IMAN HABEL

IMAN HABEL




Iman Habel : Mempersembahkan korban yang lebih baik

“Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.” (Ibr. 11:4).


 


Habel adalah pahlawan iman yang pertama disebut dalam Alkitab; kisah hidup dan kisah iman Habel dapat ditemukan dalam Kejadian 4:1-16. Iman apa iman Habel itu? Mengapa imannya dianggap sedemikian bernilai? Apakah kita juga bisa mempunyai iman seperti Habel?


Sebelum kita dapat mengerti iman Habel, kita perlu mengerti latar belakangnya dan dasarnya. Habel adalah anak kedua dari Adam dan Hawa. Mereka berdua adalah manusia pertama yang diciptakan Tuhan. Habel pasti mendengar dari orang tuanya itu bahwa ada Allah dan bahwa Allah itu adalah Sang Pencipta. Habel melihat semesta alam, langit dan bumi, semua mahkluk yang hidup; dan pasti dia percaya bahwa ada Allah dan Allah itu “memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr. 11:6). Inilah yang dimaksud dengan Habel memiliki iman yang berkenan kepada Allah.


Selain itu, Habel juga percaya bahwa dia sendiri adalah seorang berdosa yang perlu diampuni dan ditebus. Dia mengerti dan tahu bahwa Adam dan Hawa berdosa! Dia sudah tahu bahwa Tuhan sudah menyediakan bagi mereka pakaian yang terdiri dari kulit dari binatang. Dia tahu bahwa binatang itu harus disembelih dan darahnya harus dicurahkan. Dengan korban itulah Adam dan Hawa menerima penutupan ketelanjangannya. Hal itu menjadi pelajaran dari Tuhan bagi manusia; menunjukkan dan menjadi bayangan bagaimana hanya Tuhan sendirilah yang dapat menyelamatkan manusia, bahwa dosa tidak bisa ditutupi oleh daun pohon ara yang rapuh dan sementara, yaitu usaha dan pekerjaan manusia. Dosa hanya bisa ditutupi oleh korban, yaitu, oleh darah yang dicurahkan. Itulah dasar iman Habel!

 


Iman Habel mempersembahkan korban


 “Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu.” (Kej. 4:4)


Korban pertama yang diadakan oleh manusia yang berkenan kepada Allah adalah korban Habel. Korban Habel disusul oleh persembahan iman banyak orang dalam Perjanjian Lama, seperti korban Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub, Musa, Daud, Salomo, dan tokoh-tokoh yang lain. Semua korban itu memiliki dasar yang sama!


Iman Habel adalah iman akan korban domba yang menyelamatkan. Karena pengalaman Adam dan Hawa, Habel pasti sudah mengerti dua prinsip, yaitu bahwa penebusan adalah berdasarkan perbuatan dan karya Allah, bukan manusia, dan bahwa penebusan jugs berdasarkan korban binatang dengan darah yang tercurah. Karena itu, korban yang dibawa Habel kepada Tuhan bukanlah hasil usaha dirinya, tetapi seekor binatang dari kawanan dombanya.


Korban Habel memiliki dasar. Dasar itulah Firman Tuhan. Walaupun Kejadian 1 sampai 3 belum ditulis, kebenaran itu tentu ditulis dalam hati kedua orang tuanya, yaitu Adam dan Hawa. Sesungguhnya inilah iman akan Mesias yang akan datang. Itulah sebabnya iman Habel begitu penting nilainya. Tanpa memiliki iman seperti Habel, tidak ada seorang pun yang dapat diselamatkan.


Korban Habel adalah gambaran pengorbanan Anak Domba Allah yang akan menghapus dosa dunia. Korban Habel adalah gambaran korban Yesus di Golgota kelak; dan di situlah hampir 2000 tahun yang lalu dipersembahkan korban yang sempurna, yaitu Anak Allah, Anak Domba yang dipilih dan disembelih sebelum dunia dijadikan (1 Ptr. 1:19). Demikianlah korban Habel berkenan kepada Tuhan, karena itulah sebagian dari rencana Allah yang abadi, dengan Yesus sebagai Anak Domba Allah yang dipilih bahkan sejak sebelum dunia direncanakan, untuk menjadi korban satu sekali untuk selama-lamanya.


