VISION RICK JOYNER

VISION RICK JOYNER



Pada tanggal 16 Februari 1995 saya diberi mimpi di mana saya melihat pasukan besar dari neraka yang telah dilepaskan melawan gereja. Dua hari kemudian saya diberi penglihatan di mana saya melihat gerombolan jahat ini lagi, tetapi dengan lebih detail. Ini adalah versi singkat dari bagian pertama dari penglihatan itu. Bagian kedua akan muncul di The Morning Star Journal edisi berikutnya.

Ada beberapa aspek dari penglihatan ini yang sejujurnya menjijikkan, tetapi saya telah mencoba untuk membagikannya seperti yang saya lihat. Pekerjaan kegelapan menjijikkan dalam arti yang paling dalam dari kata itu, dan kita harus mengenalinya seperti itu.

Pada bagian pertama dari penglihatan ini saya melihat sejauh mana kejahatan ini menguasai orang percaya, berapa banyak orang Kristen yang digunakan oleh musuh, dan apa yang diperlukan untuk membebaskan mereka. Di bagian kedua dari penglihatan itu saya melihat sebuah gereja yang bersatu dan mulia bangkit sebagai pasukan besar dalam pertempuran paling penting sepanjang masa antara terang dan gelap. Pertempuran ini sudah mulai mengamuk. Mimpi dan penglihatan biasanya metafora, dan yang ini pasti. Meski begitu, apa yang diwakilinya adalah nyata, dan sedang terjadi sekarang. Karena alasan inilah saya memutuskan untuk membagikannya dalam bentuk singkat ini, meskipun kadang-kadang tampak tidak lengkap. Jika Anda mendengar suara Tuhan melalui penglihatan ini, jangan mengeraskan hati Anda. Kenakan seluruh perlengkapan senjata Allah, dan bersiaplah untuk pertempuran.

PASUKAN NERAKA (EVIL ARMY)

Saya melihat pasukan iblis yang sangat besar hingga terbentang sejauh yang saya bisa lihat. Itu dipisahkan menjadi beberapa divisi, dengan masing-masing membawa panji yang berbeda. Pembagian yang paling utama dan paling kuat adalah Pride, Self-righteousness, Honorability, Selfish Ambition, dan Unrighteous Judgment, tetapi yang terbesar dari semuanya adalah Kecemburuan. Pemimpin pasukan yang sangat besar ini adalah Penuduh dari Saudara-saudara itu sendiri. Aku tahu bahwa ada lebih banyak divisi jahat di luar jangkauan penglihatanku, tetapi ini adalah garda depan dari gerombolan mengerikan dari neraka yang sekarang dilepaskan melawan gereja.

Senjata-senjata yang dibawa pasukan ini mempunyai nama, pedangnya bernama intimidasi, tombaknya bernama penghianatan dan anak panahnya bernama penuduh, gossip, fitnah dan mencari-cari kesalahan. Pengintai dan pasukan kecil setan bernama Penolakan, Kepahitan, Ketidaksabaran, tidak mau memaafkan dan nafsu, segera dikirim untuk mempersiapkan serangan utama. Saya tahu dalam hati bahwa gereja tidak pernah menghadapi hal ini sebelumnya.

Tugas utama pasukan ini adalah untuk memecah belah. Pasukan ini dikirim untuk menyerang setiap hubungan gereja satu sama lain, jemaat dengan gembala, suami dan isteri, anak dan orang tua, bahkan anak yang satu dengan yang lainnya. Para pengintai dikirim untuk membuka celah di gereja-gereja, keluarga-keluarga atau individu-individu dengan penolakan, kepahitan, nafsu dll, yang dapat meledak dan membuat lobang besar untuk divisi-divisi yang akan datang.

Yang paling mengejutkan dalam visi saya adalah pasukan ini tidak mengendarai kuda, tetapi mengendarai orang-orang Kristen. Banyak dari mereka dari kalangan orang kaya, terhormat dan terpelajar. Mereka adalah orang-orang Kristen yang membuka diri mereka sendiri kepada kuasa kegelapan, dipakai musuh sedangkan mereka berpikir bahwa mereka sedang dipakai Tuhan. Penuduh tahu bahwa jika rumah tangga terbagi-bagi tidak dapat bertahan, dan pasukan ini merupakan perwakilan dari percobaan terakhir yang memecah belah gereja sehingga mereka benar-benar jatuh.

ORANG-ORANG HUKUMAN

Mengikuti di belakang yang pertama adalah banyak sekali orang Kristen lainnya yang menjadi tawanan tentara ini. Mereka semua terluka, dan dijaga oleh setan kecil Ketakutan. Tampaknya ada lebih banyak tahanan daripada jumlah setan di tentara. Anehnya, para tahanan ini masih memiliki pedang dan perisai, tetapi mereka tidak menggunakannya. Sungguh mengejutkan melihat begitu banyak yang dapat ditawan oleh begitu sedikit dari setan-setan kecil Ketakutan ini. Ini bisa dengan mudah dihancurkan atau diusir jika para tahanan baru saja menggunakan senjata mereka.

Langit di atas tawanan tampak gelap tertutupi oleh burung nasar yang bernama Depresi. Burung-burung ini hinggap di pundak para tawanan dan muntah diatasnya. Muntahan itu adalah Penghukuman. Ketika muntahan itu jatuh disalah satu tawanan, dia akan berdiri dan berbaris lurus sesaat dan kemudian merosot, semakin lama semakin lemah dari sebelumnya. Sekali lagi, saya heran para tawanan itu tidak memusnahkan muntahan itu dengan pedang mereka yang dengan mudah dapat mereka gunakan.

Adakalanya para tawanan saling bertubrukan dan jatuh. Secepat mereka jatuh ke tanah, para tawanan yang lain akan mulai menusuk mereka dengan pedang dan mencaci maki mereka. Mereka akan memanggil burung dendang untuk mulai memakan mereka yang jatuh sebelum mati.

Saat saya melihat, saya sadar bahwa para tawanan ini percaya bahwa muntahan penghukuman itu adalah benar-benar dari Tuhan. Kemudian saya mengerti bahwa para tawanan ini berpikir bahwa mereka adalah pasukan Tuhan! Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak membunuh setan-setan kecil bernama Ketakutan atau burung nasar yang mereka pikir adalah pembawa pesan Tuhan. Kegelapan yang disebabkan banyaknya burung nasar membuat para tawanan ini menerima segala sesuatu yang terjadi seperti berasal dari Tuhan.

Satu-satunya makanan yang disediakan untuk para tawanan ini adalah muntahan burung nasar. 

Mereka yang menolak memakannya akan menjadi lemah sampai mereka jatuh. Mereka yang memakannya akan menjadi kuat, tetapi kuat oleh kekuatan iblis. Mereka akan saling memuntahkan satu sama lainnya. Ketika salah seorang memulai hal ini, salah satu setan akan menunggu untuk menungganginya dan kemudian mereka akan maju kebarisan depan. Lebih buruk dari muntahan itu adalah kotoran yang menjijikkan yang berasal dari kencing dan buang air besar setan-setan yang menunggangi orang-orang Kristen ini. Kotoran ini adalah harga diri, ambisi. dll. dan mereka menjadi bagian dari itu. Bagaimanapun juga, kotoran ini membuat orang-orang Kristen merasa lebih baik dari pada dihukum, dengan mudah mereka mempercayai bahwa setan-setan itu adalah utusan Tuhan dan mereka juga berpikir bahwa kotoran-kotoran itu adalah urapan Roh Kudus.

Kemudian Tuhan berbicara kepada saya, “Ini adalah awal dari pasukan-pasukan musuh di hari-hari akhir. Ini adalah muslihat akhir setan dan kekuatan penghancurannya yang terakhir dilepaskan dengan menggunakan orang-orang Kristen untuk saling menyerang. Selama jaman ini, setan sudah menggunakan pasukannya, tetapi belum pernah menggunakan banyak manusia untuk menjalankan tujuan iblisnya. Namun, jangan takut. Aku punya pasukan juga. Sekarang kamu harus berdiri dan bertanding sebab tidak ada lagi tempat untuk sembunyi dari perang ini. Kamu harus bertanding untuk Kerajaan Ku, kebenaran dan untuk orang-orang yang sudah ditipu”.

Saya sungguh terpukul oleh kebiadaban pasukan setan ini, sampai saya berpikir bahwa lebih baik mati daripada hidup dalam dunia seperti ini. Tetapi Firman Tuhan sangatlah menguatkan dan kemudian saya segera berteriak bahwa mereka sudah ditipu, saya berpikir mereka tidak mendengar saya. Ketika saya mulai berteriak, seluruh pasukan melihat kepada saya dan saya tetap berseru-seru. Saya pikir orang-orang Kristen ini akan bangun dan menyadari apa yang sudah terjadi, tetapi banyak dari mereka yang kemudian mulai menembakkan anak panahnya kepada saya. Sedangkan yang lain ragu-ragu seakan-akan mereka tidak tahu. Kemudian saya tahu bahwa saya melakukan hal ini terlalu dini dan itu adalah kesalahan yang sangat bodoh.

PEPERANGAN DIMULAI 

Kemudian saya berpaling dan melihat pasukan Tuhan berada dibelakang saya. Ada ribuan prajurit tetapi tidak bisa dihitung. Hanya sejumlah kecil yang berpakaian lengkap, berbaju zirah dan memakai ketopong tetapi sejumlah besar tidak memakai pelindung. Sejumlah besar pasukan itu terluka. Banyak dari mereka yang berbaju zirah tapi hanya memiliki perisai yang kecil sehingga tidak dapat melindungi mereka dari pembantaian yang datang. Mayoritas pasukan ini adalah wanita dan anak-anak.

Dibelakang pasukan ini adalah kelompok besar orang, sama seperti kelompok tawanan yang mengikuti pasukan iblis tetapi keadaannya sangatlah berbeda. Tampaknya mereka adalah orang-orang yang berbahagia, mereka bermain, bernyanyi, berpesta dan berjalan dari satu kemah ke kemah lainnya. Hal ini mengingatkan saya akan keadaan di Woordstock. Saya mencoba berteriak mengatasi suara riuh mereka dan mengingatkan kepada mereka bahwa ini bukanlah saat yang tepat, perang akan segera dimulai tetapi hanya sedikit orang yang mendengar suara saya. Merekalah yang memberikan “tanda damai” kepada saya dan berkata bahwa mereka tidak percaya adanya perang, Tuhan tidak akan membiarkan sesuatu buruk menimpa mereka. Saya mencoba menjelaskan bahwa Tuhan memberikan pakaian perlengkapan perang dengan satu maksud, tetapi mereka menjawab dengan ketus, mereka sudah datang ketempat yang penuh sukacita dan damai sejahtera dimana tidak ada sesuatupun yang akan terjadi pada mereka. Saya mulai berdoa meminta Tuhan menambahkan iman (perisai) orang-orang yang memakai baju zirah, untuk melindungi mereka yang tidak siap adanya perang.

Seorang Malaikat utusan muncul, memberikan sebuah terompet dan menyuruh saya untuk segera meniupnya. Saya segera melakukannya dan orang-orang yang berbaju zirah segera merespon dan memberikan perhatian. Banyak baju zirah yang dibawa dan mereka segera memakainya. Saya mengamati bahwa orang-orang yang terluka tidak memakai baju zirah diatas luka mereka, tetapi sebelum saya dapat berbicara sepatah katapun, panah-panah musuh menghujani kami. Setiap orang yang tidak berbaju zirah terluka. Mereka yang tidak segera menutupi luka mereka, kembali terluka ditempat yang sama.

Mereka yang terkena panah fitnah segera mulai memfitnah orang-orang yang tidak terluka. Mereka yang terkena panah gossip segera mulai menggosip dan secepat itu terjadi perpecahan di perkemahan. Kemudian burung-burung nasar mulai mengambil mereka yang terluka dan mengirimkan mereka ke kemah tawanan. Orang-orang yang terluka masih memakai pedang dan sebenarnya dapat dengan mudah menghancurkan burung nasar itu, tetapi mereka tidak menggunakan pedang itu. Sebenarnya mereka diangkut tanpa paksaan karena mereka sangat marah kepada orang-orang yang masih tersisa.

Keadaan mereka yang berada di perkemahan di belakang pasukan sangatlah menyedihkan. Tampak kekacauan total. Ribuan orang terluka dan merintih terbaring ditanah. Banyak dari yang tidak terluka hanya duduk diam tidak percaya. Mereka yang terluka dan duduk tidak percaya langsung diangkut oleh burung nasar. Beberapa orang mencoba untuk membantu yang terluka dan mengusir burung nasar, tetapi orang-orang yang terluka sangat marah, mereka mengancam dan mengusir orang-orang yang mencoba untuk membantu.

Banyak orang yang tidak terluka berlari secepat mungkin menjauhi medang perang. Pertemuan pertama dengan musuh sangatlah singkat, sehingga saya tertarik untuk bergabung dengan mereka. Dengan sangat cepat orang-orang ini muncul kembali dengan berpakaian perang lengkap, baju zirah dan perisai yang besar. Kegembiraan pesta berubah dengan cepat. Mereka mulai menempati tempat orang-orang yang jatuh dan mulai membentuk formasi baru untuk melindungi sekeliling. Segera 3 malaikat besar bernama Iman, Pengharapan dan Kasih muncul dan berdiri dibelakang kami dan perisai setiap orang mulai bertambah besar.

JALAN RAYA

Kami mempunyai Pedang yaitu Firman Tuhan dan Anak Panah yang dinamakan Kebenaran Alkitabiah. Kami ingin menembak mereka kembali, tetapi kami tidak tahu bagaimana kami bisa menembak tanpa mengenai orang-orang Kristen yang sedang dikendarai setan-setan itu. Yang terjadi kemudian, jika orang-orang Kristen ini terkena anak panah kebenaran mereka akan tersadar dan berbalik menyerang yang menekan mereka. Saya melepaskan beberapa anak panah. Sebagian besar mengenai orang-orang Kristen. Ketika anak panah kebenaran mengenai mereka, mereka tidak bangun atau jatuh terluka, namun mereka akan menjadi marah dan setan yang mengendarai mereka akan bertambah besar. Hal ini mengejutkan setiap orang. Mereka mulai merasa mustahil untuk menang, tetapi Iman, Pengharapan dan Kasih sangat yakin bahwa paling tidak mereka berperang di tanah sendiri. Malaikat lainnya bernama Hikmat yang kemudian muncul dan menuntun kami untuk berperang dari gunung yang ada dibelakang kami.

Diatas gunung ada tebing-tebing dengan tingkat yang berbeda setinggi mata memandang. Pada setiap tingkat, tebing itu menjadi lebih sempit dan mengeras sehingga dapat dipijak. Setiap tingkat dinamakan Kebenaran Alkitabiah. Tingkat dibawah dinamakan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran seperti, “Keselamatan”, “Pengudusan”, “Doa”, “Iman” dll. dan ditingkat yang lebih tinggi dinamakan dengan Kebenaran Alkitabiah Lanjutan. Semakin tinggi kami naik, perisai dan pedang kami semakin bertumbuh besar dan sedikit anak panah yang dapat mencapai kami.

KESALAHAN TRAGIS

Beberapa orang yang masih tinggal di tingkat rendah mulai mengambil anak panah dan kembali menembaki musuh. Tetapi ini adalah sebuah kesalahan yang tragis. Setan-setan ini dengan mudah menyerang orang – orang Kristen kembali. Jika salah satu terkena panah Penuduh atau Fitnah, salah satu setan Kepahitan atau Kemarahan akan terbang dan bertengger di atas anak panah itu. Kemudian dia akan mulai mengencingi dan buang air besar diatas orang-orang Kristen itu. Jika salah satu orang Kristen itu sudah dihinggapi setan bernama Harga Diri dan Membenarkan Diri Sendiri, maka 2 atau 3 setan akan ditambahkan lagi, dan kemudian dia akan berubah bentuk menjadi setan itu sendiri.

Kami dapat melihat hal ini terjadi dari tingkat, yang lebih tinggi, tetapi mereka yang berada di tingkat lebih rendah tidak bisa melihatnya. Separoh dari kami memutuskan untuk tetap memanjat naik, sedangkan separohnya turun ke tingkat bawah untuk menerangkan kepada mereka yang tinggal disana tentang apa yang sudah terjadi. Setiap orang diperingatkan untuk tetap naik dan tidak berhenti, kecuali beberapa orang yang tinggal di setiap tingkat untuk menjaga setiap prajurit naik lebih tinggi.

KEAMANAN

Ketika kami mencapai tingkat “Kesatuan Saudara Seiman” UNITY tidak satupun dari anak panah musuh dapat mencapai kami. Banyak orang dari perkemahan kami memutuskan untuk tidak naik lagi. Hal ini dapat saya mengerti sebab setiap tingkat yang baru semakin sulit untuk ditapaki. Bagaimanapun juga, lebih tinggi saya naik, saya merasa lebih kuat dan lebih mampu dalam memegang senjata, jadi saya terus naik.

Dengan cepat saya mampu menembak setan tanpa mengenai orang-orang Kristen. Saya merasa jika saya terus naik, saya akan dapat menembak pemimpin-pemimpin pasukan neraka ini yang berada dibelakang pasukan. Saya menyesal ada banyak orang Kristen yang berhenti ditingkat bawah, mereka aman tetapi tidak bisa menembak musuh. Kekuatan dan karakter orang-orang yang tetap naik semakin bertumbuh dan membuat mereka menjadi Pemenang, setiap orang akan menghancurkan banyak musuh.

Pada setiap tingkat ada banyak anak panah Kebenaran yang berhamburan yang berasal dari orang-orang yang jatuh dari posisinya. Semua anak panah itu dinamakan Kebenaran. Beberapa orang enggan untuk mengambil anak–anak panah ini, tetapi saya tahu bahwa kami memerlukan semuanya itu sehingga kami dapat menghancurkan pasukan besar yang ada dibawah. Saya mengambil satu anak panah, menembak satu setan dan dengan mudah melenyapkannya, setelah itu baru orang-orang lain mulai mengambil anak-anak panah itu dan menembakkan kearah musuh. Serangan kami mulai membuat divisi musuh berkurang. Karena hal ini, seluruh pasukan setan terfokus kepada kami. Untuk sesaat, semakin kami mencapai sasaran, semakin kami dilawan. Tugas kami seakan tiada akhir dan ini menjadi sangat melelahkan.


FIRMAN TUHAN ADALAH SAUH

Pedang-pedang kami semakin bertumbuh besar seiring dengan kami mencapai setiap tingkat baru. Hampir saja saya tertinggal sebab tampaknya saya tidak bisa ke tingkat yang lebih tinggi. Akhirnya saya memutuskan bahwa pedang-pedang ini diberikan untuk satu tujuan, dan saya harus tetap maju. Saya meletakkan pedang itu di tanah dan mengikat diri saya sendiri ke pedang itu selagi saya menembaki musuh-musuh. Kemudian terdengar Suara Tuhan, “Kamu sudah menggunakan hikmat yang akan memampukanmu untuk terus naik. Banyak orang yang jatuh karena tidak menggunakan pedang dengan selayaknya yaitu menjadi sauh bagi diri mereka sendiri. Tampaknya tidak ada seorangpun yang mendengar Suara Tuhan, tetapi banyak orang yang melihat apa yang saya lakukan dan mereka menirunya

Saya heran mengapa Tuhan tidak berbicara kepada saya sebelum saya menentukan pilihan. Kemudian saya merasa bahwa Dia sudah berbicara kepada saya entah bagaimana. Lalu saya merasa seluruh hidup saya sudah dilatih untuk beberapa jam ini. Saya sudah dipersiapkan, saya sudah mendengarkan Nya dan mematuhi Nya seumur hidup saya. Saya juga tahu karena hikmat dan pengertian saya, sekarang ini tidak dapat diambil selagi dalam medan peperangan. Saya sungguh mengucap syukur untuk setiap pencobaan yang sudah saya alami disepanjang hidup saya dan menyesal tidak menghargainya terlebih lagi.

