SELAMAT JALAN PASTOR YONGGI CHO

*SELAMAT JALAN PASTOR YONGGI CHO*



Kabar duka meninggalnya pendeta Paul Yonggi Cho telah tersebar luas di media sosial.

Kepergian pendeta Yonggi Cho yang dijuluki sosok Pahlawan Iman meninggalkan duka bagi umat kristen di Indonesia.

Pribadi pendeta dikenal sebagai salah satu pengkhotbah di dunia.

Paul Yonggi Cho adalah seorang pendeta Kristen Korea.

David Yonggi Cho (awalnya disebut sebagai Paul Yonggi Cho) adalah seorang pendeta Kristen Korea. Ia adalah Pastor Senior dan pendiri Gereja Injili Penuh Yoido (Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah), kongregasi terbesar di dunia yang diklaim memiliki anggota berjumlah 830,000 orang (per 2007)

Ia adalah Pastor Senior dan pendiri Gereja Injili Penuh Yoido (Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah), kongregasi terbesar di dunia yang diklaim memiliki anggota berjumlah 830,000 orang.

Ia lahir pada 14 Februari 1936, di Ulju-gun, yang sekarang merupakan bagian dari kota metropolitan Ulsan.

Meninggal: 14 September 2021

Pasangan: Kim Sung Hae (m. 1965–2021)

Anak: Cho Hee-jun, Cho Min-je, Cho Seung-je

Saudara kandung: Cho Yong-mok, Cho Yong-chan, Cho Hyun-sook, Cho Hye-sook, lainnya

Pendidikan: Hansei University, Kookmin University

Sebagai putra dari Cho Doo-chun dan Kim Bok-sun, Cho adalah anak sulung dari lima bersaudara dan empat bersaudari.

Ia lulus dari sekolah menengah dengan gelar kehormatan.

Karena ayahnya syok dan bisnisnya akan bangkrut, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke sekolah tinggi atau universitas.

Kemudian, ia masuk ke sekolah tinggi teknik inekspensif untuk mempelajari perdagangan.

Pada waktu yang bersamaan, ia mulai masuk sebuah basis tentara Amerika yang berada di dekat sekolahnya, dan mempelajari bahasa Inggris dari para tentara yang menjadi temannya.

Ia memahami bahasa Inggris dengan cepat, dan menjadi seorang penerjemah untuk komandan basis tentara tersebut, dan juga untuk kepala sekolahnya.

Awalnya dibesarkan sebagai seorang Buddha, Cho berpindah agama ke Kristen pada usia 17 tahun, setelah seorang gadis mengunjunginya setiap hari dan menceritakannya tentang Yesus Kristus, setelah ia didiagnosis mengidap tuberkulosis.

Percaya bahwa Allah telah memanggilnya untuk pelayanan, Cho mulai bekerja sebagai penerjemah untuk penginjil Inggris Ken Tize.

Pada 1956, ia mendapatkan beasiswa untuk mempelajari teologi di Kolese Alkitab Injili Penuh di Seoul.

Disana, ia bertemu dengan Choi Ja-Shil (최자실), yang menjadi ibu iparnya dan orang yang terikat dengan pelayanannya. Ia lulus pada Maret 1958.

Gereja Daejo

Pada Mei 1958, Cho melakukan pelayanan pertamanya di rumah temannya, Choi Ja-shil.

Hanya Choi dan tiga anaknya yang masuk pelayanan tersebut, namun kemudian gereja tersebut berkembang dan memiliki 50 anggota.

Cho dan para anggota gerejanya memulai sebuah kampanye mengetuk pintu dan mengajak orang-orang untuk datang ke gereja, dan tiga tahun kemudian, jumlah anggota pada gereja tersebut bertambah menjadi empat ratus orang.

*WARISAN IMAN DR PAUL YONGGI CHO*

Iman dalam perbuatan menghasilkan karya Tuhan yang luar biasa

Salah satu ayat yang banyak diketahui oleh orang percaya ada dalam Yakobus 2:17b, “Jika iman itu tidak disertai dengan perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Di dalam Ibrani 11, kita bisa menemukan banyaknya raksasa-raksasa rohani yang bisa memberi teladan mengenai bagaimana mereka mengaplikasikan iman dalam perbuatan.

Iman Nuh yang membawanya pada petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan membuatnya bersedia untuk mempersiapkan diri terhadap air bah dengan membangun sebuah bahtera yang bisa menyelamatkan seluruh keluarganya.

Iman percaya Abraham mengantarkannya pada gambaran keindahan tanah perjanjian Tuhan, sehingga ia rela pergi meninggalkan tanah kelahirannya. Ketaatan Abraham juga menjadikannya sebagai bapak orang percaya.

Dr. Cho dalam buku 'Empat Dimensi'nya

Dalam buku karya Dr. Yonggi Cho, seorang pastor terkenal mengatakan dalam bukunya yang berjudul “The Fourth Dimension” kalau firman Tuhan yang kita dengar dapat melahirkan sebuah kekuatan visualisasi. Kita memahami kalau kita ini hidup dalam dunia tiga dimensi. Tetapi Dr. Cho menjelaskan kepada kita bagaimana kekuatan iman bisa mengantarkan kita pada dimensi keempat.

Dunia tiga dimensi merupakan kehidupan yang kita jalani jika kita hanya percaya terhadap apa yang kita lihat atau rasakan. Sementara kehidupan empat dimensi yang dibawa oleh iman membawa kita pada sebuah visualisasi dunia spiritual ke dalam dunia nyata.

Dr. Cho mengenalkan kalau iman yang lahir dari Tuhan akan memberikan kekuatan supranatural yang membuat kita mampu terus berjalan melawan arus. Sehingga kita bisa terus berpegang teguh pada apa yang kita yakini dan membuat kita tidak dapat dihentikan oleh apa pun.

Baca juga: Siapa Bilang Tuli Tidak Bisa Bernyanyi? Lampaui Keterbatasanmu Dengan Kristus!

Tuhan menggenapi janjiNya melalui iman kita

Sebenarnya, Tuhan telah memberikan pelita-pelita pada jalan yang telah dijanjikanNya tersebut. Namun karena kita sering dikalahkan oleh keinginan daging, perlahan-lahan, pelita tersebut redup dan menutupi jalan yang Tuhan tujukkan kepada kita tersebut.

Iman dapat membuat kita terus berpikir secara optimis dan tidak gentar dalam menghadapi apa pun persoalan yang menghalangi jalan kita. Dalam sebuah majalah, saya pernah membaca kalau iman bisa didefinisikan dalam pernyataan, “if I can see it in my mind, I can have it in my hand.”

Iman tidak akan menghasilkan sesuatu yang besar jika saja kita tidak berani untuk menghadapi tantangan, karena tantangan dan rintangan tersebut sebenarnya digunakan agar kita bisa memvisualisasikan iman kita.

Saat terbaik bagi Tuhan untuk membawa kita ke tempat yang lebih tinggi adalah ketika kita menerima keadaan yang menguji iman kita sehingga menghasilkan hati yang berserah dan brseru kepada Tuhan. Kita harus mengingat kalau Tuhan tidak hanya memberikan janji bagi kita, tetapi Tuhan meyakinkan kita kalau kitalah yang menjadi pewaris bagi janji-janjiNya.  

AMIN

Pustaka : Berbagai Sumber

Ditulis oleh Joshua Ivan Sudrajat

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer