BELAJAR DARI ABRAHAM

BELAJAR DARI ABRAHAM



SHALOM


Sahabat Joshua Ivan Sudrajat, Roh Kudus terus mengarahkan saya untuk mempelajari tentang Abraham.


Kita akan belajar dari bapak orang beriman, Abraham. Abraham adalah bapak orang beriman, bapak setiap daripada kita. Segala berkat Abraham menjadi bagian kita di dalam kekristenan. Maka kita disebut sebagai anak2 Abraham, berkat yang generasional yaitu berkat yang turun dari generasi ke generasi.


Baca: Kejadian 17 ayat 1-8


Ayat di atas adalah janji yang diberikan Allah untuk Abraham. Dalam perjalanan hidup Abraham Tuhan memintanya untuk pindah dari kota kediamannya dan Abraham menuruti hal itu sampai pada akhirnya Tuhan menjanjikan keturunan yang banyak serta kepemilikan tanah Kanaan. Perjalanan Abraham sampai menerima janji Tuhan dapat kita pelajari untuk diaplikasikan di dalam kehidupan kita.


Secara logika saat Tuhan menjanjikan keturunan yang banyak pada Abraham, kita pasti akan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Butuh 25 tahun dari janji yang Tuhan ucapkan kepada Abraham sampai janji itu digenapi. Kita harus menyadari bahwa selalu ada jarak antara janji dan kegenapan, sehingga jangan kita terburu-buru menyerah dan surut imannya saat hal yang Tuhan janjikan membutuhkan waktu lama untuk terjadi. Akan tetapi ada hal yang dapat membuat jeda antara janji dan kegenapan itu dipersingkat yaitu bagaimana respon kita terhadap janji Allah.


Respon sangat erat kaitannya dengan karakter. Kalau karakter kita tidak baik, kita bisa menjadi pribadi yang mudah kecewa lalu hanya fokus meminta-minta Tuhan menggenapi janji-Nya. Yang membuat janji Allah semakin lama terjadi adalah respon setiap kita. Waktu Tuhan bisa dipercepat dan diperlambat sesuai dengan respon kita. Seperti yang kita pelajari dari firman Tuhan bahwa iman tanpa perbuatan sesungguhnya adalah mati.


Kita harus melangkah di dalam janji Tuhan meskipun janji itu terlihat mustahil. 25 tahun adalah masa Allah membentuk Abraham, yang sebenarnya Tuhan ingin bentuk adalah karakter dari Abraham lewat respon yang diberikan. Ada 2 fase dalam kehidupan Abaraham sehubungan dengan perjalannya mendapatkan kegenapan janji Tuhan:


Fase pertama, saat bernama Abram. Abram adalah orang yang terlalu kuat kedagingannya, orang seperti ini akan sulit menerima janji Allah.


Saat terjadi kelaparan Allah meminta Abram meninggalkan keluarga dan sanak saudaranya untuk pergi ke kota yang ditunjukkan Tuhan. Pada jaman itu ada 3 kerajaan besar, salah satunya adalah kerajaan Mesir. Abram yang mengalami kelaparan di pusat dunia itu menjadikan kerajaan Mesir sebagai tujuan pertamanya untuk mencari makan. Seperti Abram, kita seringkali lebih mau mengandalkan apa yang mata kita bisa lihat. Seharusnya solusi pertama yang dicari Abram adalah Tuhan. Hal inilah yang membuat janji Allah tertunda yaitu daging kita yang terlalu kuat, biarlah kita menyingkirkan Mesir-Mesir di dalam hidup kita dan fokus berharap pada Tuhan terutama saat mengalami masalah.


Dalam perjalanan di Mesir Abram juga berbohong mengenai hubungannya dengan Sara. Abram memanipulasi fakta untuk keselamatan dirinya sendiri sampai Abram diusir oleh Firaun dan diberikan putrinya sebagai persembahan bagi Abram. Putri Firain ini adalah Hagai, yang menjadi budak dari Sara. Apabila kita membiarkan diri kita bergantung kepada Mesir, maka Mesir akan menjadi bagian hidup kita meskipun tidak kita sadari. Mesir masuk dan mempengaruhi kehidupan Abram yang digambarkan lewat keberadaan Hagai. Orang yang kedagingannya kuat, memiliki orientasinya fakta. Kalau kita sudah berpikir tidak mungkin, tidak akan pernah terjadi mujizat itu. Seperti keputusan Abram untuk mengikuti saran Sara yang menyuruhnya tidur dengan Hagai, hal itu dilakukan atas dasar ketidakpercayaan akan janji Tuhan. Maka lahirlah Ismael yang bukan anak perjanjian Tuhan. Jangan pernah membantu Tuhan lebih daripada apa yang dikatakan oleh Tuhan sendiri.