Kemudian kami menembaki setan-setan dan hampir semuanya tepat sasaran. Kemarahan bangkit dari pasukan musuh seperti api dan batu belerang.Saya tahu bahwa orang-orang Kristen yang terjebak dalam pasukan sekarang merasakan Kemarahan yang hebat. Tidak ada satupun yang dapat menembaki kami dan sekarang mereka saling menembaki diri mereka sendiri. Karena panah-panahnya tidak bisa mengenai kami, mereka sekarang mengirim burung nasar untuk menyerang kami. Orang-orang yang tidak menggunakan pedang mereka sebagai sauh dapat diserang burung-burung nasar itu, tetapi mereka juga dapat dijatuhkan dari tempat mereka berdiri. Beberapa orang jatuh di tingkat yang dibawahnya tetapi beberapa orang juga jatuh didasar gunung, kemudian dibawa burung-burung itu pergi.

SENJATA BARU

Panah Kebenaran sangat jarang dapat menembus burung-burung nasar itu, tetapi dapat melukai mereka dan membawa kembali orang-orang yang dibawa. Setiap kali mereka kembali, beberapa dari kami dapat naik ke tingkat yang lebih atas. Ketika kami mencapai tingkat yang disebut “Galatia 22”, kami berada diketinggian yang tidak bisa dicapai burung-burung itu. Di tingkat ini, langit diatas kami hampir menyilaukan mata karena keindahan dan sinarnya. Saya merasakan damai sejahtera yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.

Sebelumnya, sebagian besar roh perlawanan saya dimotivasi oleh kebencian dan muak pada musuh, untuk kepentingan kerajaan, kebenaran dan kasih dari para tawanan. Tetapi di tingkat inilah saya menangkap Iman, Pengharapan, Kasih yang sebelumnya saya hanya ikuti dari kejauhan. Di tingkat ini saya diliputi oleh kemuliaan. Saat saya menangkap mereka, mereka berbalik kepada saya dan mulai memperbaiki dan membuat baju zirah saya bersinar. Sesaat saja, pakaian saya berubah total dan memancarkan kemuliaan yang ada pada mereka. Saat mereka menyentuh pedang saya, sinar kemuliaan memancar. Kasih berkata, “Orang-orang yang mencapai tingkat ini dipercayakan kekuatan untuk menghadapi saat ini, tetapi Aku harus mengajarkanmu bagaimana menggunakannya”. Jalan di tingkat “Galatia 2:20” sangat lebar sehingga tidak ada bahaya jatuh. Juga ada banyak anak panah bernama Pengharapan. Kami melepaskan beberapa anak panah itu ke burung nasar dan dengan mudah mengenainya. Hampir separuh yang mencapai tingkat ini tetap menembak dan sebagian membawakan anak panah-anak panah ini turun ke tingkat bawah.

Burung-burung itu tetap berdatangan seperti gelombang diatas tingkat yang ada dibawah. Dari Galatia 2:20 kami dapat menembak pasukan musuh tetapi tidak pemimpinnya, karena dia masih berada diluar jangkauan. Kami memutuskan tidak menggunakan panah Kebenaran sampai kami bisa menghancurkan awan depresi yang sudah mereka ciptakan dan ini membuat kebenaran sedikit efektif. Hal ini memerlukan waktu yang cukup lama, tetapi kami tidak pernah merasa lelah.

Iman, Pengharapan dan Kasih, bertambah besar seperti senjata kami sehingga setiap orang yang jauh dari medan pertempuranpun dapat melihatnya. Sinar mereka bahkan memancar ke kemah-kemah para tawanan yang masih berada dibawah langit yang dipenuhi burung nasar. Kegembiraan itu memenuhi kami. Saya merasa bahwa berada dalam pasukan ini, peperangan ini merupakan petualangan terbesar di sepanjang hidup saya.

Setelah menghancurkan sebagian besar burung nasar yang menyerang gunung kami, kami mulai memunguti burung-burung nasar yang menempel di para tawanan. Setelah awan kegelapan mulai dibersihkan, matahari mulai menyinari mereka dan mereka mulai tersadar seakan-akan mereka bangun dari tidur yang sangat lelap. Kemudian mereka mundur apalagi setelah sadar muntahan-muntahan burung nasar masih menutupi mereka dan mereka mulai membersihkan diri mereka sendiri. Saat mereka mulai memegang Iman, Pengharapan dan Kasih, mereka melihat gunung tempat kami berada dan mulai berlari mendekati. Pasukan iblis masih menghujani mereka dengan anak panah Tuduhan dan Fitnah, tetapi mereka tetap berlari. Sebelum mereka mencapai gunung, ada banyak orang yang terkena lusinan atau lebih anak panah, tetapi tampaknya mereka tidak melihatnya. Secepat mereka mulai mendekati gunung, luka mereka mulai sembuh. Bersama dengan awan depresi yang mulai disibakkan, segala sesuatu menjadi lebih mudah.

JEBAKAN-JEBAKAN

Para tawanan-tawanan yang terdahulu sangat bersukacita atas keselamatan mereka. Mereka sangat menghargai setiap tingkat gunung yang mereka naiki dan kami sangat menghargai kebenaran itu. Dengan cepat kekuatan para tawanan untuk melawan musuh bangkit. Mereka memakai baju zirah yang sudah tersedia dan meminta untuk diijinkan kembali melawan musuh. Kami memikirkan hal tersebut, tetapi kemudian kami putuskan untuk tetap tinggal di gunung dan melawan musuh. Sekali lagi Tuhan berfirman, “Sudah yang kedua kali engkau memilih hikmat. Engkau tidak akan menang di tempat musuh, tetapi engkau harus tinggal di Gunung KudusKu.”

Saya terkejut, kami sudah membuat keputusan lain hanya dengan berpikir dan membicarakannya dengan singkat. Kemudian saya memutuskan yang terbaik adalah tidak membuat keputusan sebelum berdoa. Dengan cepat Hikmat ada pada saya, memegang kedua lengan saya dengan kuat dan memandang mata saya dan berkata, “Engkau harus melakukan ini!” Kemudian saya melihat sekalipun saya berada ditempat yang luas di “Galatia 2:20”, tetapi saya dapat pergi kepinggirnya tanpa saya ketahui dan dapat dengan mudah terjatuh. Saya menatap mata Hikmat dan dia berkata dengan serius, “Waspadalah dimana tempatmu berdiri, engkau dapat jatuh. Didalam hidup ini engkau dapat jatuh dari tingkat berapapun”.

ULAR

Untuk waktu yang lama kami terus membinasakan burung nasar dan memunguti setiap setan yang menunggangi orang-orang Kristen. Kami menemukan bahwa panah panah dari Kebenaran yang berbeda-beda mempunyai efek yang berbeda dari setan yang berbeda pula. Kami tahu bahwa hal ini akan menjadi pertempuran yang panjang, tetapi sekarang kami tidak bisa santai dan kami sudah melewati tingkat “Kesabaran”. Sekalipun setelah orang-orang Kristen menembaki setan-setan, hanya sedikit orang yang naik di gunung.

Banyak orang yang dibawa setan-setan dan terus berkhayal. Saat kegelapan yang melingkupi setan dikoyak, kami dapat melihat tanda yang ada disekitar kaki orang-orang Kristen ini bergerak. Kemudian saya melihat ternyata kaki-kaki mereka diikat ular yang bernama Malu.

Kami menembakkan anak panah Kebenaran ke ular-ular itu, tetapi hanya sedikit yang terkena. Kemudian kami kembali mencoba menembakkan anak panah Pengharapan, tetapi juga tanpa hasil. Dari “Galatia 22” sangatlah mudah untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi, dan kami mulai menaiki tingkat yang lebih tinggi. Sesaat kemudian kami tiba pada sebuah taman yang sangat indah yang pernah saya lihat. Di pintu masuk taman ini tertulis “Kasih Bapa yang Tak Bersyarat”. Pintu itu adalah sebuah jalan masuk yang sangat megah dan mengundang kami untuk masuk, jadi kami masuk. Setelah kami masuk, kami melihat Pohon Kehidupan ada di tengah-tengah taman. Pohon itu dijaga oleh malaikat-malaikat yang luar biasa. Mereka terlihat seakan-akan sedang menunggu kami, jadi kami memberanikan diri melewati mereka dan berjalan kearah pohon. Salah satu malaikat itu berkata,”Mereka yang dapat masuk ke tingkat ini yaitu mereka yang mengenal Kasih Bapa, dan dapat memakannya”.

Saya tidak sadar betapa laparnya saya. Saat saya merasakan buah itu, rasanya sangat lezat melebihi apapun yang pernah saya rasakan, tetapi rasanya juga tidak aneh. Makan buah ini membangkitkan kenangan saya pada matahari terbit, hujan, taman-taman yang indah, matahari terbenam diatas lautan terlebih terkenang pada orang-orang yang saya kasihi. Setiap gigitan, saya merasakan bertambah mengasihi segala sesuatu dan setiap orang. Kemudian saya teringat musuh-musuh saya dan saya juga mengasihi mereka. Perasaan saya menjadi lebih besar dari apapun juga, Lebih dari damai sejahtera yang saya alami di “Galatia 22”. Kemudian saya mendengar suara Tuhan dan Dia berkata, “Sekarang inilah yang menjadi makananmu setiap hari. Tidak akan pernah diambil darimu. Kamu dapat memakannya sebanyak dan sesering yang kamu mau. Tidak ada akhir dari KasihKu”. Saya mendongak keatas pohon Kehidupan arah sumber suara dan melihat pohon itu dipenuhi dengan burung rajawali yang sangat putih. Mereka memiliki mata yang tajam dan indah yang pernah saya lihat. Mereka melihat kearah saya seakan-akan menunggu perintah. Salah satu dari malaikat-malaikat penjaga berkata, “Mereka akan melakukan permintaanmu. Rajawali-rajawali ini memakan ular-ular”. Saya berkata, “Pergilah! Telanlah malu yang mengikat saudara-saudara kita”. Burung-burung itu membuka sayapnya dan sebuah angin yang besar datang dan mengangkat mereka ke udara. Rajawali-rajawali ini memenuhi langit dengan kemuliaan yang menyilaukan. Sekalipun kami berada di ketinggian, saya dapat mendengar suara-suara kengerian dari perkemahan musuh saat rajawali-rajawali itu mendekati mereka.

Tuhan Yesus sendiri yang berdiri di tengah-tengah kami. Dia menyentuh setiap kami dan berkata, “Sekarang Aku harus mengatakan kepadamu apa yang sudah Aku katakan dengan saudara-saudaramu setelah KenaikanKu ke Sorga- pesan dari KerajaanKu. Pasukan yang paling kuat dari musuh kita sekarang sudah di kocar-kacirkan tetapi tidak dihancurkan. Sekarang waktunya bagi kita untuk maju berbaris dengan Injil KerajaanKu. Rajawali-rajawali itu dilepaskan dan akan pergi bersama kita. Kita akan mengambil setiap anak panah yang ada di setiap tingkat tetapi sekarang Akulah Pedangmu dan Akulah Panglimamu. Sekaranglah waktunya Pedang Tuhan dihunus.” Saya menoleh dan melihat seluruh pasukan Tuhan berdiri di taman. Ada banyak laki-laki, perempuan dan anak-anak dari segala bangsa dan segala suku, masing-masing membawa panji yang digerakkan angin dengan kesatuan yang sempurna. Saya tahu bahwa tidak ada seperti yang ini yang pernah saya lihat di bumi. Saya tahu bahwa musuh–musuh mempunyai pasukan yang semakin bertambah banyak dan benteng-bentengnya ada diseluruh bumi, tetapi tidak ada seorangpun yang dapat berdiri didepan pasukan yang sangat besar ini. Saya berbisik, “Ini pasti Harinya Tuhan”. Sekumpulan besar pasukan ini menjawab dengan suara yang menggelegar, “Harinya Tuhan sudah datang”.

Kami berdiri di Taman Tuhan dibawah Pohon Kehidupan. Tampaknya seluruh pasukan ada disitu dan berlutut didepan Tuhan Yesus. Dia baru saja memberikan kekuatan bagi kami untuk kembali ke medan pertempuran dan membebaskan saudara-saudara kami yang masih terikat musuh dan untuk dunia yang masih dikasihiNya. Sungguh perintah yang luar biasa dan menyedihkan. Sangat luar biasa karena perintah ini berasal dari Tuhan. Sangat menyedihkan karena kami harus meninggalkan HadiratNya dan Taman yang sangat indah yang pernah saya lihat ini. Dan meninggalkan semua ini untuk kembali ke medan pertempuran.

Tuhan meneruskan perintahNya: "Aku sudah memberikan kasih karunia dan kekuatan rohani, pemahamanmu akan Firman dan KerajaanKu akan bertambah-tambah, tetapi senjata terbesar yang baru diberikan kepadamu adalah Kasih Bapa. Sepanjang engkau berjalan didalam Kasih Bapa, engkau tidak akan pernah gagal. Buah dari Pohon Kehidupan adalah Kasih Bapa yang dinyatakan dalamKu. Kasih yang ada dalamKu harus menjadi makananmu sehari-hari”.

Keperkasaan Tuhan tidaklah seperti yang kita bayangkan sungguh dahsyat. Saat Dia bergerak dan berbicara, membuat Dia menjadi orang yang paling menarik yang pernah saya lihat. Dia ada diluar definisi manusia dalam martabat dan keanggunan Nya.Tidak ada gambar atau lukisan yang pernah menggambarkan Dia seperti yang saya lihat, tetapi kebanyakan lukisan-lukisan itu mirip Dia. Saya mulai berpikir bahwa Dia adalah segala sesuatu tentang Kasih Bapa dan mulia. Dia benar-benar penuh dengan keanggunan dan kebenaran.

Ketika saya memakan buah dari Pohon Kehidupan, pikiran-pikiran tentang yang baik-baik memenuhi jiwa saya. Saat Yesus berbicara hal sama terjadi. Saya tidak akan pernah mau meninggalkan tempat ini. Saya teringat bagaimana saya pernah berpikir alangkah membosankannya untuk para malaikat-malaikat itu, tidak mengerjakan apapun tetapi hanya menyembah Dia depan Tahta Nya. Sekarang saya tahu bahwa tidak ada sesuatupun yang melebihi apapun daripada menyembah Dia. Hal itu tentu saja bagian yang paling baik di surga. Sangat sukar dipercayai bahwa saya berjuang melawan kebosanan selama pelayanan penyembahan. Saya tahu bahwa itu karena saya waktu itu berada diluar jangkauan kenyataan.

MENYEMBAH DALAM ROH DAN KEBENARAN

Saya diliputi perasaan untuk kembali dan memperbaiki waktu-waktu saya menyembah Dia tetapi pikiran saya mengembara dan penuh dengan hal-hal lain. Perasaan untuk mengungkapkan kekaguman saya pada Dia semakin tidap bisa ditahan. Saya harus memuji Dia! Saat saya membuka mulut, saya terkejut dengan penyembahan spontan yang keluar dari mulut pasukan Allah pada saat yang sama. Saya hampir lupa bahwa ada orang lain disana, tetapi kami ada didalam kesatuan yang sempurna. Penyembahan yang agung ini tidak dapat dikatakan dalam bahasa manusia.

Saat kami menyembah, sebuah sinar emas mulai memancar dari Tuhan, kemudian ada sinar–sinar perak yang mengitari emas itu. Warna-warni yang banyak sekali tidak pernah saya lihat membungkus kami. Dengan kemuliaan ini saya masuk alam emosi yang tidak pernah saya alami sebelumnya. Saya mengerti kemuliaan ini sudah ada disana sepanjang waktu, tetapi kami focus pada Dia, cara kami menyembah dan kami mulai melihat KemuliaanNya. Semakin kami menyembahNya, semakin Kemuliaan itu tampak. Jika ini adalah surga, maka ini adalah sangat amat baik melebihi apapun yang pernah saya impikan.

MENEMUKAN HADIRAT TUHAN

Saya tidak tahu berapa lama penyembahan ini berlangsung. Mungkin dapat bulanan, hanya tidak mungkin memperkirakan waktu dalam kemuliaan ini. Untuk sesaat saya memejamkan mata sebab kemuliaan yang saya lihat dengan hati menjadi sebesar yang saya lihat dengan mata jasmani saya. Saat saya membuka mata, saya terkejut melihat Tuhan sudah tidak ada lagi disana, tetapi pasukan malaikat-malaikat berdiri ditempat Tuhan sebelumnya berada. Salah satu dari mereka maju kearah saya dan berkata, “Pejamkanlah matamu kembali”. Saat saya melakukannya, kemuliaan Tuhan melingkupi saya dan saya sangat lega.

Kemudian malaikat itu menjelaskan, “Apa yang kamu lihat dengan mata hatimu adalah lebih dari kenyataan yang dapat kamu lihat dengan mata jasmanimu”. Seringkali saya mengatakan hal ini, tetapi betapa jarangnya saya benar-benar berjalan didalamnya.! Malaikat itu kemudian meneruskan, “Karena itulah Tuhan mengatakan kepada murid-murid Nya yang pertama bahwa adalah lebih baik untuk Dia pergi sehingga Roh Kudus dapat datang. Tuhan tinggal didalam kamu. Kamu sudah diajarkan hal ini berulang kali, tetapi sekarang kamu harus hidup didalamnya sebab kamu sudah makan dari Pohon Kehidupan”.

Kemudian malaikat itu menuntun saya kembali ke pintu gerbang. Saya memprotesnya, saya tidak mau meninggalkan tempat ini. Tampak terkejut, malaikat ini memegang bahu saya dan memandang langsung ke mata saya. Kemudian saya mulai mengenalinya sebagai malaikat Hikmat. “Engkau tidak perlu meninggalkan taman ini. Taman ini ada didalam hatimu sebab Sang Pencipta Sendirilah yang ada didalammu. Engkau menginginkan hal yang terbaik, yaitu untuk menyembah dan diam dalam Hadirat Nya selama-lamanya dan itu tidak akan pernah diambil darimu”. Saya memahami apa yang diucapkan Hikmat, kemudian saya melihat Pohon Kehidupan yang ada dibelakangnya. Saya ingin meraihnya sebelum pergi. Mengetahui pikiran saya, Hikmat dengan lembut menggoncangkan saya, “Jangan. Buah-buah yang dikumpulkan dalam ketakutan akan busuk. Buah dan pohon ini ada didalammu sebab Dia ada didalammu. Kamu harus percaya”.

Saya memejamkan mata saya dan mencoba melihat Tuhan kembali, tetapi tidak bisa. Saat saya membuka mata saya, Hikmat masih menatap saya. Dengan kesabaran yang luar biasa dia meneruskan, “Engkau sudah merasakan kenyataan surga dan tidak ada seorang pun yang ingin kembali ke medan pertempuran yang pernah mereka lewati. Ketika Rasul Paulus datang kesini, dia berjuang sepanjang hidupnya untuk tinggal dan bekerja bagi Tuhan, atau kembali masuk kesini sebagai warisannya, tetapi warisan ini akan terus membesar selama dia tinggal. Sekarang engkau mempunyai hati penyembah yang ingin selalu berada disini dan engkau dapat memasukinya melalui penyembahanmu yang benar. Semakin engkau focus pada Tuhan, semakin nyata kemuliaan yang dapat engkau lihat dimanapun engkau berada”.

Kata-kata Hikmat akhirnya menenangkan saya. Sekali lagi saya memejamkan mata hanya untuk mengucap syukur atas pengalaman luar biasa dan kehidupan yang sudah Dia berikan kepada saya. Saat saya melakukan hal itu, saya mulai dapat melihat kemuliaan Tuhan kembali dan perasaan yang ada pada penyembahan sebelumnya kembali memenuhi jiwa saya. Kata-kata Tuhan sangat keras dan jernih dan saya yakin dapat saya dengar dengan telinga saya, “Aku tidak akan pernah meninggalkan atau mengabaikanmu”.