 


 Iman Habel rendah hati


Mempelajari iman Habel tidak terlepas dari mempelajari sosok kakaknya, yaitu Kain.  Kain adalah manusia pertama yang lahir melalui proses reproduksi biologis manusiawi di bumi. Ketika melahirkan Kain, ibunya, Hawa, berkata, “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN,” (Kej. 4:1). Makna kata nama “Kain” adalah “terdapat” atau “milik”; sedangkan makna kata nama “Habel” adalah “napas” atau “kesia-siaan”. Jelaslah, kedua anak itu berbeda sejak lahir. Yang satu Kain adalah “terdapat” atau “milik”, suatu kebanggaan dan ekspektasi besar milik orang tuanya, tetapi adiknya Habel adalah hanya “kesia-siaan”. Bisa jadi, sang kakak sejak kecil menyadari perbedaan “takdir” ini dan bangga serta sombong akan dirinya, sedangkan adiknya rendah hati dan biasa terhina. Apa hubungannya semua ini dengan iman? Iman berasal dari dan juga menghasilkan kerendahan hati. “Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman!” (Roma 3:27). Kita perlu memerhatikan bahwa iman Habel lahir dari kerendahan hati, yaitu wujud pengakuan sebagai orang berdosa yang membutuhkan pengampunan dan penebusan. Sebaliknya, Kain bangga atas persembahannya dan menjadi marah ketika korban adiknya dianggap lebih baik dari korbannya.


Kita juga dapat membandingkannya dengan suatu perumpamaan yang diceritakan Yesus. Ada dua orang; salah satunya adalah seorang jahat yang mohon pengampunan karena sadar dosanya, yang lain adalah seorang Farisi yang bangga dan sombong karena perbuatannya (Luk. 18:10-14). Kita perlu mengingat sikap Allah pada situasi ini, “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati,” (1 Ptr. 5:8). Allah mengindahkan persembahan orang yang rendah hati!


 


 Iman Habel tidak didasarkan pada perbuatan


Korban Habel jelas dinyatakan lebih baik dari korban Kain. “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain,” (Ibr. 11:4).  Mengapa disebut lebih baik? Berkaitan dengan pembahasan sebelumnya, persembahan Kain adalah hasil dari keyakinannya bahwa pekerjaan dan usaha manusia dapat menjadi berkenan kepada Allah. Inilah dasar hampir semua “agama”. “Iman” seperti itu hampa dan kosong. Itulah kesombongan. Semua manusia adalah orang berdosa. Segala perbuatannya hanya seperti kain yang kotor, seberapa keras pun manusia berusaha (Yes. 64:6). Manusia tidak dapat berkenan kepada Tuhan dengan perbuatan baik atau dengan usaha atau hasil dari pekerjaannya!


Segala perbuatan Kain disebut “jahat”. “Bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar,” (1 Yoh. 3:12).  Korban Kain tergolong perbuatan “jahat” karena dipersembahkan tanpa iman dan tanpa kerendahan hati. Segala perbuatan manusia, segala ibadah, segala pelayanan, segala usaha untuk membenarkan diri; adalah jahat, tidak baik, dan tidak berkenan kepada Tuhan. Biarpun perbuatan itu tampaknya di hadapan manusia lain sebagai perbuatan taat, perbuatan baik, perbuatan ibadah, ataupun perbuatan berkorban, Tuhan tidak berkenan! Semua perbuatan itu akan disebut “jahat” oleh Allah. Kain membunuh Habel karena segala perbuatannya jahat!


 


 Iman Habel adalah berdasarkan kasih


 “Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi; bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.”  (1 Yoh. 3:11-12)


Kain mempersembahkan korban, tetapi dia tidak memiliki kasih. Tanpa kasih, semua persembahan kita tidak berarti, tidak berguna, dan tidak akan diterima oleh Tuhan. “Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku,” (1 Kor. 13:3). Korban tanpa iman, kerendahan hati, dan kasih, sama sekali tidak berfaedah!


