domba akan melakukan itu dengan arah maju. Ada alasan yang baik untuk makan dengan langkah maju, sebab bila mundur mereka akan bertemu dengan kotoran yang dikeluarkannya sendiri, sehingga mereka akan menemukan rumput tercemar.


Arti rohani, kita sebagai seorang “Kristen domba”, harus memiliki wahyu yang progresif dan menerima pernyataan-pernyataan yang baru. Untuk itu, mintalah anugerah pernyataan-Nya yang baru, yang progresif. Kita harus menjadi orang Kristen domba yang progresif, yang selalu bergerak maju ke daerah baru bersama dengan Tuhan; bila demikian halnya, kita akan menjadi orang Kristen yang sehat, kuat dan kudus karena selalu diperbaharui, dan tidak terkontaminasi dengan masa lalu yang merintangi kita!


3. Memamah biak


Domba adalah hewan yang memamah biak, mereka perlu mencerna makanan yang berkadar serat sangat tinggi. berikut tahapan-tahapan memamah biak domba::


a. Rumen - perut besar di mana makanan disimpan sebelum dimuntahkan untuk dikunyah lebih jauh. Fungsi rumen adalah seperti ruangan fermentasi, yaitu mengubah tanaman yang mempunyai selulosa yang tinggi, yang hampir tidak berharga menurut ilmu gizi menjadi zat yang berhargadalam gizi.


b. Reticulum - dengan bentuk “sarang tawon” adalah lanjutan dari rumen, dan dari reticulum inilah makanan dimuntahkan kembali ke mulut.


c. Omasum - perut ketiga yang mempunyai serabut-serabut yang memanjang. Hanya makanan yang telah dikunyah sampai halus yang dapat masuk ke perut ini.


d. Abomasum - perut yang sebenarnya, yang berperan seperti perut manusia, yang mencerna makanan sehingga dapat diisap melalui dinding perut yang kemudian menjadi darah dan daging.


Arti rohani, Seharusnya begitulah yang terjadi dalam kehidupan seorang Kristen domba. Kita harus melakukan tahapan-tahapan dalam mencerna firman Tuhan yang akan kita makan/terima, baik melalui pembacaan Alkitab setiap hari maupun melalui pendengaran, pada waktu mendengarkan kotbah/renungan.


LANJUTAN DOMBA


Tahapan-tahapan tersebut adalah:


a. Tahapan menerima dan menyimpan


Sebagaimana makanan yang dimasukkan ke dalam perut besar “rumen” kemudian disimpan oleh domba, begitu jugalah kita menyimpan makanan kita.


“Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, ...” (Amsal 2:1-2)


Seperti halnya domba yang menyimpan makanannya di dalam rumen, kita juga harus menyimpan firman-nya dalam hati kita. Sebab firman itu, yang kelihatannya sukar dicerna dan tidak berharga, kelak akan menjadi sangat berharga untuk hidup!


b. Tahapan menguraikan


Tahapan penguraian adalah tahapan berdoa di dalam Roh kudus sebagaimana firman Tuhan ini: 


“Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.” (I Korintus 2:10) 


Berdoalah dalam Roh untuk mengerti firman-Nya.


c. Tahapan merenungkan


“Janganlah engkau lupa memperkata-kan kitab Taurat ini, tetapi renungkan-lah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” (Yosua 1:8)


“Berbahagialah orang ... yang kesukaan-nya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan

Taurat itu siang dan malam.” (Mazmur 1:1-2)


Marilah kita mengulang-ulangi firman Tuhan dengan suara kita saat kita mengucapkan janji-janjiNya bahkan kalau perlu juga dengan menggeram ketika mengucapkan kata-kata melawan iblis! Seperti domba yang suka mengunyah ulang makanannya, demikian juga orang Kristen domba harus “mengunyah ulang” santapan rohani kita yaitu Firman Tuhan dengan cara merenungkannya setiap hari. Jika Saudara mau mengalami sukses yang luar biasa, Saudara harus merenungkan firman itu siang dan malam!


d. Tahapan penyerapan


Setelah dikunyah, proses terakhir masuk ke perut, ke usus dimana terjadi proses penyerapan, yang kemudian dari zat-zat yang diserap itu dibentuk sel-sel darah dan yang membuat domba memiliki kehidupan dan pertumbuhan dan juga pembiakan dan mengeluarkan susu.


Firman Tuhan, roti dari sorga itu, digambarkan oleh Tuhan Yesus sendiri sebagai daging dandarah-Nya yang harus kita makan dan minum sehingga menjadi daging, tubuh yang melakukankehendak-Nya dan menjadi darah, jiwa yang memikirkan, merasakan, dan memiliki kehendak yangsesuai dengan Tuhan! Jadi dengan menerima, menguraikan, merenungkan dan menyerap firman Tuhan yang adalah roh, maka jiwa akan mengalami perubahan dan akhirnya tubuh akan bertindak sesuai dengan firman - inilah yang disebut: firman itu menjadi darah dan daging!


INDRA DOMBA

a. Indra penciuman

Penciuman domba sangat tajam sehingga dapat memilih tumbuh-tumbuhan yang akan

dimakannya. Dengan penciuman itu pula, mereka menolak untuk makan rumput yang tidak baik

atau terkontaminasi dengan kotoran. Selain itu, induk domba sangat mengenali anak-anaknya

dengan indra penciumannya.