Saya meresponiNya, "Tuhan, ampuni ketidakpercayaan saya,” Tolong bantu saya untuk tidak pernah meninggalkan atau mengabaikanMu”.


BERJALAN DENGAN HIKMAT TUHAN

Saat saya membuka mata, Hikmat masih memegang pundak saya. “Aku adalah karunia pertama yang diberikan kepadamu untuk pekerjaanMu, “ kata Hikmat, “ Aku akan menunjukkan jalan kepadamu, tetap pada jalan itu tetapi hanya kasih yang dapat membuatmu setia. Hikmat terbesar adalah Kasih akan Tuhan”.

Kemudian Hikmat melepaskan pundak saya dan kami mulai berjalan melewati pintu gerbang. Saya mengikutinya dengan diam. Saya teringat nafas peperangan dan saat kami menaiki gunung dan itu menarik, tetapi tidak ada yang dapat menyamai Hadirat Tuhan dan penyembahan yang sudah saya alami. Meninggalkan itu semua adalah pengorbanan terbesar yang pernah saya buat. Kemudian saya teringat bagaimana semuanya itu ada didalam saya, sangat mengherankan begitu cepat saya melupakannya. Saya mulai berpikir tentang peperangan besar yang menggusarkan hati saya, antara apa yang saya lihat dengan mata jasmani saya dan apa yang saya lihat dengan hati saya.

Saya maju kedepan sehingga dapat berjalan disamping Hikmat dan bertanya, “Saya sudah 26 tahun berdoa untuk dapat pergi ke Surga tingkat ke-3 seperti Rasul Paulus. Apakah ini surga tingkat ketiga itu?”

"Yah, ini adalah salah satu bagian dari surga tingkat ketiga, “jawabnya, “tetapi masih banyak yang lainnya."

"apakah saya diijinkan untuk melihat yang lainnya?" tanya saya.

"Engkau akan melihatnya. Sekarang Aku akan membawamu melihatnya”. .

Saya mulai memikirkan Kitab Wahyu. “Apakah wahyu Yohanes tentang surga ketiga?” Tanya saya.

Sebagian wahyu Yohanes adalah surga ketiga, tetapi paling banyak itu adalah surga tingkat kedua. Surga tingkat kedua adalah alam rohani selama setan memerintah bumi. Surga ketiga adalah kasih dan tempat tinggal Bapa yang akan menang atas bumi melalui Rajamu”.

"Bagaimana dengan surga tingkat kesatu?" pinta saya, dan saat saya menanyakan hal itu saya merasakan hembusan udara dingin.

Ini bukan urusan Hikmat saat ini, “ teman saya ini menjawab dengan serius saat pertanyaan saya mengejutkan dia. "Hikmat adalah untuk mengenal surga ketiga sepertimu. Ada banyak yang engkau harus ketahui tentang surga ketiga dan ini adalah surga ketiga, kerajaan yang harus kamu kotbahkan sepanjang waktu. Di waktu-waktu yang akan datang, kamu akan diceritakan tentang surga pertama tetapi tidaklah menguntungkan jika kamu mengetahuinya sekarang”.

Saya teringat hembusan angin dingin yang saya rasakan dan Hikmat mengangguk, mengetahui pikiran saya. “Sungguh Engkau sangat luar biasa,” saya harus mengatakan itu sebagai penghargaan pada malaikat ini. “Engkau akan menjagaku dijalan yang benar".

"Ya, benar," jawabnya.

Saya yakin, saya merasakan kasih keluar dari malaikat ini, kasih yang unik, yang tidak pernah saya rasakan dari malaikat yang lain, yang menunjukkan tugas lebih daripada kasih. Hikmat meresponi pikiran saya seakan-akan saya mengatakannya dengan lantang.

"Ini adalah Hikmat untuk mengasihi dan Aku tidak akan menjadi Hikmat kalau Aku tidak mengasihimu. Ini juga Hikmat untuk memegang kebaikan dan kehebatan Tuhan. Ini Hikmat untuk mengasihi Tuhan dan takut akan Dia. Engkau bisa melakukan yang sebaliknya. Ini adalah pelajaran selanjutnya yang harus engkau pelajari.” Malaikat itu mengatakan dengan sungguh-sungguh.

"Saya tahu itu dan saya sudah mengajarkannya berulangkali," jawab saya, untuk pertama kalinya saya merasa Hikmat benar-benar tidak mengenal saya.

"Aku sudah menjadi temanmu sepanjang waktu dan aku tahu pengajaran-pengajaranmu,” kata Hikmat. “Sekarang engkau akan belajar apa arti pengajaran-pengajaranmu. Seperti yang sudah engkau katakan berulang kali, “Ini bukanlah tentang mempercayai pikiranmu, tetapi mempercayai hatimu sebagai hasil dari kebenaran”.

Saya meminta maaf, dan merasa malu menanyakan hal ini pada Hikmat. Segera dia menerima permohonan maaf saya. Kemudian saat itu saya menyadari bahwa saya sudah menanyakan dan menantangnya sepanjang hidup saya, sering kali atas sakit hati saya.

BAGIAN LAIN DARI KASIH

"Ada banyak waktu untuk mengagumi Tuhan," Hikmat meneruskan, "dan ada banyak waktu untuk menghormati Dia dengan takut dan penghargaan. Seperti ada waktu untuk menanam, waktu untuk menuai dan Hikmat untuk mengetahui waktunya. Hikmat yang benar mengetahui waktu-waktu dan musim-musim Tuhan. Aku membawamu kesini sebab ini adalah waktu menyembah Tuhan dalam kemuliaan KasihNya. Sekarang aku membawamu ke tempat lain sebab ini adalah waktu untuk menyembah Dia dengan takut akan PenghakimanNya. Sampai engkau mengerti keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain”.

Apakah artinya itu kalau saya tetap tinggal didalam penyembahan mulia, saya akan kehilanganmu?” Tanya saya tak percaya.

Ya. Aku akan dapat selalu mengunjunginya dengan kamu jika Aku bisa, tetapi kita akan jalan berseberangan. Memang sangat sulit untuk meninggalkan kemuliaan dan damai sejahtera seperti itu, tetapi itu bukan sepenuhnya wahyu tentang sang Raja. Dia adalah Singa dari Yehuda dan Anak Domba. Untuk yang masih anak-anak rohaninya dia adalah Anak Domba. Untuk yang sudah dewasa Dia adalah singa dari Yehuda. Untuk yang benar-benar sudah dewasa Dia adalah Singa dari Yehuda dan Anak Domba. Engkau sudah mengerti hal ini dalam pikiranmu dan Aku sudah mendengar engkau pernah mengajarkannya, tetapi sekarang engkau akan mengerti dalam hatimu dan engkau akan mengalami Kursi Pengadilan Kristus.

Bagian 3

KEMBALI KE MEDAN PERTEMPURAN

Sebelum meninggalkan gerbang Taman saya meminta pada Hikmat untuk duduk sebentar saja, memikirkan semua hal yang baru saya alami. “Ya, kamu dapat melakukan hal ini,” jawabnya, “Tetapi Aku mempunyai tempat yang lebih baik untukmu."

Saya mengikuti Hikmat keluar dari pintu gerbang dan kami mulai menuruni gunung. Saya terkejut, peperangan masih terus berlangsung, tetapi hampir tidak sehebat sewaktu kami naik. Masih ada banyak anak panah penuduhan dan fitnah berterbangan di tingkat bawah, tetapi pasukan musuh yang masih tertinggal diserang rajawali putih yang besar. Burung-burung perkasa itu dengan mudah menang.

Kami tetap turun dan hampir sampai didasar gunung. Hanya beberapa diatas tingkat “Keselamatan” dan “Pengudusan” adalah tingkat “Pengucapan Syukur dan Pujian”. Saya dapat mengingat tingkat ini dengan baik karena disinilah serangan terbesar musuh yang saya alami saat saya berusaha mencapainya. Saat kami bisa mencapai tingkat ini, kami dapat dengan mudah mendaki gunung dan jika salah satu anak panah mengenai baju zirah kami, maka akan cepat sembuh.

Secepat musuh melihat kehadiran saya di tingkat ini (mereka tidak bisa melihat Hikmat), secepat mungkin saya dihujani anak panah. Dengan mudah saya dapat mengalahkannya dengan perisai saya dan mereka berhenti menembaki. Anak panah – anak panah mereka hampir habis dan mereka tidak dapat membuangnya begitu saja.

Prajurit-prajurit yang masih berperang dari tingkat ini melihat saya dengan keheranan dan membuat saya merasa tidak enak. Saat itu kemudian saya mengetahui kemuliaan Tuhan memancar dari baju zirah dan perisai saya. Saya mengatakan pada mereka untuk mendaki ke puncak gunung tanpa berhenti dan mereka akan melihat Tuhan. Saat mereka setuju untuk pergi, mereka dapat melihat Hikmat. Mereka langsung jatuh berlutut untuk memuliakan Dia, tetapi Dia menahan mereka dan menyuruh pergi.

KESETIAAN

Saya dipenuhi dengan kasih untuk prajurit-prajurit ini, banyak dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Baju zirah mereka berantakan dan dipenuhi darah, tetapi mereka tidak berhenti. Kenyataannya, mereka masih bersukacita dan memberanikan diri. Saya mengatakan pada mereka bahwa mereka lebih layak menerima penghormatan daripada saya, sebab mereka sudah menanggung beban berat dalam peperangan dan tetap ada. Mereka tampaknya tidak mempercayai saya, tetapi menghargai apa yang saya katakan. Saya merasa bahwa itu adalah benar.

Setiap tingkat di gunung dipenuhi dengan burung nasar yang datang dan pergi memuntahkan muntahan dan kotoran, sehingga sulit untuk kami berdiri. Sebagian tebing dipenuhi prajurit-prajurit dari denominasi yang berbeda atau pergerakan yang berbeda yang menekankan pada kebenaran setiap tingkat yang mereka pertahankan. Saya malu dengan sikap yang sudah saya perlihatkan kepada kelompok-kelompok ini. Saya menganggap mereka diluar jangkauan dan kembali ke perbuatan yang lama adalah yang terbaik, tetapi disini mereka berperang dengan setia melawan pembantaian musuh yang mengerikan. Perlawanan mereka pada posisi ini memungkinkan saya untuk tetap naik seperti yang sudah saya lakukan.

Beberapa tingkat memang ditempatkan seperti ini sehingga kami bisa memandang bagian indah dari gunung atau dari medan peperangan, tetapi beberapa tempat terpencil sehingga prajurit-prajurit yang berada diatasnya hanya dapat melihat posisi mereka sendiri dan tidak mengetahui medan peperangan dibawah. Mereka seringkali terluka dari penuduhan dan fitnah yang membuat mereka bertahan jika seseorang turun ke tingkat mereka dari tingkat yang lebih atas dan mendorong mereka untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Ketika beberapa turun dari atas, kemuliaan Tuhan nyata, mereka mendengarkan dan bersukacita, kemudian mereka mulai naik. Saat saya dilingkupi hal ini Hikmat tidak berkata banyak, tetapi dia tampak tertarik dengan reaksi saya. 

MENEMUKAN REALITA

Saya melihat ada banyak prajurit yang turun dari atas ke setiap tingkat yang ada untuk membebaskan orang-orang yang sudah dibawa untuk tetap berdiri diatas kebenaran. Saat mereka melakukan hal itu, setiap tingkat mulai memancarkan kemuliaan yang mereka bawa. Sesaat saja seluruh gunung itu mulai menyinarkan kemuliaan yang menyilaukan burung-burung nasar dan setan-setan yang tertinggal. Dan sesaat kemudian saya merasakan kemuliaan di gunung sama seperti di Taman.

Saya mulai mengucap syukur dan memuji Tuhan dan sesaat kemudian saya rasakan HadiratNya. Sangat sulit untuk menjelaskan emosi dan kemuliaan yang melingkupi saya. Pengalaman ini menjadi lebih hebat sehingga saya menghentikannya. Hikmat berdiri disebelah saya. Meletakkan tangannya di bahu saya dan berkata,” Engkau memasuki Pintu GerbangNya dengan ucapan syukur dan pengadilanNya dengan pujian”.

"Tetapi itu sangat nyata! Saya merasa seperti pernah kesana," seru saya.

Engkau memang pernah disana," jawab Hikmat. "Tidak lebih bisa lebih nyata tetapi engkau melakukannya. Sama seperti Tuhan mengatakan pada pencuri yang ada disalib, ‘Hari ini’ engkau akan bersama denganKu di Firdaus, engkau dapat memasuki Firdaus setiap saat. Tuhan, FirdausNya dan gunung ini, semua tunduk padamu, karena Dia ada didalammu.

Apa yang lebih dulu engkau alami sekarang menjadi nyata sebab engkau sudah mendaki gunung itu. Alasanmu dapat melihatku dan yang lainnya tidak bisa melihatku adalah karena engkau sudah masuk ke tempat dimana Aku berada. Inilah kenyataan yang diketahui nabi-nabi dan memberikan keberanian yang besar sekalipun sendirian menghadapi sepasukan musuh.

JEBAKAN MAUT

Saya melihat pembantaian di medan peperangan yang ada dibawah dan pasukan setan yang lambat laun kembali lagi. Dibelakang saya ada lebih banyak pejuang yang bersinar mulai menempati tempat-tempat di gunung. Saya tahu bahwa sekarang ada cukup banyak pejuang untuk menyerang dan membinasakan pasukan-pasukan yang tertinggal. “Belum”, kata Hikmat. “Lihatlah kesana”. Saya melihat kearah yang ditunjukkannya, tetapi saya tidak bisa melihat karena sinar kemuliaan yang memancar dari baju zirah saya. Kemudian saya menangkap gerakan bayangan di lembah. Saya tidak bisa melihat dengan jelas karena sinar kemuliaan dari baju zirah saya membuat saya sulit melihat dalam kegelapan. Saya meminta Hikmat untuk memberikan sesuatu yang dapat menutupi baju zirah saya sehingga saya dapat melihatnya. Kemudian dia memberikan sebuah mantel sederhana untuk menutupi baju zirah saya. “Apa ini?” Tanya saya, sedikit terhina karena kesederhanaannya. “Kerendahan Hati” jawab Hikmat. “Engkau tidak akan pernah dapat melihat dengan baik tanpa ini”. Dengan enggan saya memakainya dan dengan cepat saya dapat melihat ada banyak hal yang sebelumnya tidak bisa saya lihat. Saya melihat ke lembah dan pergerakannya. Mengejutkan, ada sebuah divisi pasukan musuh yang menunggu siap menyergap setiap orang yang baru kembali dari gunung. "Pasukan apa itu?" Tanya saya, "dan bagaimana mereka dapat melarikan diri dari medan peperangan?"

"Itu adalah Kebanggaan," Hikmat menjelaskan. "Ini adalah pasukan musuh yang terkuat setelah kamu mengalami kemuliaan. Mereka yang menolak untuk memakai mantel ini akan menderita luka parah dari serangan musuh."

Saat saya melihat gunung kembali, saya melihat ada banyak pejuang dengan sinar kemuliaan lewat untuk menyerang pasukan musuh yang tersisa. Tidak satupun dari mereka menggunakan mantel kerendahan hati dan mereka tidak dapat melihat musuh yang siap menyerang mereka dari samping. Saya mulai berlari untuk menghentikan mereka, tetapi Hikmat menahan saya. “Engkau tidak dapat menghentikan hal ini,” katanya. “Hanya para prajurit yang mengenakan mantel ini yang akan mengenali otoritasmu. Mari. Ada sesuatu yang harus engkau lihat sebelum engkau dapat membantu memimpin peperangan besar yang akan datang."

DASAR KEMULIAAN 

Hikmat menuntun saya turun ke tingkat yang paling rendah di gunung yang bernama “Keselamatan”. “Kamu pikir ini adalah tingkat yang paling rendah,” kata Hikmat, “Tetapi ini merupakan dasar dari seluruh gunung. Dalam suatu perjalanan, langkah pertama sangatlah penting dan biasanya paling sulit. Tanpa “Keselamatan” tidak akan ada gunung ini."

Saya terheran-heran dengan pembantaian besar-besaran di tingkat ini. Setiap prajurit terluka sangat parah, tetapi tidak ada satupun yang mati. Orang-orang banyak berpegang pada tepi gunung. Banyak orang tampaknya akan jatuh setiap saat, tetapi tidak seorangpun jatuh. Malaikat-malaikat ada dimana-mana melayani prajurit-prajurit ini dengan sukacita, kemudian saya bertanya, “Mengapa mereka tampak bahagia?”


"Malaikat-malaikat ini melihat keberanian orang-orang ini untuk tetap berpegang teguh. Mungkin mereka tidak bergerak maju, tetapi mereka juga tidak menyerah. Mereka akan segera sembuh dan akan melihat kemuliaan yang dari gunung dan kemudian mereka juga akan naik. Orang-orang ini adalah para pejuang besar untuk peperangan yang akan datang."

"Tetapi apakah tidak lebih baik jika mereka naik gunung bersama kita?” saya memprotes melihat keadaan mereka.

"Itu lebih baik buat mereka, bukan buat kita. Dengan mereka tinggal disini, itu memudahkanmu untuk naik dan mereka menjaga dari musuh-musuh. Sangat sedikit orang-orang di tingkat yang lebih tinggi membantu sesamanya di gunung, tetapi mereka melakukannya disini. Nyatanya, banyak dari pejuang-pejuang perkasa dipimpin ke gunung oleh orang-orang yang setia ini. Mereka ini adalah sedikit pahlawan yang membuat orang-orang bisa naik keatas. Mereka membawa sukacita ke surga secara terus menerus, membimbing yang lain ke “Keselamatan”. Itulah alasan para malaikat di surga ingin membantu melayani mereka dan mereka merasa sangat dihormati karena diijinkan untuk membantu."

Sekali lagi saya merasa sangat malu atas sikap saya kepada orang-orang suci ini. Banyak dari kami membentak mereka saat kami memanjat naik ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka banyak melakukan kesalahan pada saat peperangan, tetapi mereka juga menunjukkan hati seorang hamba daripada kami semua. Tuhan akan meninggalkan yang 99 orang dan mencari 1 yang terhilang. Orang-orang ini harus tetap tinggal di tempat dimana mereka masih dapat menjangkau yang terhilang dan mereka harus membayar harga untuk itu. Saya juga ingin membantu mereka tetapi tidak tahu harus mulai darimana.

Kemudian Hikmat berkata, "Sangatlah benar engkau ingin membantu, tetapi yang paling membantu adalah dengan terus melakukan panggilanmu. Orang-orang ini akan sembuh dan dengan cepat naik ke gunung Tuhan. Mereka akan kembali bersama denganmu di medan perang. Orang-orang ini tidak takut dan tidak akan mundur dari musuh."


KEBANGGAAN YANG KUAT

Saya sedang berpikir bagaimana caranya turun dari gunung seperti saat mendakinya, kemudian suara-suara di medan peperangan menarik perhatian saya. Sebelumnya ada banyak ribuan prajurit perkasa yang menyerang pasukan musuh yang tersisa. Musuh-musuh itu kocar-kacir ke segala tempat kecuali satu divisi yaitu Kebanggaan. Divisi ini sangat tidak terdeteksi, pasukan ini berbaris menuju ke tepi para pejuang dan akan melepaskan sejumlah anak panah. Kemudian saya melihat para prajurit perkasa yang tidak menggunakan baju zirah di bagian samping, terbuka dan mudah diserang dan musuh-musuh itu akan melepaskan anak panahnya.