Fase kedua, saat bernama Abraham. Dari anak biasa (Abram) menjadi anak Allah (Abraham). Seperti Tuhan masuk ke dalam kehidupan Abram dan mengubah namanya, ijinkan Tuhan menginterfensi hidup kita. Hanya Tuhan yang bisa mengubah manusia. Dapat kita lihat perubahan hidup Abraham dalam Alkitab setelah namanya berubah menjadi Abraham, dia tidak lagi melakukan tindakan yang tidak berkenan kepada Tuhan dan imannya yang teguh menjadi teladan bagi kita semua. Mari kita berdoa kepada Tuhan agar Dia menangkap setiap kita, seperti yang dilakukan dalam kehidupan Abraham. Selama kita berada dalam identitas yang lama, maka daging akan terus hidup di dalam hidup kita.


(Kejadian 17:23) Setelah itu Abraham memanggil Ismael, anaknya, dan semua orang yang lahir di rumahnya, juga semua orang yang dibelinya dengan uang, yakni setiap laki-laki dari isi rumahnya, lalu ia mengerat kulit khatan mereka pada hari itu juga, seperti yang telah difirmankan Allah kepadanya.


Pernahkan kita renungkan mengapa Tuhan ingin setiap bangsa pilihanNya untuk disunat? Sunat melambangkan keputusan untuk memotong daging kita dan tidak membiarkannya kembali lagi di dalam hidup kita. Tanda pertama dari sunat rohani adalah mengalami kepenuhan di dalam Roh Allah lalu tahap yang berikutnya kita harus dikuasai roh Allah.


Ijinkan roh Allah menguasai hidup kita dan menundukkan daging kita. Jangan terus berada di dalam level Abram, biarkan daging kita dipotong agar janji dan rencana Ilahi Tuhan semakin cepat digenapi di dalam hidup kita.


ABRAHAM SAHABAT ALLAH


"Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ ” Yakobus 2:23


Dalam perjalanan hidup Abraham, banyak pilihan-pilihan yang dia lakukan untuk dapat mencapai apa yang telah Tuhan janjikan kepada dirinya. Tentunya Abraham juga tidak luput dari kesalahan, karena dia juga manusia. Tetapi Abraham juga belajar dari kesalahan-kesalahan yang ada untuk dapat mengambil pilihan yang lebih baik lagi yang tentunya sesuai dengan kehendak Tuhan.


Mari kita lihat beberapa kisah yang dapat kita pelajari, untuk diterapkan dalam menentukan pilihan dalam hidup kita:


1. Memilih Untuk Mengalah

“Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah.” Kejadian 13:11


Kisah ini dimulai dari para gembala dari Abram (belum ganti nama menjadi Abraham) dan Lot yang berkelahi memperebutkan tanah untuk menggembalakan ternak mereka (Kejadian 13:1-18). Untuk menghindari perkelahian, Abram mempersilahkan Lot untuk memilih bagian tanah yang dianggap baik menurutnya. Lot memilih lembah Yordan yang terlihat sangat baik. Abram-pun mengalah dan menetap di tanah bagian lainnya yaitu di Kanaan.


Kita semua tahu bahwa pada akhirnya tempat yang dipilih oleh Lot dimusnahkan oleh Tuhan, yaitu di Sodom dan Gomora.


Secara kasat mata mungkin Abram hanya mendapat tanah sisa dan terlihat tidak sebaik lembah Yordan yang banyak airnya. Tetapi Abram rela untuk mengalah dan menjauhi pertengkaran yang ada.


Dan kita melihat bahwa justru Tuhan memberikan yang terbaik bagi Abram.


“Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan,

sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya.” Kejadian 13:14-15


Ada saat-saat tertentu dimana Tuhan menuntut kita untuk mengalah dan menyerahkan segalanya kepada Dia. Di saat kita memilih untuk mengalah, maka kita akan belajar dan melihat bagaimana Tuhan bekerja dengan luar biasa dalam kehidupan kita. Kita akan melihat pembelaan Tuhan bagi hidup kita.


2.Memilih Untuk Percaya

“Tetapi Allah berfirman: “Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.” Kejadian 17:19


Umur Abraham saat itu sudah sembilan puluh sembilan tahun dan Sara berumur sembilan puluh tahun. Suatu hal yang mustahil bagi manusia untuk dapat memiliki anak pada umur itu. Hukum alam menyatakan bahwa manusia mempunyai batas umur jika ingin mempunyai atau melahirkan seorang anak.


Tapi Tuhan berfirman bahwa justru Abraham akan mempunyai keturunan melalui Sara. Dan melalui anaknya itulah Tuhan mengadakan perjanjian yang kekal baginya dan keturunannya.