Arti rohani, sebagai seorang “Kristen domba” kita harus dapat membedakan mana yang benar dan tidak benar. Itulah sebabnya jika kita benar-benar sudah menjadi domba Tuhan, kita pasti memiliki naluri atau hati yang dapat menimbang sebab hati nurani itu telah disucikan/ dipulihkan!


b. Indra pendengaran

Domba dapat mendengarkan suara dengan frekuensi yang lebih tinggi daripada yang dapat

didengar oleh manusia; jadi apa yang tidak dapat didengar oleh manusia dapat didengar oleh

seekor domba.


Arti rohani, sebagai seorang Kristen yang memiliki kualitas “Kristen domba”, ia harus dapat

mendengarkan suara Roh Kudus yang tidak dapat didengar oleh manusia biasa.


c. Indra penglihatan


Oleh karena mata domba terletak pada kedua sisi kepalanya, ia hanya dapat melihat dengan

kedua matanya untuk objek yang berada di depan saja, sedangkan untuk objek-objek disamping

kanan maupun kiri hanya dapat dilihat dengan satu mata saja. Jika memakai kedua matanya

(binocular vision), domba akan melihat objek dengan lebih baik sehingga perkiraan jaraknya pun

akan lebih tepat. Tidak demikian halnya jika ia memakai satu mata saja (monocular vision), objek

yang dilihatnya tidak dapat diperkirakan jaraknya dengan baik.


Arti rohani, bila Saudara ingin memiliki perjalanan hidup yang baik, milikilah pandangan ke depan, yaitu memandang kepada Tuhan saja yang telah mati dan dibangkitkan dari antara orang mati. 


Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri, walaupun domba dapat melihat objek di sebelah kanan atau kiri, ia tidak dapat memperkirakan pandangannya dengan baik, karena ia melihatnya hanya dengan satu mata. “Kristen domba” sebaiknya jangan melihat ke kanan atau ke kiri sehingga menyimpang. Kita harus melihat satu jalan saja, yaitu jalan menuju kepada Tuhan. 


*DOMBA BISA MENDENGAR SUARA GEMBALANYA*


Yohanes 10:27-28


Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.


Di Israel, mencari rumput bukanlah hal yang mudah karena kondisi tanahnya yang berbatu, hal ini membuat para gembala harus lebih aktif. Judith Fain saat mengambil gelar Ph.D dari Universitas Durham melakukan penyelidikan tentang cara orang Israel menggembalakan dombanya. Dia menghabiskan waktu beberapa bulan di Israel. 


Suatu hari Judith menjumpai tiga orang penggembala domba dengan kelompok domba-dombanya bertemu di sebuah jalan dekat kota Yerusalem. Tiga orang penggembala itu berbincang sejenak, saat mereka berbincang, domba-domba gembalaan mereka bercampur baur menjadi sebuah kelompok besar. 


Judith begitu tertarik ingin tahu bagaimana tiga gembala itu memisahkan domba milik mereka satu sama lain, jadi dia menunggu sampai ketiga orang itu berpisah. Dia begitu tertegun saat melihat gembala-gembala itu memanggil domba-dombanya. Saat mendengarkan suara gembala-gembala itu, seperti sebuah keajaiban, para domba itu memisahkan diri dari kelompok besar itu dan mengikuti gembalanya masing-masing. Sepertinya selama ribuan tahun cara menggembalakan domba di Israel tidak berubah karena di dalam Alkitab tertulis demikian : 


"Tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.


Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." (Yohanes 10:2-5)


Domba bukanlah hewan yang bodoh seperti anggapan banyak orang, sebab domba adalah hewan yang penuh perhatian. Dia memiliki pendengaran yang tajam sehingga bisa membedakan siapa gembalanya. 


Cara seorang gembala membuat domba itu bisa mengikutinya adalah ia memberi makan domba itu dari tangannya, ia membuat kedekatan dengan domba-dombanya, berbicara kepada mereka sehingga domba-domba itu mengenali suaranya dan menaruh kepercayaan kepadanya. Jadi ketika gembala itu berjalan di depan domba-dombanya, mereka mengikuti dia karena mereka percaya bahwa gembala mereka akan menuntun mereka untuk mendapatkan makanan dan minuman. 


Itu sebabnya Daud menulis dalam Mazmur 23, mengibaratkan dirinya sebagai seorang domba dan Tuhan sebagai gembala. Sebagai seorang gembala di masa mudanya Daud sadar betul tentang sifat domba dan gembala, bagaimana domba bergantung penuh kepada gembalanya dan peka kepada suara gembalanya. 


Hari ini, sudahkah kita memiliki sikap hati seperti seekor domba yang memiliki pendengaran yang peka akan suara Tuhan? Sudahkan kita percaya sepenuhnya kepada Tuhan bahwa Dia akan menjaga dan memelihara kita sepenuhnya? Mari persiapkan diri memasuki tahun yang baru dengan memiliki sikap hati seperti domba ini, dengan demikian kita menjadi seorang murid Kristus. 


Dari Berbagai Sumber





Komentar

Postingan Populer