Hikmat berkata, “Engkau mengajarkan bahwa tidak ada baju zirah untuk bagian samping tubuh, yang berarti itu menjadi sasaran musuh. Bagaimanapun, engkau tidak akan pernah tahu ada bagian yang terbuka jika engkau berada dalam kebanggaan”.

Saya hanya mengangguk mengetahui hal ini. Sudah terlambat melakukan sesuatu dan sangat tidak tahan melihatnya, tetapi Hikmat mengatakan bahwa saya harus melihatnya. Saya keheranan melihat ketika anak panah kebanggaan mengenai para pejuang itu mereka sama sekali tidak tahu. Bagaimanapun juga, musuh tetap menembaki mereka. Para pejuang itu berdarah dan menjadi lemah dengan cepat tetapi tidak mengetahuinya. Secepat itu juga mereka sangat lemah untuk memegang perisai dan pedang mereka, kemudian mereka melemparkan senjata itu dan mengatakan bahwa mereka tidak perlu pedang dan perisai lagi. Mereka juga mulai melepasi bahu zirah mereka dan berkata tidak perlu mengenakan baju zirah lagi.


Divisi lain musuh muncul dan bergerak dengan cepat. Divisi itu disebut Khayalan Kuat. Mereka melepaskan anak panah –anak panah yang mengenai semuanya. Kemudian saya melihat saat sedikit dari setan khayalan membawa pasukan kuat yang penuh kemuliaan ini. Mereka dibawa ke kemah yang berbeda-beda, setiap kemah bernama doktrin yang setan yang berbeda. Saya terkejut melihat bagaimana sekumpulan orang benar yang besar ini benar-benar dikalahkan dan mereka masih tidak akan tahu apa yang sudah menembak mereka. "Bagaimana mereka orang-orang yang cukup kuat, yang sudah naik ke puncak gunung, yang sudah melihat Tuhan seperti apa adanya, menjadi sangat terbuka?" Tanya saya cepat.

"Kebanggaan adalah musuh terkuat untuk dilihat dan itu selalu merayap dibelakangmu," Hikmat meratap. "Dalam beberapa cara, orang-orang yang sudah pernah mencapai ketinggian paling besar resiko untuk dapat jatuh. Engkau harus selalu ingat bahwa didalam hidup ini engkau dapat jatuh dari tingkat manapun juga. “Waspadalah, saat engkau pikir engkau dapat bertahan, engkau dapat jatuh,' Saat engkau pikir engkau yang paling sedikit resikonya untuk jatuh faktanya ketika engkau yang paling mungkin jatuh. Banyak manusia yang jatuh setelah meraih kemenangan."

HIKMAT UNTUK BERPERANG

"Bagaimana kami dapat menjaga dari serangan seperti ini?" Tanya saya.

"Tetaplah dekat dengan Aku, mintalah pada Tuhan sebelum membuat setiap keputusan mayoritas, tetap kenakanlah mantel rendah hati dan musuh tidak akan pernah dapat membutakanmu seperti yang sudah dia lakukan pada orang-orang itu."

Saya melihat pada mantel itu. Tampak sangat sederhana dan tidak menarik. Saya merasa bahwa mantel itu membuat saya lebih tampak sebagai gelandangan daripada sebagai seorang pejuan. Hikmat memberikan respon seakan-akan saya mengucapkannya dengan keras,”Tuhan lebih dekat kepada para gelandangan daripada para pangeran. Engkau hanya dapat mendapatkan kekuatan dalam kadar yang benar jika engkau berjalan dengan kasih karunia Tuhan, dan ‘Dia memberikan Kasih KaruniaNya kepada orang-orang yang rendah hati.’ Tidak satupun senjata musuh dapat menembus mantel ini karena tidak ada satupun yang dapat mengalahkan Kasih KaruniaNya. Selama engkau mengenakan mantel ini, engkau aman dari segala jenis serangan."

Kemudian saya menatap keatas melihat seberapa banyak para pejuang yang masih ada di gunung. Saya sangat terguncang melihat betapa sedikitnya mereka yang tersisa. Kemudian saya melihat bahwa mereka juga mengenakan mantel kerendahan hati. “Bagaimana itu terjadi?” Tanya saya.

Ketika engkau melihat peperangan itu, mereka semua datang kepadaKu dan minta bantuan, Aku memberikan mantel kepada mereka semua," jawab Hikmat.

"Tetapi saya pikir Engkau ada bersama saya sepanjang waktu?"

"Aku bersama semua orang yang pergi untuk melakukan kehendak Bapa," Hikmat menjawab.

"Engkau adalah Tuhan!" saya berseru menangis.

"Ya," Dia menjawab. "Aku katakan kepadamu bahwa Aku tidak akan pernah meninggalkan atau mengabaikan engkau. Aku bersama semua PejuangKu seperti Aku bersamamu sekarang. Aku akan bersama denganmu apapun yang kau butuhkan untuk menyelesaikan KehendakKu dan engkau membutuhkan hikmat”. Kemudian Dia menghilang.

PANGKAT DALAM KERAJAAN

Saya ditinggal berdiri di tengah-tengah kumpulan besar malaikat yang melayani orang-orang terluka dalam tingkat “Keselamatan”. Saat saya mulai berjalan melewati para malaikat ini, mereka membungkukkan badannya setengah berlutut kepada saya dan menunjukkan penghargaan yang besar pada saya. Akhirnya saya bertanya kepada salah satu malaikat itu, mengapa mereka melakukan hal ini, sekalipun dia yang paling kecil diantara mereka, dia lebih berkuasa dari saya. “Karena mantel itu,” dia menjawab. "Itu adalah pangkat tertinggi dalam kerajaan."

"Ini hanyalah sebuah mantel sederhana," saya memprotes.

"Bukan!" protes malaikat itu. "Engkau mengenakan pakaian Kasih Karunia Tuhan. Tidak ada yang lebih berkuasa daripada itu!"

Saya melihat pada mantel itu. Tampak sangat sederhana dan tidak menarik. Saya merasa bahwa mantel itu membuat saya lebih tampak sebagai gelandangan daripada sebagai seorang pejuan. Hikmat memberikan respon seakan-akan saya mengucapkannya dengan keras,”Tuhan lebih dekat kepada para gelandangan daripada para pangeran. Engkau hanya dapat mendapatkan kekuatan dalam kadar yang benar jika engkau berjalan dengan kasih karunia Tuhan, dan ‘Dia memberikan Kasih KaruniaNya kepada orang-orang yang rendah hati.’ Tidak satupun senjata musuh dapat menembus mantel ini karena tidak ada satupun yang dapat mengalahkan Kasih KaruniaNya. Selama engkau mengenakan mantel ini, engkau aman dari segala jenis serangan."

Kemudian saya menatap keatas melihat seberapa banyak para pejuang yang masih ada di gunung. Saya sangat terguncang melihat betapa sedikitnya mereka yang tersisa. Kemudian saya melihat bahwa mereka juga mengenakan mantel kerendahan hati. “Bagaimana itu terjadi?” Tanya saya.

Ketika engkau melihat peperangan itu, mereka semua datang kepadaKu dan minta bantuan, Aku memberikan mantel kepada mereka semua," jawab Hikmat.

"Tetapi saya pikir Engkau ada bersama saya sepanjang waktu?"

"Aku bersama semua orang yang pergi untuk melakukan kehendak Bapa," Hikmat menjawab.

"Engkau adalah Tuhan!" saya berseru menangis.

"Ya," Dia menjawab. "Aku katakan kepadamu bahwa Aku tidak akan pernah meninggalkan atau mengabaikan engkau. Aku bersama semua PejuangKu seperti Aku bersamamu sekarang. Aku akan bersama denganmu apapun yang kau butuhkan untuk menyelesaikan KehendakKu dan engkau membutuhkan hikmat”. Kemudian Dia menghilang.

PANGKAT DALAM KERAJAAN

Saya ditinggal berdiri di tengah-tengah kumpulan besar malaikat yang melayani orang-orang terluka dalam tingkat “Keselamatan”. Saat saya mulai berjalan melewati para malaikat ini, mereka membungkukkan badannya setengah berlutut kepada saya dan menunjukkan penghargaan yang besar pada saya. Akhirnya saya bertanya kepada salah satu malaikat itu, mengapa mereka melakukan hal ini, sekalipun dia yang paling kecil diantara mereka, dia lebih berkuasa dari saya. “Karena mantel itu,” dia menjawab. "Itu adalah pangkat tertinggi dalam kerajaan."

"Ini hanyalah sebuah mantel sederhana," saya memprotes.

"Bukan!" protes malaikat itu. "Engkau mengenakan pakaian Kasih Karunia Tuhan. Tidak ada yang lebih berkuasa daripada itu!"

"Tetapi mereka adalah ribuan orang yang mengenakan mantel yang sama. Bagaimana itu menunjukkan pangkat?"

Engkau adalah pejuang-pejuang yang takut, anak-anak Tuhan, laki-laki dan perempuan. Dia mengenakan mantel yang sama saat Dia berjalan diatas bumi. Selama engkau mengenakannya tidak ada satupun kuasa dibumi dan di surga yang sanggup bertahan didepanmu. Setiap orang di surga dan neraka mengenali mantel itu. Kita adalah Hamba-HambaNya tetapi Dia tinggal diam dalam engkau dan engkau mengenakan pakaian Kasih KaruniaNya."

Saya tahu jika saya tidak mengenakan mantel ini dan jika baju zirah saya yang bersinar mulia terbuka, pernyataan-pernyataan para malaikat dan perlakukan mereka pada saya, semuanya itu akan membuat saya bangga. Hanya tidak mungkin merasa bangga atau sombong selagi kita mengenakan sebuah mantel yang lusuh dan sederhana. Karena mantel ini, keyakinan diri saya bertambah dengan cepat..

BAGIAN 4

KEMBALINYA BURUNG-BURUNG RAJAWALI

Diatas horizon saya melihat sebuah awan putih besar mendekat. Hanya dengan melihatnya, pengharapan didalam diri saya bangkit. Itu sebenarnya adalah atmosfer pengharapan seperti matahari terbit dan mengusir kegelapan malam. Semakin dekat awan putih itu, saya mengenali bahwa awan besar itu adalah burung-burung rajawali putih yang terbang dari Pohon Kehidupan. Burung-burung itu mendarat di gunung, menempati setiap tingkat disamping kumpulan pejuang-pejuang. Dengan hati-hati dan penuh penghargaan saya mendekati seekor rajawali yang mendarat didekat saya karena kehadirannya begitu menakjubkan. Ketika dia melihat pada saya dengan matanya yang tajam, saya tahu bahwa saya tidak dapat menyembunyikan apapun darinya. Matanya sangat kuat dan tegas, saya gemetar saat merasakan angin dingin merayap di kuduk saya, hanya dengan melihat mereka. Sebelum saya bertanya apapun, dia sudah menjawabnya.


Engkau ingin tahu siapa kami. Kami adalah nabi-nabi tersembunyi yang menjaga untuk saat-saat ini. Kami adalah mata dari orang-orang yang sudah diberikan senjata-senjata Ilahi yang berkuasa. Kami sudah ditunjukkan semua yang dilakukan Tuhan dan semua rancangan musuh untuk melawanmu. Kami sudah memeriksa bumi bersama-sama dan kami mengetahui semua kebutuhan yang diperlukan dalam medang peperangan." "Apakah engkau melihat perang yang tadi berlangsung?" saya bertanya dengan agak terganggu 

“Tidak dapatkah engkau membantu para pejuang yang mereka tawan?"


Ya. Kami melihat itu semua dan kami dapat membantu jika mereka menginginkannya. Tetapi bantuan kami akan menahan mereka. Kami hanya dapat berperang di medang perang jika Bapa memerintahkan dan kami hanya dapat membantu orang-orang yang mempercayai kami. Hanya orang-orang yang menerima kami seperti adanya kami, para nabi, dapat menerima upah nabi atau keuntungan pelayanan kami. Orang-orang yang disergap tidak mengenakan mantel seperti yang kau pakai dan orang-orang yang tidak mengenakan mantel rendah hati tidak akan mengerti siapa kami. Kami semua saling membutuhkan termasuk orang-orang yang terluka disini dan banyak orang lain yang belum engkau kenal."

HATI SANG RAJAWALI

Dengan berbicara dengan rajawali ini saya segera mulai berpikir seperti rajawali. Setelah diskusi singkat ini saya dapat melihat kedalam hati rajawali dan mengenal dia seperti dia mengenal saya. Rajawali mengetahui hal ini.
"Engkau sudah mempunyai beberapa karunia kami," rajawali mencatat, "walau karunia-karunia itu tidak dikembangkan dengan baik. Engkau tidak banyak menggunakannya. Aku disini untuk membangunkan karunia-karunia didalam kamu sekalian dan mengajarkanmu bagaimana menggunakannya. Dengan cara ini komunikasi kita akan pasti. Sangat pasti atau kita semua akan menderita banyak kehilangan yang tidak perlu, dengan tidak menyebutkan hilangnya banyak kesempatan-kesempatan besar untuk menang."


"Darimana asalmu?” Tanya saya.
"Kami makan ular-ular," jawab rajawali. "Musuh adalah roti kami. Makanan kami adalah melakukan kehendak Bapa, yaitu menghancurkan pekerjaan-pekerjaan iblis. Setiap ular yang kami makan akan menambah penglihatan kami. Setiap benteng musuh yang kami hancurkan, menambah kekuatan kami untuk terbang lebih tinggi dan lebih lama. Kami baru saja datang dari perjamuan, memakan setiap ular malu yang mengikat banyak saudaramu laki-laki dan perempuan. Mereka akan segera tiba disini. Mereka tiba bersama dengan rajawali-rajawali yang kami tinggal untuk membantu mereka menemukan jalan dan melindungi mereka dari serangan tiba-tiba musuh."
Rajawali-rajawali ini sangat yakin akan diri mereka tetapi tidak sombong. Mereka tahu siapa mereka dan apa yang menjadi panggilan mereka. Mereka juga tahu kami dan masa depan kami. Keyakinan mereka meyakinkan saya tetapi terlebih meyakinkan kepada orang-orang yang terluka yang masih tergeletak disekitar kami. Orang-orang yang sebelumnya sangat lemah untuk berbicara kemudian bisa duduk dan mendengarkan percakapan saya dengan rajawali. Mereka melihat kepada rajawali seperti seorang anak kecil yang tersesat dan melihat orang tuanya yang baru saja menemukan mereka.


HEMBUSAN ROH

Saat rajawali melihat luka mereka, maka luka mereka berubah membaik. Pada saat itu saya tetap berdiri melihatnya, rajawali ini seperti seorang kakek, dia sangat lembut dan sabar kepada orang-orang yang terluka. Rajawali mengembangkan sayapnya dan dengan lembut mengusap mereka, dan menyebabkan hembusan angin sejuk yang menutupi orang-orang yang terluka ini. Ini tidaklah seperti hembusan angin lain yang pernah saya rasakan. Dengan setiap hembusan yang saya rasakan, saya merasakan bertambah kuat dan pikiran saya bertambah jernih. Segera saja orang-orang yang terluka berdiri dan menyembah Tuhan dengan tulus sampai air mata keluar. Lagi-lagi saya merasa malu telah pernah membentak mereka sebelumnya. Mereka tampak lemah dan bodoh dimata orang-orang yang telah mendaki ke atas gunung, dan mereka dapat menahan segala sesuatu lebih kuat dari kami dan tetap setia. Tuhan menjaga mereka dan mereka mengasihi Tuhan dengan kasih yang begitu besar.


Saya mendongak keatas, semua burung-burung rajawali mengembangkan sayapnya. Setiap orang di gunung disegarkan dengan angin yang berhembus dan setiap orang yang di gunung mulai menyembah Tuhan. Awalnya penyembahan ini terdengar sumbang karena penyembahan yang berbeda dari setiap tingkat, namun kemudian setiap orang di setiap tingkat menyembah dalam satu harmonisasi. Tidak pernah di bumi ini saya mendengar suara yang begitu indah. Saya tidak ingin penyembahan ini berakhir. Segera saya mengenalinya. Penyembahan ini sama seperti penyembahan yang ada di Taman, tetapi terdengar lebih penuh dan lebih bercampur. Saya tahu, karena kami menyembah di depan musuh-musuh kami dan di tengah – tengah kegelapan dan iblis –iblis yang mengelilingi gunung, dan penyembahan itu sangat luar biasa.


Saya tidak tahu apakah penyembahan ini berlangsung selama berjam-jam, berhari-hari atau bermenit-menit, tetapi kemudian rajawali berhenti mengembangkan sayapnya dan penyembahan itu berhenti. “Mengapa engkau berhenti?” Tanya saya pada rajawali yang sebelumnya bercakap-cakap dengan saya.

"Karena mereka sudah menjadi satu dan penuh," jawabnya menunjuk pada orang-orang terluka yang sekarang semua sudah berdiri dan dalam kondisi yang sempurna. 

“Penyembahan yang benar dapat menyembuhkan setiap luka," tambahnya.

"Tolong ulangi lagi," pinta saya.

"Kita akan seringkali melakukan penyembahan, tetapi bukan kami yang memutuskan. Hembusan yang kamu rasakan adalah Roh Kudus. Dia menuntun kita dan bukan kita yang menuntun Dia. Dia menyembuhkan yang terluka dan mulai membawa kesatuan yang diperlukan untuk peperangan selanjutnya. Penyembahan yang benar juga menuangkan minyak urapan ke atas Kepala, Yesus yang turun ke seluruh tubuh, membuat kita menjadi satu dengan Dia dan satu sama lain. Tidak ada seorangpun yang menjadi satu dengan Dia akan tetap terluka dan tidak kudus. DarahNya adalah kehidupan yang sejati dan mengalir saat kita bersatu dengan Dia. Saat kita bersatu dengan Dia, kita juga bersatu dengan anggota tubuh yang lain, sehingga DarahNya mengalir keseluruh tubuh. Bukan bagaimana kamu menyembuhkan bagian yang luka ditubuhmu, tetapi dengan menutup luka itu sehingga darah dapat mengalir ke bagian yang terluka untuk regenerasi? Jika satu bagian TubuhNya terluka, kita harus bersama-sama dan bersatu dengan bagian itu sampai benar-benar pulih. Kita satu di dalam Dia”.

Saya mendongak keatas, semua burung-burung rajawali mengembangkan sayapnya. Setiap orang di gunung disegarkan dengan angin yang berhembus dan setiap orang yang di gunung mulai menyembah Tuhan. Awalnya penyembahan ini terdengar sumbang karena penyembahan yang berbeda dari setiap tingkat, namun kemudian setiap orang di setiap tingkat menyembah dalam satu harmonisasi. Tidak pernah di bumi ini saya mendengar suara yang begitu indah. Saya tidak ingin penyembahan ini berakhir. Segera saya mengenalinya. Penyembahan ini sama seperti penyembahan yang ada di Taman, tetapi terdengar lebih penuh dan lebih bercampur. Saya tahu, karena kami menyembah di depan musuh-musuh kami dan di tengah – tengah kegelapan dan iblis –iblis yang mengelilingi gunung, dan penyembahan itu sangat luar biasa.


Euforia penyembahan sebelumnya masih begitu nyata sehingga pengajaran kecil ini menjadi yang paling dalam yang pernah saya dengar, sekalipun saya sudah tahu dan mengajarkan diri saya sendiri sebelumnya. Saat Roh Kudus bergerak setiap kata-kata tampak mulia, mengesampingkan betapa itu hanya kata-kata dasar. Ini juga memenuhi saya dengan begitu banyak kasih sehingga saya ingin memeluk setiap orang termasuk rajawali-rajawali tua yang perkasa. Rajawali merasakan hal ini tetapi tidak mengatakan apapun. Dia hanya menatap dan menatap saya. Akhirnya saya berkata, “Dapatkah kita menemukan orang-orang yang baru saja terhilang?"