Memang kisah ini tidak masuk di akal pikiran manusia. Tetapi Abraham memilih untuk mempercayai Tuhan yang dia sembah. Dia meyakini apa yang dijanjikan oleh Tuhan. Itulah sebabnya dia dijuluki sebagai bapa orang beriman. Oleh karena dia percaya kepada hal yang belum dilihat dan belum diterima.


“TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya.

Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.” Kejadian 21:1-2


Janji Tuhan adalah ya dan amin. Jika Tuhan sudah berjanji, maka Dia akan menepatinya. Selama kita berpegang teguh kepada janji tersebut dan percaya kepadaNya, maka kita akan menerima janjiNya seperti yang telah dialami oleh Abraham.


Apa yang kelihatan mustahil saat ini di mata manusia, menjadi mungkin di mata Tuhan. Tidak ada hal yang mustahil bagi Tuhan, dan tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya kepadaNya.


Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Lukas 1:37


“Jawab Yesus: ‘Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!’ ” Markus 9:23


.


3. Memilih Untuk Taat

“Firman-Nya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’ ” Kejadian 22:2


Setelah melalui ujian iman di poin nomor dua di atas, Abraham masih diuji oleh Tuhan. Anak satu-satunya yang merupakan anak perjanjian melalui mujizat yang luar biasa, harus dipersembahkan (dikorbankan) kepada Tuhan. Dengan kata lain, Abraham harus membunuh anaknya untuk dijadikan korban.


Sebagai orang tua yang memiliki pengharapan yang besar kepada anak satu-satunya itu, agar dapat meneruskan keturunannya sehingga dapat menjadi banyak seperti yang dijanjikan oleh Tuhan, tentu Abraham merasa terpukul mendengar perintah Tuhan tersebut.


Bagi kita yang sudah menjadi orang tua pasti mengerti dengan jelas apa yang dialami oleh Abraham saat itu. Sungguh suatu hal yang tidak mungkin jika kita melakukan hal tersebut terhadap anak sendiri.


Tetapi Abraham tidak mengeluh atau bahkan membantah perintah Tuhan. Dengan langkah mantap dia menyiapkan semuanya dan melakukan persis seperti yang diperintahkan oleh Tuhan.


Abraham memilih untuk taat dibandingkan mengeluh atau bersungut-sungut.


Dan melalui ketaatannya tersebut, sekali lagi kita melihat kuasa Tuhan bekerja. Tepat di saat Abraham akan menikamkan pisaunya untuk menyembelih anaknya, malaikat Tuhan berseru untuk menghentikan Abraham. Di saat itulah Tuhan menyatakan bahwa Abraham sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan rela menyerahkan sesuatu yang berharga untuk melakukan perintahNya.


 Dan Tuhan-pun menyediakan seekor domba bagi Abraham untuk dipersembahkan sebagai korban.


“Dan Abraham menamai tempat itu: ‘TUHAN menyediakan’; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.’ ” Kejadian 22:14


Apa yang menjadi perintah Tuhan dalam hidup kita? Mari kita belajar untuk taat kepadaNya, sekalipun kita harus mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidup kita.


Dengan memilih untuk taat kepada Tuhan, maka kita akan melihat pintu-pintu berkat yang akan Tuhan bukakan bagi kehidupan kita.


“Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri–demikianlah firman TUHAN–:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku,

maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.” Kejadian 22:16-17


Setiap hari kita pasti dihadapkan kepada pilihan-pilihan yang harus kita lakukan. Kita dapat belajar dari tiga kisah hidup Abraham di atas, untuk dapat menentukan pilihan apa yang harus kita ambil.


Jangan berdalih bahwa kita tidak punya pilihan lain selain mengikuti atau menjalani hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Selalu ada pilihan bagi kita! Pilihlah jalan terang yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Pilihlah jalan kehidupan yang akan memberikan rasa damai sejahtera bagi hidup kita.


Jangan takut dikucilkan oleh dunia ini jika ingin menerapkan pilihan-pilihan tersebut. Jangan takut pada resiko yang akan terjadi jika kita menjalani pilihan yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan akan membela setiap keputusan yang kita ambil, jika kita benar-benar mengandalkan kekuatan Tuhan dan berjalan dalam kebenaran FirmanNya.


Dan Tuhan jugalah yang akan memberikan sukacita dan kemenangan dalam setiap keputusan yang kita jalani. Damai sejahtera Allah akan menyertai setiap langkah hidup kita. Haleluya!


“TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;

apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.


Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;

tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.


Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya;


sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan.” Mazmur 37:23-28


Tuhan Yesus memberkati


Amin


Jatiwangi 14 Juli 2022

Only By His Grace


Joshua Ivan Sudrajat 

Komentar

Postingan Populer