 


Iman Habel membawa kebenaran


Ada kesaksian bahwa Habel adalah orang benar. Apa isi kesaksian itu? “Karena iman, Habel… memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar…” (Ibr. 11:4). Habel dibenarkan oleh imannya! Habel dibenarkan bukan karena materi korbannya, bukan karena perbuatannya, bukan karena hasil karyanya, usahanya, atau kerajinannya dalam beribadah! Dia dibenarkan karena imannya!


Siapa yang bersaksi bahwa Habel benar itu? Tak kurang dari Yesus sendiri! Yesus bersaksi bahwa Habel adalah orang yang benar, “…supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu,” (Mat. 23:35). Selain itu,


Yohanes juga bersaksi bahwa Habel adalah orang benar, “(Habel) …bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar,” (1 Yoh. 3:12).


 


Iman Habel dianiaya


Habel mati karena imannya. Dia dianiaya dan dibenci karena persembahannya itu menyenangkan hati Allah. Yesus berkata, “Kalian akan dibenci oleh semua orang karena kalian pengikut-Ku,” (Luk. 21:17).  Seperti Habel dibenci, kita juga akan dibenci kalau kita hidup dengan iman yang benar kepada Yesus. Habel adalah orang pertama yang menemukan dan mengalami kebenaran ini, “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,” (2 Tim. 3:12).


 


Darah Habel masih berbicara


Darah Habel masih berbicara. Walaupun perkataannya sebagai korban pembunuhan pertama tidak pernah dicatat, darahnya “berbicara” dengan lantang di sepanjang zaman. Perkataan Kain dicatat; namun, dampak perkataan darah Habel jauh lebih besar daripada perkataan mulut Kain. Darah Habel berteriak dari tanah. Tuhan berkata kepada Kain, “Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah,” (Kej. 4:10). Apa isi teriakannya? Darah Habel berteriak menuntut pembalasan! Darah itu menuntut Allah bertindak sebagai Hakim yang benar. Yesus menyebut darah Habel sebagai darah yang “tidak bersalah” (Mat. 23:35). Darah Habel masih berteriak dan akan terus berteriak bersama dengan darah semua orang yang “tidak bersalah” seperti Habel, sampai pada saat yang ditentukan Allah.


Pada waktu Anak Domba membuka meterai yang kelima, Yohanes melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh “oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki” dan lalu terdengarlah seruan itu, “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?“ (Why. 6:9). Suara pertama yang berteriak adalah suara darah Habel; teriakan itu sudah bergema di sepanjang sejarah sampai akhir zaman. “Mereka dijawab bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka,” (Why. 6:11). Darah para martir masih berteriak! Darah para martir menuntut pembalasan! Dan, Allah-lah yang akan menjatuhkan pembalasan yang adil itu!


Yang lebih penting lagi untuk kita sadari, ada darah yang berbicara lebih kuat melebihi darah Habel: darah Yesus. Dalam kitab Ibrani kita membaca bahwa kita sudah datang kepada “darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat daripada darah Habel,” (Ibr. 12:24).  Darah Yesus itu berteriak menuntut penebusan atas dosa! Darah Yesus dicurahkan untuk membawa keselamatan dan penebusan bagi semua orang yang percaya, yang menaruh iman kepada-Nya.




Bagaimana dengan kita?


Mari kita menilik diri kita sendiri. Apakah kita membawa korban yang seperti Kain atau seperti Habel? Apakah kita penuh iman dan kasih seperti Habel, atau apakah kita masih dikuasai kesombongan dan usaha diri sendiri dan kebencian dalam hati kita seperti Kain? Jangan sampai nanti disebutkan tentang kita: “Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain!” (Yud. 1:11).  Semua manusia pada dasarnya dapat digolongkan sebagai pengikut teladan Habel atau pengikut teladan Kain. Kiranya kita semua akan didapati memiliki iman seperti iman Habel!


Sumber : https://www.abbaloveministries.org/iman-habel-mempersembahkan-korban-yang-lebih-baik/

 

Komentar

Postingan Populer