HATI RAJA YANG TERLUKA

"Ya, benar perasaanmu," kata rajawali akhirnya. "Kita tidak utuh dan penyembahan kita tidak utuh, sampai seluruh anggota tubuh terkumpul. Sekalipun dalam penyembahan yang agung dan mulia, sekalipun di hadapan Raja, kita semua merasakan kekosongan, sampai kita menjadi satu, sebab Raja kita juga merasakannya. Kita bersedih atas saudara-saudara kita yang tertawan terlebih kita berduka karena hati Raja kita. Seperti engkau mengasihi anak-anakmu, dan akan berduka saat salah satu dari mereka sakit atau terluka, Dia juga sangat mengasihi anak-anakNya dan yang paling menjadi perhatianNya sekarang adalah orang-orang yang terluka dan tertekan. Untuk Dia, kita jangan berhenti sampai semua berkumpul. Selama ada yang terluka, Dia juga terluka."

IMAN YANG MEMINDAHKAN GUNUNG

Saat duduk bersama dengan rajawali, saya mengungkapkan pikiran saya. Saya bertanya, “Saya tahu bahwa Hikmat berbicara kepada saya melaluimu, sebab saya mendengar SuaraNya saat kamu berbicara. Saya sangat yakin sebelumnya dalam peperangan yang lalu, tetapi saya hampir terbawa dengan anggapan saya sendiri dan saya akan dapat dengan mudah ditawan musuh jika Hikmat tidak menghentikan saya. Saya akan memusuhi para musuh lebih dari ingin membebaskan saudara-saudara saya, sekalipun itu hanya sebagian motif saya. Sejak pertama kali tiba di gunung ini, berperang di medan pertempuran, sekarang saya pikir yang benar saya lakukan, saya lakukan dengan alasan yang salah dan banyak hal salah yang saya lakukan, saya punya motif yang bagus. Semakin banyak saya belajar semakin saya tidak yakin dengan diri sendiri."

"Engkau pasti sudah bersama dengan Hikmat dalam waktu yang lama," rajawali memberikan respon.

Dia bersama dengan saya untuk waktu yang lama sebelum saya mengenaliNya, tetapi saya takut bahwa paling banyak waktu yang saya habiskan untuk melawan Dia. Bagaimanapun sekarang saya tahu bahwa saya masih kekurangan sesuatu yang paling penting, sesuatu yang harus saya miliki sebelum kembali ke medan pertempuran, tetapi saya tidak tahu apa itu."

Mata rajawali yang besar itu menjadi bertambah tajam, “Engkau juga mengenali suara Hikmat saat Dia berbicara dalam hatimu. Engkau sudah belajar banyak karena engkau memiliki mantel itu. Apa yang engkau rasakan sekarang adalah iman yang benar."

Iman!" seru saya. "Saya sedang berpikir serius tentang keraguan-raguan saya."

"Engkau bijaksana untuk ragu pada dirimu sendiri. Tetapi iman yang benar tergantung pada Tuhan, bukan dirimu sendiri dan bukan imanmu. Engkau mendekati jenis iman yang dapat memindahkan gunung dan memindahkannya jika perlu. Sekarang waktunya untuk membawanya ke tempat yang sebelumnya sudah ada. Bagaimanapun, engkau benar. Engkau harus mempunyai pewahyuan yang benar dari Raja. Sekalipun engkau sudah mendaki ke puncak gunung, menerima setiap kebenaran di setiap jalanmu, berdiri di Taman Tuhan, merasakan KasihNya yang tak bersyarat dan kamu sudah seringkali melihat AnakNya, engkau masih sedikit mengerti tentang sebagian dari keseluruhan nasehat Tuhan dan itu hanya yang dangkal-dangkal saja.."

Saya tahu apa yang dikatakannya sangatlah benar dan saya merasa tenang mendengarnya. “Saya sudah menghakimi banyak orang dan banyak situasi dengan salah. Hikmat telah menyelamatkan hidup saya berulangkali, tetapi suara Hikmat masih terdengar kecil didalam saya sedangkan tuntutan pikiran dan perasaan saya masih lantang. Saya mendengar Hikmat berbicara melalui engkau lebih keras dari yang saya dengar dalam hati saya, jadi sekarang saya tahu, saya harus tetap dekat denganmu."

"Kami disini karena engkau memerlukan kami," jawab rajawali. "Kami juga disini karena kami memerlukan engkau. Engkau sudah memberikan karunia-karunia yang saya tidak punya dan saya memberikan karunia-karunia yang engkau tidak punya. Engkau sudah mengalami banyak hal yang tidak pernah saya alami dan saya mengalami hal-hal yang engkau tidak alami. Rajawali-rajawali diberikan kepadamu sampai akhir dan engkau diberikan kepada kami. Saya akan sangat dekat denganmu dan engkau harus menerima rajawali-rajawali yang lain di tempatku. Setiap rajawali berbeda. Kami bersama-sama karena kami diberikan untuk mengetahui rahasia-rahasia Tuhan, tidak secara pribadi."

PINTU PINTU KEBENARAN 


Rajawali itu kemudian terangkat dari batu tempatnya bertengger dan meluncur dari tepi tingkat tempat kami berdiri. “Mari,” katanya. Saat saya mendekati dia, saya melihat anak tangga turun yang menuju dasar gunung. Ada sebuah pintu yang kecil.

"Mengapa saya tidak melihat ini sebelumnya?" Tanya saya.

"Saat engkau tiba pertama kali di gunung engkau tidak tinggal lama di tingkat ini dan tidak cukup waktu untuk melihat-lihat,” jawabnya.

"Bagaimana engkau mengetahuinya? Apakah engkau ada disini saat saya tiba di gunung ini?"

"Saya tidak akan tahu jika sebelumnya saya tidak berada disini, sebab semua yang tidak mengetahui pintu ini mempunyai alasan yang sama, tetapi nyatanya saya pernah disini, responnya. “Saya adalah salah satu dari prajurit yang dengan cepat engkau lewati saat mendaki ke gunung."

Kemudian saya mengenali rajawali sebagai seorang manusia yang pernah saya temui setelah pembicaraan singkat kami. Dia meneruskan, “Saya sangat ingin mengikutimu. Saya sudah berada ditingkat ini untuk waktu yang lama dan saya butuh perubahan. Saya hanya tidak bisa meninggalkan semua jiwa-jiwa yang terhilang sehingga saya masih berusaha mencoba memimpin mereka kemari. Saat saya memutuskan kepada Tuhan untuk melakukan kehendakNya, baik tinggal ataupun pergi, Hikmat mendekati saya dan menunjukkan pintu ini. Dia berkata bahwa ini pintu tembus ke puncak. Begitulah saya sampai dipuncak sebelum engkau dan berubah menjadi seekor rajawali."

Saya teringat saya melihat pintu-pintu seperti ini di beberapa tingkat, tetapi saya hanya mengintip beberapa saja dan teringat betapa saya mengagumi apa yang saya lihat. Saya tidak menjelajah lebih jauh, karena saya terfokus pada peperangan dan mencoba untuk tiba di puncak gunung. “Dapatkah saya masuk ke pintu-pintu itu dan langsung keatas?" Tanya saya.

"Tidaklah semudah itu," jawab rajawali sedikit jengkel. "Di setiap pintu ada jalan – jalan dan salah satu jalan menuju ke puncak." Seperti mengetahui pertanyaan saya selanjutnya, dia meneruskan. "Jalan-jalan yang lain menuju ke tingkat-tingkat yang lain di gunung. Bapa sudah merencanakannya sehingga setiap orang akan memilih salah satu jalan sesuai tingkat kedewasaan mereka dan apa yang diperlukan."

Luar biasa! Bagaimana Dia melakukan hal itu?" pikir saya, tetapi rajawali mendengar pikiran saya.

"Sangat sederhana," kata rajawali meneruskan, seakan-akan saya sudah berbicara dengan keras. "Kedewasaan rohani selalu ditentukan oleh kerelaan seseorang mengorbankan keinginan pribadinya untuk kepentingan Kerajaan atau untuk kepentingan sesamanya."

Dengan hati-hati saya menyimak setiap kata yang diucapkannya. Bagaimanapun saya tahu bahwa saya harus masuk pintu yang ada didepan saya, dan sangatlah bijaksana untuk mempelajari semuanya yang saya dapat dari seseorang yang pernah kesana sebelumnya dan secara nyata memilih pintu yang langsung menuju ke puncak.


Bagian 5

Aku tidak langsung menuju ke puncak dan tidak bertemu seseorang yang pernah mengalaminya,” kata rajawali meneruskan. "Tetapi saya pergi kesana lebih cepat dari yang lainnya karena saya sudah belajar banyak tentang pengorbanan diri selagi berjuang di tingkat “Keselamatan”. Aku tunjukkan pintu ini karena engkau sudah mengenakan mantel dan bagaimanapun engkau akan menemukannya, tetapi waktunya sangat singkat dan diluar pemahamanmu. Mereka tidak dapat diperoleh secara fisik, tetapi setiap harta karun yang engkau genggam, engkau akan sanggup membawanya dihatimu. Hatimu berarti menjadi harta karun bagi rumah Tuhan. Tetapi waktu engkau mencapai puncak lagi, hatimu akan berisi harta-harta karun yang lebih berharga dari semua harta karun yang ada dibumi. Semuanya itu tidak akan pernah diambil darimu, itu adalah milikmu abadi sebab engkau adalah milik Tuhan. Cepatlah pergi. Badai awan sekarang berkumpul dan peperangan besar sudah mendekat."

"Apakah engkau pergi dengan saya?" pinta saya.

"Tidak," jawabnya. "Disinilah tempatku sekarang. Aku harus membantu orang-orang yang terluka disini. Tetapi aku akan melihatmu lagi disini. Engkau akan bertemu banyak saudara laki-laki dan perempuan rajawali sebelum engkau kembali dan mereka akan membantumu lebih baik daripadaku ditempat engkau akan bertemu mereka.

HARTA SURGAWI

Saya sudah sangat mengasihi rajawali itu sehingga saya tidak tahan untuk meninggalkannya. Saya senang bahwa kami akan bertemu kembali. Sekarang pintu didepan saya menarik seperti sebuah magnet. Saya membukanya dan masuk kedalam. Sinar kemuliaan yang membungkus sangatlah mempesonakan dan segera saya jatuh berlutut. Emas, perak dan batu-batu berharga di sangatlah indah lebih dari semua yang ada di bumi. Ruangan itu sangat besar seakan tidak ada akhirnya. Lantainya perak, pilar-pilarnya dari emas dan langit-langitnya dari berlian murni yang memancarkan berbagai warna yang saya tahu dan banyak warna yang tidak saya ketahui. Malaikat-malaikat ada dimana-mana, berpakaian jubah dan seragam yang berbeda-beda yang tidak ada di bumi.

Saat saya mulai berjalan melalui ruangan, semua malaikat mengucapkan salam dengan membungkukkan badannya. Salah satu malaikat itu maju dan mengucapkan selamat datang dengan menyebut nama. Dia menjelaskan bahwa saya dapat pergi kemanapun dan melihat apapun yang saya inginkan di ruangan ini. Tidak ada satupun yang disembunyikan dari orang-orang yang melewati pintu ini.

Saya tidak dapat mengucapkan kata-kata, begitu terpesona dengan keindahannya. Akhirnya saya berkata bahwa ini adalah lebih dari keindahan yang saya lihat di Taman. Mengejutkan, malaikat itu berkata,”Inilah Taman itu! Ini adalah salah satu ruangan di rumah Bapa. Kami adalah pelayan-pelayanmu."

Saat saya berjalan, sekelompok besar malaikat mengikuti saya. Saya berbalik dan bertanya pada pimpinannya mengapa mereka mengikuti saya. “Karena mantel itu” katanya, “Kita diberikan kepadamu untuk melayanimu disini dan dipeperangan yang akan datang."

Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dengan malaikat-malaikat ini, jadi saya hanya terus berjalan. Saya tertarik dengan sebuah batu biru yang besar yang tampak seperti memiliki matahari dan awan-awan didalamnya. Saat saya menyentuhnya, perasaan yang sama saat makan buah dari Pohon Kehidupan meliputi saya. Saya merasakan energi, kejernihan mental dan kasih untuk setiap orang menjadi bertambah besar dan jelas. Saya mulai memegang sinar kemuliaan Tuhan. Semakin lama saya menyentuh batu itu, sinar kemuliaan akan semakin memancar. Saya tidak pernah ingin melepaskan sentuhannya saya tetapi kemuliaan itu menjadi sangat hebat sehingga saya harus berpaling.

Kemudian mata saya melihat sebuah batu hijau yang sangat indah. "Apa isi batu ini?" Tanya saya pada malaikat yang berdiri didekat saya.

"Semua batu-batu ini adalah harta-harta keselamatan. Sekarang engkau menyentuh alam surgawi dan ini adalah pemulihan dari kehidupan,” terusnya.

Saat saya menyentuh batu hijau, saya mulai melihat bumi dalam warna-warna yang spektakuler. Warna-warna itu semakin bertambah banyak, semakin lama tangan saya menyentuh batu itu, semakin bertambah kasih saya pada semua yang saya lihat. Kemudian saya mulai melihat suatu harmonisasi antara semua mahkluk hidup yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Kemudian saya juga mulai melihat kemuliaan dari penciptaan Tuhan. Kemuliaan itu semakin bertambah kuat sampai saya harus berpaling kembali.

Kemudian saya menyadari entah sudah berapa lama saya disini. Saya memahami Tuhan dan alam semesta ciptaanNya yang segera bertumbuh besar hanya dengan menyentuh kedua batu ini dan masih banyak yang lain lagi. Ada banyak hal di satu ruangan yang dapat dipahami seseorang untuk seluruh hidupnya. “Ada berapa lagi ruangan disini? Tanya saya pada malaikat.

"Ada banyak ruangan seperti ini di setiap tingkat gunung yang engkau daki ."

Bagaimana seseorang mengalami semuanya itu hanya pada satu ruangan, atau semuanya? "Tanya saya.

"Selamanya engkau akan melakukan ini. Harta-harta ini terdiri dari kebenaran-kebenaran paling dasar dari Yesus Kristus, cukup menjadi hadiah untuk seumur hidupmu. Tidak ada satu manusiapun yang mengetahuinya karena tidak ada yang mengetahuinya hanya karena satu kehidupan, tetapi engkau harus mengambil apa yang yang engkau perlukan dan menjaganya menuju ke tujuan akhir hidupmu.

Saya mulai berpikir tentang peperangan yang akan datang dan para pejuang yang menjadi tawanannya. Itu bukanlah pikiran yang menyenangkan ditengah-tengah tempat yang penuh dengan kemuliaan ini, tetapi saya tahu bahwa saya akan kembali ke ruangan ini dan saya hanya punya sedikit waktu lagi untuk menemukan jalan langsung ke puncak gunung dan kemudian kembali ke medan perang lagi.

Saya menoleh kepada malaikat. "Engkau harus membantu saya menemukan pintu yang menuju ke atas."

Malaikat itu tampak bingung, "kami pelayan-pelayanmu," tanggapnya, "tetapi engkau harus memimpin kami. Seluruh gunung ini adalah misteri buat kami. Kami semua ingin melihat ke misteri besar ini, tetapi setelah kita meninggalkan ruangan ini yang hanya sedikit kita ketahui, kami akan mempelajarinya."

"Apakah engkau tahu dimana semua pintu?"Tanya saya.

"Ya, Tetapi kami tidak tahu pintu-pintu itu menuju kemana. Ada beberapa pintu yang tampak menarik, beberapa yang sederhana dan beberapa yang menjijikkan. Satu pintu mengerikan."

"Di tempat seperti ini ada pintu-pintu yang menjijikkan?" saya seakan tidak percaya. "Dan satu pintu mengerikan? Bagaimana mungkin?”

"Kami tidak tahu, tetapi aku akan menunjukkannya padamu," responnya.

"Silahkan,"kata saya.

Kami berjalan beberapa waktu, melewati harta-harta yang tak dapat diungkapkan, sangat sulit bagi saya untuk tidak berhenti menyentuhnya. Ada banyak pintu dengan kebenaran-kebenaran alkitabiah yang berbeda tertulis diatasnya. Saat malaikat menyebutnya ‘menarik’ saya mengerti daya tariknya. Saya sangat ingin masuk ke setiap pintu, tetapi keinginantahu saya pada “pintu mengerikan” membuat kami tetap bergerak. Kemudian saya melihatnya. “Mengerikan” hanyalah sebuah ungkapan yang mengecilkan sesuatu. Ketakutan membungkus saya sampai hampir tidak bisa bernafas.

KARUNIA DAN KEBENARAN

Saya berbalik dari pintu dan dengan cepat kembali ke belakang. Ada sebuah batu merah yang besar didekatnya yang membuat saya rindu menyentuhnya. Tiba-tiba saya merasa seperti di Taman Getsemani melihat Tuhan sedang berdoa. Penderitaan yang saya alami saat melihat pintu lebih mengerikan lagi. Saya tergoncang, saya lepaskan pegangan saya ke batu merah dan saya jatuh terduduk dilantai, kelelahan. Saya sangat ingin kembali ke batu biru atau hijau, tetapi saya harus mengumpulkan kembali energi dan arah saya. Para malaikat dengan cepat mengelilingi dan melayani saya. Saya diberikan minuman yang mulai menyegarkan saya kembali. Setelah merasa baikan, saya berdiri dan mulai berjalan ke batu-batu yang lain. Namun, visi saya tentang Tuhan Yesus yang sedang berdoa memaksa saya untuk berhenti.

"Apa yang ada dibalik itu?" Tanya saya.

"Saat engkau menyentuh batu-batu itu kami hanya dapat melihat sedikit saja seperti yang engkau lihat dan merasakan seperti yang engkau rasakan," kata malaikat. "Kami tahu bahwa batu-batu ini adalah harta-harta terbesar dan semua pengungkapannya sangatlah berharga. Untuk sesaat kami merasakan penderitaan Tuhan sebelum penyalibanNya dan kami merasakan apa yang Dia rasakan di malam yang mengerikan itu. Sangatlah sulit bagi kami untuk mengerti bagaimana Tuhan kita dapat menahan penderitaan itu. Ini sebuah penghargaan bagi kita untuk menghormati dan melayanimu seperti yang sudah Dia lakukan."

Kata-kata malaikat seperti kilat yang menyambar jiwa saya. Saya sudah berperang di peperangan yang hebat. Saya sudah mendaki ke puncak gunung. Saya menjadi terbiasa dengan alam rohani sehingga saya hampir tidak memperhatikan malaikat-malaikat, dan saya dapat berbicara dengan rajawali-rajawali perkasa, tetapi saya masih belum dapat menanggung saat penderitaan Raja saya tanpa ingin melarikan diri. “Saya seharusnya tidak disini,” saya hampir berteriak. “Saya lebih dari siapapun layak untuk menjadi tawanan iblis!”.

"Tuan," kata malaikat malu-malu. “Kami memahami bahwa tidak ada seorangpun disini yang layak. Engkau disini karena engkau dipilih sebelum dunia dijadikan untuk suatu maksud. Kami tidak tahu apa yang menjadi tujuanmu, tapi kami tahu bahwa ini sesuatu yang sangat besar bagi setiap orang di gunung ini."

"Terimakasih. Engkau sangat membantu. Karena tempat ini, emosi saya menjadi sangat terbentang dan mereka dapat menguasai pemahaman saya. Engkau benar. Tidak ada seorangpun yang berharga disini. Benar, lebih tinggi kami mendaki gunung, kami semakin tidak berharga untuk berada disana dan semakin banyak karunia yang kami perlukan untuk tinggal disana. Bagaimana saya dapat mencapai puncak pertama kalinya?”

"Kasih karunia," malaikat menanggapi.

Jika engkau ingin membantu saya," kata saya, "tolong terus mengulangi kata-kata itu jika engkau melihat saya bingung atau putus asa. Kata-kata itu lebih saya pahami dari apapun dan selalu membawa kejernihan bagi jiwa saya."

"Sekarang saya harus kembali ke batu merah. Saya tahu sekarang bahwa harta terbesar dari ruangan ini adalah batu merah dan saya tidak akan meninggalkannya sampai saya membawa harta itu dalam hati saya," saya berkata dengan ketetapan hati lebih dari yang saya rasakan saat itu, tetapi itu adalah benar."

KEBENARAN KASIH KARUNIA

Waktu yang saya habiskan bersama batu merah itu sangat menyakitkan hati. Seringkali saya tidak bisa mengambilnya lagi dan saya akan menarik tangan kembali. Beberapa kali saya kembali ke batu biru atau hijau untuk menyegarkan jiwa saya sebelum kembali lagi. Sangatlah sulit untuk saya kembali ke batu merah, tetapi kasih saya dan penghargaan akan Tuhan bertumbuh dalam diri saya melebihi apapun yang pernah saya pelajari atau alami.

Akhirnya, ketika Hadirat Bapa meninggalkan Yesus di kayu salib, saya tidak dapat bertahan lagi. Saya berhenti. Saya dapat menceritakan bahwa malaikat-malaikat itu juga mengalami hal yang sama. Keinginan yang kuat untuk menyentuh batu merah itu sudah tidak ada lagi. Bahkan saya juga tidak ingin kembali ke batu biru. Saya hanya berbaring di lantai, menangisi apa yang sudah Tuhan lalui. Saya juga menangis karena saya juga meninggalkan Dia sama seperti murid-muridNya. Saya mengecewakan Dia saat Dia sangat memerlukan saya, sama seperti yang mereka lakukan.

Tampak seperti setelah berhari-hari, saya membuka mata saya. Rajawali lain berdiri didekat saya. Di depannya ada 3 batu, biru, hijau dan merah. “Makanlah,” katanya. Ketika saya memakan batu-batu itu, keseluruhan tubuh saya diperbaharui, baik sukacita besar maupun ketenangan yang luar biasa membanjiri jiwa saya.

Saat saya berdiri, saya melihat 3 batu yang sama itu terpasang di gagang pedang saya dan terpasang di pundak-pundak saya. “Sekarang, semuanya adalah milikmu selamanya," kata rajawali. "Ini tidak bisa diambil darimu dan engkau tidak bisa menghilangkannya juga."

"Tetapi saya belum selesai dengan batu yang terakhir,"protes saya.

"Kristus sendirilah yang akan menyelesaikannya,"jawabnya. "Engkau sudah melakukannya dengan baik, tetapi engkau harus pergi sekarang."

"Kemana?" Tanya saya.

"Engkau harus mengambil keputusan, tetapi dengan singkatnya waktu aku sarankan untuk langsung ke puncak," jawab rajawali dengan terburu-buru.

Kemudian saya teringat pintu-pintu itu. Saya segera menuju ke pintu-pintu yang tampak menarik. Saat saya mencapai yang pertama, pintu itu tidak menarik lagi, kemudian saya pergi ke pintu yang lain dan hal yang sama terjadi. “sesuatu tampaknya berubah,” kata saya dengan nyaring.

Engkau yang berubah," seluruh pasukan malaikat menjawab dengan serempak. Saya berbalik melihat mereka dan kagum melihat mereka berubah. Mereka tampak tidak senaif sebelumnya, tetapi sekarang lebih anggun, terhormat dan bijaksana lebih dari malaikat-malaikat yang pernah saya lihat. Saya tahu bahwa mereka juga merefleksikan apa yang sudah terjadi pada saya, tetapi sekarang saya merasa tidak nyaman memikirkan diri saya sendiri.

"Saya mohon nasehatmu,"kata saya pada pimpinan pasukan malaikat itu.

"Dengarkan hatimu," katanya. "Itu adalah tempat tinggal kebenaran-kebenaran besar ini."

"Saya tidak dapat mempercayai hati saya sendiri," kata saya. "Ini adalah subyek dari banyak khayalan, tipuan dan ambisi pribadi, sangat sulit mendengar suara Tuhan."

Tuan, dengan batu merah dalam hatimu sekarang, Aku tidak percaya bahwa hal itu akan terus menjadi masalah," jawab sang pimpinan dengan yakin. Saya bersandar di dinding, memikirkan rajawali yang tidak ada disini sekarang di saat saya paling membutuhkan dia. Dia sudah pernah disini sebelumnya dan tahu pintu mana yang harus dipilih. Saat saya menimbang-nimbang, “pintu mengerikan” tampaknya menjadi satu-satunya pintu yang dapat saya pikirkan. Saya pergi dari sana dengan cepat sehingga tidak mengetahui kebenaran apa yang akan dinyatakan.

Saat saya mendekati pintu itu, saya merasakan ketakutan yang luar biasa naik dalam diri saya tetapi tidak seburuk yang pertama kali. Sangat berlawanan dengan yang lain, hanya ada kegelapan disekitar pintu dan saya harus mendekat untuk membaca kebenaran yang tertulis diatasnya. Dengan terkejut saya membaca KURSI PENGADILAN KRISTUS. “Mengapa kebenaran ini sangat menakutkan?" saya bertanya dengan nyaring sekalipun tahu para malaikat tidak akan menjawabnya. Saat saya melihatnya barulah saya tahu bahwa inilah pintu yang harus saya lewati.

"Ada banyak alasan untuk takut," suara rajawali yang akrab terdengar.

"Saya gembira engkau kembali," seru saya. "Apakah saya membuat pilihan yang buruk?"

Tidak! Engkau sudah memilih yang benar. Pintu ini akan membawamu ke puncak gunung lebih cepat dari yang lain. Ini menakutkan karena ketakutan terbesar dari ciptaan adalah melewati sumbernya – takut akan Tuhan yang Kudus. Hikmat terbesar dari manusia dalam kehidupan ini atau hidup yang akan datang adalah melalui pintu ini, tetapi sangat sedikit saja yang melewatinya."

“Tetapi mengapa begitu gelap?"Tanya saya.

"Cahaya dari pintu-pintu ini menyatakan perhatian gereja akan kebenaran-kebenaran dibelakang mereka. Kebenaran yang ada dibalik pintu ini adalah yang paling diabaikan tetapi paling penting. Engkau akan mengerti saat masuk melalui pintu ini. Ketika engkau melihat Yesus Kristus duduk di tahta, engkau juga disiapkan untuk duduk bersama dengan Dia."

"Kemudian pintu ini tidak akan begitu gelap dan terlarang jika kita memberikan perhatian yang lebih pada kebenaran ini?"

"Betul. Jika manusia mengetahui kemuliaan yang ada dibalik pintu itu, maka itu adalah hal yang paling brilian," rajawali meratap. "Bagaimanapun, masih cukup sulit melewati pintu ini. Saya diperintahkan untuk kembali dan membesarkan hatimu. Engkau akan melihat kemuliaan yang besar, tetapi juga terror yang terbesar melebihi apapun. Tetapi sekarang karena engkau sudah memilih pintu yang sulit ini, tetapi akan lebih mudah setelahnya, karena engkau mau untuk menghadapi kebenaran yang keras sekarang, maka engkau tidak akan banyak menderita. Banyak orang yang menginginkan kebaikanNya, tetapi sangat sedikit yang mau kekerasanNya. Jika kamu tidak mengetahui keduanya, maka akan selalu berada dalam bahaya tipuan dan jatuh dari kasih karuniaNya yang besar."

Saya tahu bahwa saya tidak akan dapat datang kesini jika saya tidak melakukan seperti apa yang saya lakukan di batu merah. Bagaimana saya dapat berusaha untuk santai jika ini berlawanan dengan sifat dasar Tuhan?"

"Tetapi sekarang engkau sudah memilih, pergilah cepat. Peperangan besar yang lain akan segera mulai dan engkau diperlukan disana."

KURSI PENGADILAN KRISTUS

Sekali lagi saya memandang sekeliling ruangan yang sangat besar dan ada didalam gunung ini. Harta karun kebenaran Keselamatan ada disini. Tampaknya keindahan yang ada disini tidak ada akhirnya. Saya tidak dapat membayangkan bahwa ruangan-ruangan ini berisi tentang kebenaran-kebenaran besar dari iman dapat lebih mulia. Ini membantu saya untuk memahami mengapa begitu banyak orang Kristen yang tidak mau meninggalkan tempat ini. Batu-batu permata yang besar merupakan perwujudan dari aspek-aspek Keselamatan yang berbeda, semuanya bersinar mulia lebih dari keindahan duniawi. Sangat luar biasa tidak bisa digambarkan, dan saya tahu saya dapat tinggal disini selamanya tanpa merasa bosan.

Rajawali yang berdiri disamping saya hampir berteriak: “Teruslah maju!” kemudian dengan tenang dia berkata,”Tidak ada damai sejahtera dan keamanan yang terbesar daripada tinggal dalam keselamatan Tuhan. Engkau dibawah kesini untuk mengetahuinya sebab engkau akan memerlukannya di tempat engkau akan pergi nanti. Tetapi engkau tidak dapat tinggal disini lebih lama lagi."

Pernyataan rajawali tentang damai sejahtera dan keamanan menyentuh saya. Saya pikir bahwa pejuang-pejuang yang berani yang berperang di medan perang berasal dari tingkat pertama di gunung, “Keselamatan”. Mereka sudah berjuang dengan baik dan mengirimkan banyak jiwa tetapi mereka juga terluka sangat parah. Kemudian rajawali kembali menginterupsi pikiran saya seakan-akan dia mendengar.

Tuhan mempunyai definisi yang berbeda akan damai sejahtera dan keamanan daripada kita. Terluka di medan perang merupakan kehormatan. Inilah mengapa Rasul Paulus bangga akan pukulan dan rajaman di tubuhnya. Tidak ada keberanian tanpa bahaya yang nyata. Tuhan berkata bahwa Dia akan menyertai Yosua berperang untuk Tanah Perjanjian, tetapi lebih dan lebih mendesak lagi supaya dia kuat dan berani karena dia harus berjuang dan disana ada banyak bahaya. Dalam hal ini Tuhan membuktikan bahwa orang-orang yang berharga akan janjiNya yaitu mereka yang mengasihi Tuhan dan bagianNya melebihi keamanan dirinya sendiri. Keberanian adalah demonstrasi iman yang benar. Tuhan tidak pernah berjanji bahwa JalanNya akan mudah tetapi akan berharga. Keberanian orang-orang yang berjuang dari tingkat Keselamatan membuat para malaikat dari surga menghargai apa yang Tuhan lakukan di tempat segala macam ras manusia yang jatuh. Mereka luka dalam pembantaian, tetapi mereka tidak berhenti dan tidak mundur. Dengan mendaki gunung engkau dapat berjuang dengan otoritas yang akan membebaskan banyak jiwa. Banyak jiwa akan memenuhi ruangan ini dan merupakan sukacita yang besar, jika engkau teruskan"

Bagian 6

Kemudian saya menoleh dan melihat kepada pintu terlarang yang gelap yang diatasnya tertulis: Kursi Pengadilan Kristus. Kehangatan dan damai sejahtera membanjiri jiwa saya setiap kali saya melihat pintu ini. Saya ingin tinggal di ruangan ini. Sekali lagi rajawali menjawab pikiran saya.

"Sebelum engkau masuk ke pintu untuk kebenaran yang besar, engkau akan mempunyai perasaan yang sama. Bahkan engkau juga merasa demikian saat masuk ke ruangan harta karun keselamatan ini. Ketakutan ini adalah hasil dari kejatuhan. Itu adalah buah dari pengetahuan baik dan jahat. Pengetahuan dari pohon itu membuat kita merasa tidak aman dan mementingkan diri sendiri. Pengetahuan akan yang baik dan buruk membuat pengetahuan yang benar akan Tuhan tampak menakutkan, apalgi disaat setiap kebenaran dari atas membimbingmu ke damai sejahtera dan keamaan yang lebih besar. Bahkan pengadilan Tuhan pun juga diinginkan karena semua JalanNya adalah sempurna."

Sebelumnya saya sudah cukup mengalami apa yang tampaknya benar, jalan yang seringkali penuh dengan buah dan terkadang jalan yang menuju tragedy. Sepanjang perjalanan saya, jalan yang tampaknya paling berresiko ternyata menuntun ke sebuah hadiah yang terbesar. Bahkan setiap kali tampaknya semakin berresiko. Setiap kali menentukan pilihan akan semakin sulit.

"Sangat dibutuhkan iman yang besar untuk berjalan dalam alam Rohani yang lebih tinggi,” kata rajawali. “Tuhan memberikan kita sebuah peta KerajaanNya dan Dia berkata,’Jika kamu menyelamatkan dirimu sendiri, engkau akan kehilangannya tetapi jika engkau kehilangan nyawamu demi Aku, engkau akan memperolehnya.' Kata-kata itu sendiri dapat menjagamu di jalan menuju ke puncak gunung dan akan menuntunmu ke kemenangan besar di peperangan besar yang akan datang. Kata-kata itu juga akan membantumu tetap tegak didepan Kursi Pengadilan Kristus,” tambahnya sambil melihat ke pintu.

Saya tahu saya harus pergi. Saya juga harus mengingat ruangan kemuliaan ini dan harta karun keselamatan, tetapi saya juga tidak boleh menoleh kembali ke belakang. Saya harus terus maju. Saya berbalik dan dengan mengumpulkan seluruh keberanian, saya membuka pintu Kursi Pengadilan Kristus dan melangkah masuk. Seluruh pasukan malaikat yang menyertai saya mengambil posisi di sekitar pintu, tetapi tidak masuk.

"Ada apa? Apakah engkau tidak masuk?" pinta saya, sangat ingin ditemani.

"Ke tempatmu sekarang, engkau harus sendiri. Kami akan menunggumu disisi yang lain."

Tanpa menanggapi, saya berbalik dan mulai berjalan sebelum saya berubah pikiran. Ini adalah hal tersulit yang pernah saya lakukan. Saya berada dalam kegelapan yang menakutkan yang pernah saya alami. Ketakutan luar biasa menyerang saya. Segera saya berpikir bahwa saya sudah menapakkan kaki ke neraka. Pintu itu tertutup dan saya tidak bisa melihat. Mengingat saya harus terus, saya bergerak perlahan dan berdoa minta pertolongan Tuhan. Saat saya melakukannya damai sejahtera mulai melingkupi hati saya.

Kemudian saya melihat bahwa kegelapan itu tidak lagi terasa dingin tetapi mulai terasa nyaman. Kemudian saya mulai melihat seberkas cahaya. Cahaya itu semakin lama semakin bersinar cemerlang penuh kemuliaan, sangat luar biasa dan saya merasa bahwa saya sedang masuk ke surga itu sendiri. Sekarang kemuliaan itu bertambah besar seturut setiap langkah saya. Saya terpesona bagaimana sesuatu yang luar biasa seperti ini ada didalam pintu yang sangat gelap dan terlarang. Saya ingin menikmati setiap langkah sebelum kembali melangkah.

Segera jalan itu terbuka dan menuju sebuah aula yang sangat besar dan saya merasa bahwa bumi sendiri tidak sebesar itu. Keindahan didalamnya tidak akan dapat digambar oleh arsitek manusia. Saya tidak pernah mengalami sesuatu yang memenuhi hati saya hanya dengan melihatnya. Di ujung aula itu adalah tempat Sumber Kemuliaan yang memancar dari setiap hal yang ada diruangan. Saya tahu bahwa itu adalah Tuhan dan saya sedikit takut saat saya mulai mendekati Dia. Saya tidak berpikir betapa jauhnya jarak kami. Semuanya sangat indah dan saya merasa saya dapat berjalan selamanya dan menikmati setiap langkah itu. Berjalan di bumi sampai ke Tahta akan membutuhkan waktu berhari-hari.

Mata saya tertuju kepada Kemuliaan Tuhan, sebelum menyadari saya melewati ribuan orang yang berdiri di atas tempat bertingkat-tingkat di kiri saya (Di sebelah kanan ada banyak orang juga tapi saya tidak melihat mereka karena mereka jauh dan mendekati Tahta). Saat saya melihat mereka saya berhenti. Mereka mempesona, sangat anggun lebih dari semua orang yang pernah saya lihat. Sikap mereka sangat menarik hati. Tidak ada damai sejahtera dan keyakinan yang terpancar di wajah manusia seperti ini sebelumnya. Setiap orang sangat indah diluar perbandingan bumi. Saat saya mendekati mereka, mereka membungkukkan badannya memberi salam seakan-akan mereka mengenal saya.

Bagaimana engkau mengenal saya?"saya terkejut dengan pertanyaan saya sendiri.

"Engkau adalah salah satu orang kudus yang berjuang di peperangan terakhir," jawab seorang laki-laki yang ada di dekat saya. "Setiap orang disini tahu engkau dan semua orang yang sedang berperang di bumi. Kami adalah orang-orang kudus yang melayani Tuhan di generasi sebelum engkau. Kami adalah awan besar yang diberikan hak untuk menyaksikan peperangan terakhir. Kami semua tahu engkau dan kami semua melihat apa yang engkau lakukan."

Kemudian saya melihat seseorang yang saya tahu di bumi. Dia adalah orang percaya yang setia tetapi saya tidak pernah melihat dia melakukan sesuatu yang penting. Secara jasmani dia tidak menarik dan itu membuatnya menjadi pemalu. Disini kami mempunyai gambaran wajah yang sama tetapi dia berubah menjadi lebih tampan dari orang-orang yang ada di bumi. Dia melangkah maju dengan yakin dan kemartabatan yang tidak pernah saya lihat padanya atau pada siapapun sebelumnya.

"Surga sangat jauh lebih besar daripada yang kita impikan selama kita di bumi,” dia mulai berbicara. “Ruangan ini adalah alam kemuliaan yang jauh dari kemampuan nalar kita. Sangatlah benar bahwa kematian kedua sangat mengerikan daripada yang selama ini kita pahami. Surga atau neraka tidak seperti yang kita pikirkan sebelumnya. Jika aku sudah mengetahui ini di bumi maka aku tidak akan pernah hidup dengan cara yang lalu. Engkau diberkati dengan kasih karunia yang besar untuk datang kemari sebelum engkau mati."dia berkata sambil melihat pakaian saya.

Kemudian saya melihat diri saya sendiri. Saya masih mengenakan mantel tua kerendahan hati dan baju zirah dibawahnya. Saya merasa bodoh dan kasar berdiri didepan mereka yang sangat anggun dan indah. Saya mulai berpikir bahwa saya berada dalam masalah besar jika saya muncul dihadapan Tuhan seperti ini. Seperti rajawali teman saya, mereka mengerti pikiran saya dan menjawab:

"Mereka yang kesini mengenakan mantel itu tidak mempunyai rasa takut. Mantel itu merupakan penghormatan tingkat tinggi dan inilah mengapa mereka semua membungkukkan diri saat engkau lewat."

"Saya tidak melihat seorangpun yang membungkukkan diri,"jawab saya sedikit malu.

Itu bukannya tidak pantas," lanjutnya. "Disini kami saling menunjukkan penghargaan satu sama lain. Bahkan juga malaikat-malaikat yang melayani kami disini tetapi hanya Tuhan dan Kristus yang kita sembah."

Saya masih merasa malu. Saya harus terus ingat untuk membungkukkan diri pada orang-orang mulia ini sedangkan saat bersamaan saya ingin sembunyi sebab saya tampak buruk. Kemudian saya mulai meratapi pikiran bodoh saya sama seperti di bumi dan setiap orang disini dapat mengetahui pikiran! Saya merasa cemar dan bodoh berdiri didepan orang-orang yang mulia dan sungguh luar biasa ini. Lagi-lagi teman lama saya menanggapi pikiran ini.

"Kami mempunyai tubuh kemuliaan disini sedangkan engkau tidak. Pikiran kami tidak lagi dicemari dosa. Disini kami mampu memahami hal-hal yang di bumi tidak bisa diukur dan kemampuan kami untuk memahami akan semakin bertambah selamanya. Itulah mengapa kami dapat mengenal Bapa dan memahami CiptaanNya. Di bumi engkau tidak dapat mengerti atau paling tidak apa yang kami ketahui disini dan kami adalah yang paling kecil dari orang-orang itu."

"Bagaimana engkau dapat menjadi yang paling kecil?" Tanya saya tak percaya.

"Ada tingkat kebangsawanan disini. Upah kami hidup di bumi menentukan posisi kami disini. Kumpulan besar orang-orang disini adalah yang disebut Tuhan “gadis-gadis bodoh”. Kami mengenal Tuhan dan mempercayai SalibNya lah yang melepaskan kami dari neraka, kami tidak benar-benar hidup untuk Dia tapi untuk diri kami sendiri. Kami tidak menjaga pelita kami supaya penuh dengan minyak Roh Kudus. Kami mempunyai hidup yang kekal tetapi kami menyia-nyiakan hidup kami di bumi."

Saya sangat terkejut tetapi saya tahu tidak akan ada seorangpun disini yang akan berdusta.

"Gadis-gadis bodoh menggertakkan giginya dalam kegelapan,"protes saya.

Dan itulah yang kami lakukan. Kami sangat terluka saat mengerti bagaimana kami begitu menyia-nyiakan hidup kami, melebihi kepedihan yang dirasakan manusia di bumi. Kegelapan akan luka itu semakin besar saat semua disingkapkan didepan kemuliaan Dia yang sudah kita kecewakan. Sekarang engkau berdiri ditengah-tengah orang yang mempunyai pangkat terendah di surga. Tidak ada kebodohan yang lebih besar dari orang-orang yang sudah mengenal keselamatan besar Tuhan tetapi melanjutkan hidupnya untuk diri mereka sendiri. Untuk datang kesini dan mempelajari kebodohan ini adalah kepedihan yang lebih besar dari yang dialami jiwa-jiwa di bumi. Kami menderita dalam kegelapan itu karena kebodohan kami yang besar."

Sangat tidak masuk akal. "Tetapi engkau sangat bersinar dan penuh sukacita dan damai sejahtera lebih daripada yang saya dapat bayangkan, sekalipun ini di surga. Saya tidak melihat kesedihan didalammu dan disini engkau tidak dapat berdusta. Ini sangat tidak masuk akal."

Dia meneruskan sambil melihat langsung kemata saya, "Tuhan juga mengasihi kami dengan kasih yang luar biasa besar yang tidak dapat engkau mengerti. Didepan Kursi Pengadilan Tuhan saya merasakan kegelapan jiwa yang paling besar dan menyesali apa yang sudah saya alami. Walau disini tidak ada waktu, tampaknya sangatlah lama hidup saya di bumi. Semua dosa-dosa dan kebodohan yang tidak saya sesali ada didepan saya dan semua orang disini mengalami hal yang sama. Kepedihan ini tidak dapat engkau pahami sampai engkau mengalaminya. Saya merasa seperti berada di dasar neraka yang paling dalam sekalipun saya berdiri didepan Tuhan. Dia tegas sampai hidup saya benar-benar diperbaharui. Saat saya minta ampun dan minta pengampunan didepan salibNya, Dia menghapus airmata saya dan membuang kegelapan itu. Dia memandang saya dengan kasih luar biasa diluar pemahaman yang sekarang engkau mengerti. Dia memberikan jubah ini. Saya tidak lagi merasakan kegelapan dan kepahitan atau kepahitan saat saya berdiri didepanNya tetapi saya ingat. Hanya disini engkau mengingat hal-hal seperti itu tanpa terus merasakan pedih. Sesaat tinggal di bagian paling rendah di surga sangat lebih besar daripada ribuan tahun hidup di tingkat tinggi di bumi. Sekarang ini ratapan saya akan kebodohan saya diubahkan menjadi sukacita dan saya tahu bahwa saya akan bersukacita selamanya sekalipun saya berada di tempat paling rendah di surga."

Saya mulai terpikir kembali tentang harta-harta keselamatan. Saya tahu bahwa semuanya yang diceritakannya dibukakan oleh harta-harta itu. Setiap langkah yang saya ambil untuk naik ke surga atau ke kedalamannya mulai tersingkap, JalanNya menakutkan dan sekaligus luar biasa indah yang saya tahu sebelumnya.

Melihat ke dalam mata saya, teman saya meneruskan. "Engkau disini tidak untuk mengerti tetapi untuk mengalami. Tingkat selanjutnya lebih besar dari apa yang ada disini. Setiap tingkat lebih besar dan lebih banyak dari tingkat sebelumnya. Bukan saja setiap tingkat mempunyai tubuh rohani yang bersinar mulia tetapi setiap tingkat semakin dekat dengan Tahta dimana Sumber semua Kemuliaan. Saya tidak lagi merasakan pedih dengan kegagalan saya. Saya sungguh pantas tidak mendapatkan apa-apa. Saya disini karena kasih karunia semata dan saya sungguh bersyukur dengan apa yang saya miliki. Dia sangat berharga untuk dikasihi. Saya dapat melakukan hal-hal luar biasa di alam surga yang berbeda tetapi saya memilih tinggal disini dan hanya memandang kemuliaanNya, sekalipun saya hanya berada dipinggir saja."

Dengan pandangan jauh kedepan, dia menambahkan,"Setiap orang di surga sekarang ini sedang memandang Misteri Terbesar Tuhan yang sedang dibuka dan melihat orang-orang yang akan berperang di peperangan terakhir." "Dapatkah engkau melihatNya dari sini?"Tanya saya. "Saya melihat KemuliaanNya dari jauh tetapi saya tidak dapat melihatNya."

"Saya dapat melihatNya jauh lebih baik dari engkau," jawabnya. "Saya dapat melihat Dia dan semua yang Dia lakukan sekalipun dari sini. Saya juga dapat mendengarNya. Saya juga dapat melihat bumi, Dia memberikan kami kemampuan itu. Kami adalah awan-awan besar saksi yang melihatmu."

Dia kembali ke tempatnya dan saya mulai berjalan, mencoba untuk mengerti semua yang sudah dikatakannya. Saat saya melihat ke kumpulan besar orang yang dia katakan sebagai gadis-gadis bodoh, orang-orang yang rohaninya tertidur saat hidup dibumi. Saya tahu jika salah satu dari mereka muncul di bumi mereka akan disembah sebagai dewa-dewa dan mereka ada disini!

Kemudian saya mulai memikirkan betapa saya menyia-nyiakan hidup saya. Kehidupan saya seakan berjalan didepan saya. Saya mulai merasakan pedih atas dosa-dosa saya. Saya juga mempunyai kebodohan yang sangat besar! Mungkin saya menjaga minyak di pelita saya lebih dari yang lain, tetapi sekarang saya tahu bagaimana bodohnya saya sudah mengukur apa yang saya perlukan dengan melihat apa yang orang lain lakukan. Saya juga adalah salah satu gadis-gadis bodoh itu!

Dengan pemikiran akan penemuan besar itu saya hampir pingsan, seorang laki-laki yang saya kenal sebagai salah satu umat Tuhan yang besar mendekat dan menguatkan saya. Sentuhannya menyegarkan saya kembali. Kemudian dia memberi salam dengan hangat. Dia adalah orang yang ingin saya jadikan guru. Saya pernah bertemu dengannya tetapi kami tidak berhubungan baik. Seperti yang lainnya saya mencoba untuk mendekat dan belajar, saya pernah jengkel dengannya dan dia pernah meminta saya untuk pergi. Selama berahun-tahun saya merasa bersalah, perasaan saya bahwa saya kehilangan kesempatan yang besar karena noda pada karakter saya. Walau saya tidak memikirkannya lagi, saya masih membawanya sebagai beban dari kegagalan saya. Saat saya melihat dia semuanya tampak jelas dan perasaan pedih saya muncul. Sekarang dia tampak seperti bangsawan yang tidak pernah sebegitu menarik seperti sekarang dan mempermalukan kelemahan saya. Saya ingin sembunyi tetapi tidak ada jalan untuk menghindari dia. Saya terkejut saat kehangatannya yang murni membuat saya merasa nyaman. Tampaknya disini tidak ada benteng antara kami. Kasih yang saya rasakan padanya hampir membuat saya tidak sadar.

"Saya sangat menunggu pertemuan ini," katanya.

"Engkau menunggu saya?"Tanya saya. "Mengapa?"

"Engkau adalah salah satu yang saya tunggu. Saya tidak mengerti akan penghakiman, sampai engkau yang merupakan salah satu yang dipanggil untuk saya dapat membantu bahkan memuridkanmu, tetapi saya justru menolakmu."

"Tuan," protes saya. "Merupakan kehormatan yang besar menjadi muridmu, dan saya sangat berterimakasih untuk waktu-waktu yang engkau sudah berikan kepada saya tetapi saya sangat angkuh dan saya pantas menerima penolakanmu. Saya tahu bahwa pemberontakan dan kebanggaan saya membuat saya tidak pernah mempunyai bapak rohani. Ini bukan kesalahanmu tetapi kesalahan saya."

Memang benar engkau sangat bangga tetapi bukan karena itu aku menolakmu. Aku menolakmu karena kegelisahankulah yang membuatku ingin mengendalikan setiap orang disekitarku. Aku menolakmu karena engkau tidak dapat menerima apapun tanpa mempertanyakannya. Kemudian aku mulai mencari-cari kesalahanmu. Aku mulai merasa bahwa jika aku tidak dapat mengendalikanmu, suatu saat engkau akan mempermalukanku dan pelayananku. Aku menjunjung tinggi pelayananku lebih dari yang saya lakukan untuk orang-orang yang diberikan kepadaku, jadi aku membuatmu pergi," katanya.

Dengan ketulusan yang tidak ada di bumi, dia meneruskan, "Semua anak-anak adalah pemberontak dan aku pikir dunia meledak di sekitar mereka. Itulah mengapa mereka memerlukan orang tua untuk membesarkan mereka. Hampir setiap kehendak anak membawa cercaan bagi keluarganya, tetapi dia tetap menjadi bagian keluarga itu. Seringkali aku menolak anak-anak Tuhan yang dipercayakan kepadaku untuk mendewasakan mereka, tetapi seringkali saya gagal. Banyak dari mereka yang menderita luka parah dan gagal yang sebetulnya dapat saya bantu untuk menghindarinya. Banyak dari mereka saat ini yang menjadi tawanan musuh. Aku sudah membangun organisasi yang besar dan mempunyai pengaruh besar bagi gereja-gereja tetapi kasih karunia paling besar yang Tuhan percayakan adalah orang-orang yang dikirim untuk menjadi muridku tetapi banyak orang yang sudah kutolak. Jika aku tidak begitu egois dan terpaku pada reputasi maka aku akan menjadi seorang raja disini. Aku dipanggil menjadi salah satu yang duduk di tahta-tahta paling tinggi. Semua yang kau miliki dan akan kau selesaikan akan diperhitungkan di surga. Disamping itu, banyak dari apa yang menjadi perhatianku kelihatan sangat kecil. Apa yang tampak bagus di bumi disini akan sangat berbeda. Apa yang dapat membuatmu menjadi seorang raja dibumi seringkali akan menjadi batas bagimu untuk menjadi raja disini. Apa yang dapat membuatmu berada disini adalah kerendahan hati yang tidak diperhitungkan di bumi. Maukah engkau memaafkanku?"

Tentu saja," kata saya agak malu. "Tetapi saya juga membutuhkan maaf. Saya masih berpikir tentang keanehan dan pemberontakan saya yang menyulitkanmu."

"Memang benar engkau tidak sempurna dan aku melihat beberapa masalahmu, tetapi semua itu bukanlah penyebab dari penolakan," katanya. "Tuhan tidak menolak dunia saat saya melihatnya sebagai kegagalan. Dia tidak menolakku saat Dia melihat dosaku. Dia memberikan HidupNya untuk kita. Selalu yang terbesar memberikan hidupnya untuk yang kecil. Saya sudah dewasa daripadamu. Saya punya otoritas yang lebih darimu tetapi aku menjadi seekor kambing seperti dalam perumpamaan; Aku sudah menolak Tuhan dengan menolakmu dan orang-orang lain yang sudah Dia kirimkan untukku."

Saat dia berbicara, kata-katanya menghantam saya. Saya juga merasa bersalah atas semua yang dia rasakan. Banyak dari orang-orang muda baik laki-laki maupun perempuan yang sudah saya keluarkan dari pikiran saya karena tidak cukup penting untuk waktu saya, sekarang semuanya berjalan di ingatan saya. Betapa ingin saya kembali sekarang dan mengumpulkan mereka bersama-sama! Kepedihan yang mulai saya rasakan sekarang tampaknya lebih buruk dari yang saya rasakan karena menyia-nyiakan hidup saya di bumi. Saya sudah menyiakan-nyiakan banyak orang! Sekarang banyak dari orang-orang ini menjadi tawanan musuh, terluka dan ditawan selama perang di gunung. Keseluruhan perang ini adalah untuk orang-orang dan seringkali orang-orang yang dianggap tidak penting. Kami akan berjuang untuk kebenaran lebih dari orang-orang yang diberikan. Kami akan berjuang untuk pelayanan tetapi berlaku kasar pada orang-orang yang menjalankannya. “Dan banyak orang seperti saya yang berpikir sebagai pemimpin rohani! Saya benar-benar adalah orang-orang kudus yang paling rendah," pikir saya.

Bagian 7

Aku mengerti apa yang engkau rasakan," kata seorang laki-laki yang saya kenali sebagai salah satu orang yang menjadi pemimpin Kristen paling besar sepanjang waktu. "Rasul Paulus pada saat akhir hidupnya mengatakan bahwa dia adalah orang yang paling rendah diantara orang-orang kudus. Hanya sesaat sebelum kematiannya, dia menyebut dirinya sendiri “pendosa besar”. Apakah dia tidak belajar bahwa hidupnya di bumi yang penuh bahayalah yang menjadikan dia orang-orang kudus di surga. Karena dia sudah belajar di bumi sekarang dia menjadi orang-orang terdekat Tuhan dan mendapatkan pangkat tertinggi selamanya."

Melihat orang ini berada dalam “gadis-gadis bodoh” mengejutkan saya. “Saya tidak percaya bahwa engkau adalah orang-orang bodoh yang menyia-nyiakan kehidupan di bumi. Mengapa engkau berada disini?"

"Aku disini karena aku telah membuat kesalahan besar sebagai salah satu orang dipercayakan Injil Penyelamat Kita. Seperti Rasul Paulus yang tidak menyebut dirinya sendiri rasul-rasul terbesar, aku berbuat sebaliknya. Aku mulai menyadari bahwa aku adalah pendosa besar yang mendapat kasih karunia, tetapi berakhir dengan pikiran aku adalah rasul-rasul besar. Itu karena rasa bangga aku yang besar, bukan ketidakamanan seperti teman-teman disini tetapi aku mulai menyerang setiap orang yang tidak melihat sesuatu seperti yang saya lihat. Saya aku lepaskan para orang-orang yang mengikutiku dari panggilannya masing-masing dan bahkan dari pribadinya, aku menekan mereka untuk menjadi seperti saya. Tidak ada seorangpun disekitarku yang menjadi diri mereka sendiri. Tidak ada seorangpun yang berani bertanya mengapa aku menghancurkan mereka seperti butiran debu. Aku memikirkan itu karena dengan mengecilkan orang lain, membuat diriku menjadi besar. Aku pikir seharusnya akulah yang menjadi Roh Kudus bagi setiap orang. Dari luar, pelayananku tampak seperti mesin yang berjalan dengan halus dimana setiap orang menjadi satu kesatuan dan satu perintah yang sempurna, tetapi itu adalah perintah tentang pemusatan kemah. Aku membawa anak-anak Tuhan dan membuat mereka bergerak otomatis di gambaranku disamping Dia. Pada akhirnya aku tidak melayani Tuhan tetapi melayani idola yang aku bangun untuk diri sendiri. Sebelum akhir hidupku, hidupku benar-benar menjadi musuh injil sejati, paling tidak secara praktis bahkan jika pengajaran dan tulisanku tampak secara alkitabiah tanpa cela. "

"Jika ini benar,maka engkau adalah musuh injil, tetapi bagaimana engkau masih berada disini?" Tanya saya.

Oleh kasih karunia Tuhan, aku percaya salib sebagai keselamatanku sendiri, bahwakan sekalipun sebenarnya aku menjauhkan orang lain dari hal itu, menuntun mereka kepada diriku sendiri lebih daripada membawa mereka kepada Tuhan. Tuhan tetap setia sekalipun kita tidak setia. Ini juga hanya karena karuniaNya Tuhan membawa aku pulang dari bumi lebih cepat dari mereka yang dibawahku sehingga mereka dapat menemukan dan mengenalNya.."

Saya tidak bisa lebih terkejut dengan kebenaran ini. Sejarah membuat penggambaran yang berbeda tentang dia. Membaca pikiran saya, dia melanjutkan:

"Tuhan mempunyai sebuah buku sejarah yang berbeda daripada yang ada di bumi. Engkau punya bayangan hal ini tetapi engkau belum tahu bagaimana berbedanya mereka. Sejarah-sejarah dunia akan berlalu, tetapi buku-buku yang disimpan disini akan tetap ada selamanya. Jika engkau dapat bersukacita dengan apa yang dicatat di surga, maka engkau benar-benar diberkati. Manusia melihat sebuah kaca gelap, sehingga sejarah mereka akan dikaburkan dan kadang-kadang menjadi sangat salah. Amat sangat sedikit orang Kristen yang mempunyai karunia ketajaman. Tanpa karunia ini sangat mustahil melihat kebenaran dengan jelas baik masa depan maupun masa lalu. Bahkan jika dengan karunia inipun masih juga sulit. Sampai engkau berada disini, dilepaskan, engkau akan menghakimi orang lain melalui prasangka yang menyimpang baik positif maupun negatif. Itulah mengapa engkau diperingatkan untuk tidak menghakimi sebelum waktunya. Sampai kita berada disini kita tidak dapat benar-benar tahu apa yang ada dihati orang, apakah baik atau tidak. Ada banyak motif yang bagus pada orang-orang buruk dan motif-motif jahat pada orang-orang baik. Hanya disini manusia dihakimi karena perbuatan dan motifnya."

Saat saya kembali ke bumi, apakah saya dapat melihat sejarah dengan akurat sebab pernah disini?"

"Engkau ada disini karena engkau sudah berdoa pada Tuhan untuk menghakimi engkau dengan adil, mengkoreksimu tanpa ampun sehingga engkau dapat melayani Dia dengan sempurna. Ini adalah permintaan paling bijaksana yang pernah kau buat. Hakim bijaksana sendiri juga akan diadili. Bahkan lebih bijaksana untuk meminta pengadilan Tuhan sebab mereka sadar bahwa mereka tidak dapat mengadili diri mereka sendiri dengan baik. Dengan berada disini engkau meninggalkan tempat ini dengan hikmat dan kejelasan yang lebih bertambah, tetapi di bumi engkau dapat selalu melihat kaca gelap untuk beberapa tingkat. Pengalamanmu disini akan membantumu mengenali orang lain dengan baik tetapi hanya jika engkau benar-benar disini maka engkau akan mengenal mereka sepenuhnya. Saat engkau pergi, engkau akan mencamkan betapa sedikit yang diketahui orang daripada betapa baik engkau mengenalnya. Ini adalah hubungan yang benar dalam sejarah manusia. Aku diijinkan untuk membicarakan ini denganmu karena aku merasa aku sudah memuridkanmu melalui tulisan-tulisanku dan untuk mengetahui kebenaran tentang aku yang akan sangat membantumu,"tokoh Reformasi ini menyimpulkan.

Lalu seorang wanita yang tidak saya kenal mendekat. Kecantikan dan keanggunannya mempesonakan, tetapi bukanlah sesuatu yang sensual atau menggairahkan. Dia adalah penggambaran martabat dan kebangsawanan.

Aku adalah istrinya sewaktu di bumi," dia mulai. "Sebagian besar apa yang kau ketahui tentang dia sebetulnya berasal dariku, karena itu apa yang akan aku katakan bukan karena dia tetapi karena kita. Engkau dapat memperbaharui gereja tanpa memperbaharui jiwamu sendiri. Engkau dapat mendiktekan sejarah tetapi tidak kehendak Tuhan atau memuliakan AnakNya. Jika engkau berjanji pada dirimu sendiri untuk membuat sejarah manusia, mungkin engkau dapat melakukannya tetapi ini adalah pencapaian yang akan segera berlalu seperti asap dari rokok.."

"Tetapi pekerjaan suamimu, atau pekerjaanmu sangat mempengaruhi setiap generasi setelah dia selamanya. Sangat sulit dibayangkan bagaimana gelapnya dunia tanpa dia,"saya memprotesnya.

"Benar. Tetapi apa yang kau capai jika engkau mendapatkan seluruh dunia tetapi kehilangan jiwamu sendiri. Hanya jika engkau dapat menjaga jiwamu tetap murni, engkau dapat mempengaruhi dunia untuk tujuan abadi Tuhan. Bagiku, suamiku kehilangan jiwanya dan dia memperolehnya pada saat akhir hidupnya karena aku diambil dari bumi. Banyak dari apa yang dia lakukan, dia lakukan untukkku bukan untuk Tuhan. Aku menekan dia dan bahkan memberikan dia banyak pengetahuan yang diajarkan. Aku menggunakan dia sebagai tambahan dari egoku, sebab sebagai seorang wanita, aku dulu tidak bisa menjadi pemimpin rohani. Aku ambil alih hidupnya sehingga aku dapat hidup lewat dia. Dia melakukan segalanya hanya untuk membuktikan dirinya sendiri pada saya."

"Engkau pasti sangat mencintai dia."kata saya sambil melihatnya.

Tidak. Aku sama sekali tidak mencintainya, dia juga tidak mencintaiku. Setelah beberapa tahun perkawinan kami, kami bahkan saling tidak menyukai. Tetapi kami membutuhkan satu sama lain jadi kami menemukan cara bekerja bersama-sama. Semakin sukses pekerjaan kami, kami semakin tidak bahagia dan semakin kami menipu membodohi orang-orang pengikut kami. Kami adalah orang-orang kosong sebelum akhir hidup kami. Semakin besar pengaruh yang dapatkan melalui promosi dirimu sendiri, maka engkau harus semakin bekerja keras untuk menjaga pengaruhmu dan hidupmu akan semakin gelap dan jahat. Raja-raja takut pada kami tetapi kami takut pada setiap orang dari raja-raja sampai petani-petani. Kami tidak percaya seorangpun sebab kami hidup dalam tipuan bahkan kami tidak percaya satu sama lain. Kami mengajarkan kasih dan kepercayaan sebab kami ingin setiap orang mengasihi dan mempercayai kami tetapi kami takut dan secara rahasai kami memandang rendah setiap orang. Jika engkau mengajarkan kebenaran-kebenaran yang besar tetapi tidak hidup didalamnya maka kamu adalah seorang munafik yang terbesar."

Kata-kata mereka menghantam saya seperti palu. Saya dapat melihat bahwa hidup saya sudah menuju kearah yang sama. Sebagian besar yang saya lakukan untuk memajukan saya sendiri daripada untuk Tuhan. Saya mulai melihat bagaimana saya melakukannya untuk membuktikan kepada orang lain terutama yang tidak menyukai saya atau siapapun yang saya pikir adalah saingan saya. Saya mulai melihat bagaimana hidup saya dibangun dimuka sebuah gambaran yang mengingkari siapa saya. Tetapi disini saya tidak dapat menyembunyikan apapun. Sekelompok awan besar saksi tahu siapa saya dibalik motif-motif yang terselubung.

Saya kembali memandang pasangan ini. Mereka begitu terus terang dan sangat terhomat sehingga sangat tidak mungkin menanyakan motif mereka. Dengan senang hati mereka memaparkan dosa-dosa kejahatan mereka demi saya.

"Saya mungkin mempunyai konsep yang salah tentangmu dengan sejarah dan tulisan-tulisanmu tetapi saya lebih menghargaimu sekarang. Saya berdoa sehingga saya dapat membawa integritas dan kebebasan di surga seperti yang kau miliki saat ini. Saya lelah mencoba untuk hidup dalam gambaran diri yang saya ciptakan. Betapa lama saya ingin bebas." Saya meratap, benar-benar ingin mengingat setiap detil pertemuan kami. Kemudian sang Reformer yang terkenal itu menawarkan sebuah nasihat terakhir:

Jangan pernah mengajarkan orang lain untuk melakukan apa yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri. Reformasi bukanlah doktrin. Reformasi yang benar hanya datang dari kesatuan dengan Sang Penyelamat. Jika mengaku memikul kuk Kristus, membawa beban yang Dia berikan, maka Dia akan menyertainya dan membawa beban itu untukmu. Engkau hanya dapat melakukan pekerjaanNya saat engkau mengerjakannya bersama dengan Tuhan bukan untuk Tuhan. Hanya Roh Kudus yang dapat menurunkan Roh Kudus. Jika engkau memikul kuk bersama dengan Dia maka engkau tidak mengerjakan sesuatu untuk kepentingan politik atau sejarah. Sesuatu yang kau lakukan karena tekanan politis atau peluang, hanya akan membawa kepada akhir pelayananmu yang benar. Hal-hal yang kau buat untuk membuat sejarah akan membuat malapetaka dalam penyelesaian sejarah dan engkau akan gagal dalam mempengaruhi keabadian. Jika engkau tidak hidup sesuai apa yang kau ajarkan maka engkau membatalkan dirimu sendiri menerima panggilan Tuhan dari tempat tinggi sama seperti kami. Aku akan menceritakan padamu apa yang akan menjaga jalan hidupmu tetap dalam kasih Juru Selamat dan mencari KemuliaanNya. Segala sesuatu yang kau lakukan untuk memuliakan dirimu sendiri suatu hari akan membawamu kepada penghinaan paling mengerikan. Segala sesuatu yang kau lakukan diluar kasih Juru Selamat, untuk memulikan NamaNya akan menambah batas KerajaanNya yang kekal dan hasilnya adalah sebuah tempat yang tinggi untukmu sendiri. Hidup untuk sesuatu yang dicatat disini. Jangan pedulikan apa yang dicatat di bumi."

Saat mereka berjalan pergi, saya dipenuhi dosa-dosa saya sendiri. Waktu-waktu saya menggunakan orang-orang untuk tujuan pribadi saya, atau bahkan waktu menggunakan nama Yesus untuk ambisi saya atau untuk membuat saya tampak lebih baik mulai berjalan didepan saya. Disini, dimana saya dapat melihat kekuatan dan kemuliaanNya yang biasa saya gunakan menjadi tampak lebih menjijikkan lagi. Saya sangat putus asa. Setelah tampaknya memakan waktu yang lama melihat orang-orang dan kejadian-kejadian didepan saya, saya merasa seorang wanita membuat saya berdiri. Saya diliputi oleh kemurniannya terutama saat saya sekarang merasa sangat jahat dan korup. Saya punya keinginan yang kuat untuk menyembah dia karena kemurniannya.

"Berbaliklah pada Sang Anak," katanya. “Keinginanmu untuk menyembahku atau orang lain saat ini hanya karena engkau mau mengalihkan perhatianmu saja dan menghakimi dirimu sendiri dengan melayani yang tidak seharusnya. Aku sekarang murni karena aku berbalik kepada Tuhan. Engkau harus melihat kejahatan yang ada dalam dirimu sendiri tetapi kamu tidak harus tinggal didalamnya atau mencari untuk menghakimi dirimu sendiri dengan pekerjaan buntu tetapi berbaliklah kepada Dia."

Ini adalah kasih dan perhatian yang murni yang tidak mungkin untuk saya merasakan pedih. Ketika melihat saya mengerti, dia melanjutkan:

"Kemurnian yang kau lihat dalamku adalah apa yang dilihat suamiku saat pertama kali bertemu waktu muda kami. Saat itu aku masih mempunyai motif yang murni tetapi kemudian aku menggunakan cintanya dan kemurnianku dengan membiarkan dia salah memujaku. Engkau tidak akan dapat menjadi murni hanya dengan memuja seseorang yang lebih darimu tetapi hanya dengan menyembah Dia yang membuatmu murni dan di dalam Dia sendiri tidak ada dosa. Semakin banyak orang memuji kita, semakin banyak kita menerima pujian mereka kemudian itu akan membawa kita keluar dari jalan kehidupan. Kemudian kita mulai hidup dengan pujian-pujian manusia, menggunakan kekuatan atas orang-orang yang tidak memuji kita. Itulah kematian kita dan itu hal yang sama terjadi pada banyak orang yang ada di tempat rendah disini tetapi dipanggil untuk menjadi yang paling tinggi."

Hanya karena ingin memperlama pembicaraan kami, saya menanyakan sesuatu yang terlintas dalam pikiran saya, "Apakah sulit untukmu dan suamimu berada bersama-sama disini?"

"Tidak. Semua hubungan yang kau miliki dibumi dilanjutkan disini dan semuanya dimurnikan dengan penghakiman. Semakin banyak kau diampuni semakin besar kasihmu. Tentu saja Tuhan mengampuni setiap orang disini, dan kami mengasihi Dia lebih dari apapun. Setelah kami saling mengampuni, kami akan lebih mengasihi satu sama lain. Sekarang hubungan kami berlanjut dalam kedalaman dan kekayaan yang besar karena kami bersama-sama mewarisi keselamatan ini. Sedalam apapun luka batin kami sembuh, sedalam itulah kasih yang muncul saat kita dipulihkan. Kita dapat mengalami hal ini dibumi, tetapi waktu itu kita tidak belajar tentang pengampunan. Jika kita sudah mempelajari pengampunan yaitu persaingan yang memasuki hubungan kami dan membelokkan hidup kami, itu tidak akan berakar dalam diri kami. Jika engkau benar-benar mengasihi, maka dengan mudah engkau akan mengampuni. Sebaliknya jika engkau sulit untuk mengampuni maka engkau jauh dari kasih yang sejati. Pengampunan adalah esensi jika engkau tinggal dalam jalan kehidupan. Tanpanya banyak hal dapat membuatmu berhenti melakukan pekerjaan yang sudah dipilihkan untukmu."

Saat bersamaan, saya menyadari bahwa wanita yang membawa konfrontasi kepedihan atas kebejatan moral saya adalah orang yang paling menarik yang pernah saya lihat. Itu bukanlah ketertarikan yang bersifat romantis tetapi saya hanya tidak ingin meninggalkan dia. Melihat pemikiran saya, wanita itu menarik diri mau pergi tetapi memberikan kata-katanya yang terakhir.

"Kebenaran yang murni diperkatakan dalam kasih sejati selalu menarik hati. Engkau akan selalu teringat kepedihanmu saat berada disini dan ini akan membantumu melewati sisa umurmu. Pedih itu baik, hal ini menunjukkan bahwa berada disana adalah suatu masalah. Jangan mencoba mengurangi kepedihanmu sampai engkau menemukan dengan tepat sumber masalahmu. Kebenaran Tuhan seringkali membawa kepedihan dalam menyoroti masalah yang kita miliki, tetapi KebenaranNya selalu menunjukkan kepada kita jalan menuju kemerdekaan dan kehidupan yang sejati. Jika engkau tahu ini maka engkau akan mulai bersukacita dalam pencobaan-pencobaanmu dan semuanya itu diijinkan untuk membuatmu tetap berada dalam jalan kehidupan."

Juga ketertarikanmu padaku bukanlah hal yang usang. Ini adalah ketertarikan antara laki-laki dan perempuan yang diberikan sejak awal mulanya, yang selalu berada dalam bentuk murni. Jika kebenaran murni digabungkan dengan kasih sejati. Laki-laki dapat menjadi laki-laki ciptaan mula-mula yang tidak akan mendominasi rasa ketidakamanannya. Perempuan akan menjadi perempuan yang diciptakan mula-mula sebab kasih menggantikan ketakutan mereka. Kasih tidak akan pernah memanipulasi atau mencoba mengendalikan ketidakamanan sebab kasih mengatasi semua ketakutan. Tempat untuk suatu hubungan yang dikorup adalah tempat yang paling dapat dipenuhi hal ini. Saat pikiranmu diperbaharui oleh Kebenaran Roh, engkau tidak akan melihat hubungan ini sebagai kesempatan untuk mendapatkan sesuatu dari orang lain tetapi sebaliknya untuk mengasihi. Memberi adalah pemenuhan terbesar yang dapat kita ketahui. Ini adalah rasa surga dimana kita menyembah Tuhan dengan penyembahan yang murni, yang merupakan sukacita besar melebihi hubungan-hubungan kita yang luar biasa yang kita bayangkan dibumi. Apa yang kita alami dalam penyembahan disini memakai tubuh lemahmu dan bukan tubuh kemuliaan, tidak akan tahan. Penyembahan pada Tuhan yang benar akan memurnikan jiwa-jiwa untuk hubungan sejati yang mulia. Karena itu engkau tidak harus mencari hubungan tetapi penyembahan yang murni. Hanya dengan itu hubungan-hubungan dapat dimulai dengan seperti yang seharusnya dimaksudkan. Kasih sejati tidak pernah mencari yang diatas tetapi tempat yang terendah untuk melayani. Jika aku dan suamiku menjaga perkawinan kami seperti ini, maka kami pasti sudah duduk disamping Raja saat ini dan aula besar ini akan dipenuhi dengan banyak jiwa-jiwa."

Dengan kata-kata itu, wanita itu kembali ke tempat kemuliaan para orang-orang kudus. Kembali saya melihat kearah Tahta dan kemuliaannya yang amat sangat luar biasa terpancar. Seorang laki-laki yang dekat dengan saya menjelaskan:

"Melalui setiap pertemuan, sebuah selubung dibuka sehingga engkau dapat melihat Dia dengan lebih jelas. Engkau tidak berubah hanya dengan melihat KemuliaanNya tetapi dengan melihatNya tanpa muka yang terselubung. Setiap orang yang datang kepada pengadilan Tuhan berjalan di koridor ini untuk bertemu orang-orang yang dapat membantu membuka selubung apapun yang mereka gunakan. Selubung yang akan mengaburkan pengihatan mereka akan Tuhan."

Saya seperti baru menerima pemahaman lebih dari bertahun-tahun saya belajar di bumi. Kemudian saya mulai merasa bahwa semua pelajaran saya di bumi hanya memperlambat langkah saya. Bagaimana bisa dapat mempersiapkan sepanjang umur untuk pengadilan ini? Hidup saya sudah membatalkan lebih dari semua orang yang saya temukan dan mereka ada disini!

Kemudian laki-laki lain keluar dari tempat posisinya. Dia seumur dengan saya dan saya tidak tahu apakah dia sudah meninggal. Saya tidak pernah bertemu dia di bumi tetapi saya sangat menghargai pelayanannya yang besar. Melalui orang-orang yang dia latih, ribuan orang dibimbing menuju keselamatan dan banyak gereja-gereja besar dibangkitkan. Dia meminta untuk memeluk saya sebentar saja dan saya menyetujuinya, merasa sedikit aneh. Saat kami berpelukan saya merasakan kasih yang keluar darinya menghentikan kepedihan saya yang teramat dalam. Saya menjadi terbiasa dengan kepedihan itu sehingga saya tidak menyadarinya sampai kepedihan itu sirna. Setelah dia melepaskan pelukannya saya menceritakan kalau pelukan itu menyembuhkan sesuatu dari saya. Dia sungguh-sungguh bersukacita. Kemudian dia mulai bercerita mengapa dia berada ditingkat paling rendah di surga

Bagian 8

Aku menjadi sangat angkuh di saat menjelang akhir hidupku, yang tidak aku bayangkan bahwa Tuhan akan akan melakukan sesuatu yang nyata kalau Dia tidak melakukannya melalui aku. Aku mulai menyentuh urapan Tuhan dan membahayakan nati-nabiNya.Aku merasa bangga jika Tuhan menggunakan murid-muridku, dan aku menjadi sangat cemburu jika Tuhan berpindah kepada orang lain diluar pelayananku. Aku akan mencari-cari kesalahan mereka sehingga dapat menyerang mereka. Aku tidak tahu kalau setiap kali aku melakukannya akau hanya membinasakan diriku sendiri."

"Saya tidak pernah tahu engkau melakukan hal seperti itu," kata saya terkejut.

"Aku menghasut orang-orang dibawahku untuk menginvestigasi orang lain dan melakukan pekerjaan kotorku. Aku membuat mereka memeriksa seluruh bumi untuk mencari kesalahan dan dosa hidup orang lain sehingga dapat disingkapkan. Aku menjadi orang yang paling buruk, menjadi batu sandungan yang memproduksi batu sandungan yang lain. Kami menabur ketakutan dan perpecahan digereja dan semuanya untuk menutupi kebenaran yang ada, pembenaran diri saya sendiri yang menuju ke neraka. Dengan kasih karunia yang besar Tuhan mengijinkan saya sakit yang kemudian membawa kematian yang perlahan dan memalukan. Hanya sebelum aku mati aku sadar dan bertobat. Aku mengucap syukur bisa berada disini. Aku menjadi milikNya disini, hal ini lebih dari yang layak yang aku dapatkan. Aku hanya tidak bisa meninggalkan ruangan sampai aku mendapatkan kesempatan untuk meminta maaf pada orang-orang yang sudah pernah aku buat salah."

"Tetapi engkau tidak pernah berbuat salah pada saya," kata saya.

 "Oh, tetapi betul aku bersalah," jawabnya. "Banyak dari serangan yang melawanmu adalah dari orang-orang yang kusuruh dan kudorong untuk menyerang yang lainnya. Sekalipun aku tidak secara pribadi melawanmu tetapi Tuhan membuatku mempertanggungjawabkan semuanya sama seperti orang-orang yang melakukannya."

"Saya tahu. Tentu saja saya memaafkanmu."

Saya mulai teringat bagaimana saya melakukan hal tersebut sekalipun dalam skala yang lebih kecil. Saya teringat bagaimana saya mengijinkan jemaat-jemaat lama yang tidak puas di gereja untuk menyebarkan racunnya di gereja tanpa berusaha menghentikan mereka. Saya tahu bahwa hanya dengan membiarkan mereka melakukannya tanpa menghentikannya saya sudah mendorong mereka untuk terus. Saya teringat bahwa ini dilakukan karena kesalahan-kesalahan gereja. Saya mulai teringat bagaimana saya mengulangi cerita-cerita mereka. Membenarkan mereka dengan memperoleh doa-doa mereka. Segera saja kejadian-kejadian seperti ini muncul dalam hati saya. Sekali lagi saya mulai dibanjiri kejahatan dan kegelapan jiwa saya.

"Saya juga menjadi batu sandungan!" saya meraung sambil jatuh berlutut. Saya tahu bahwa yang pantas buat saya adalah kematian dan yang paling buruk adalah neraka. Saya tidak pernah melihat kejahatan dan kekejaman seperti yang saya lihat dalam hati saya.

Dan kami selalu menyenangkan diri kami sendiri dengan hanya memikirkan bahwa kami melakukan hal ini untuk Tuhan saat kami menyerang anak-anakNya sendiri," muncul pemahaman dari suara seorang laki-laki. "Sangatlah baik untukmu melihat disini sebab engkau dapat kembali. Tolong peringatkan murid-muridku jika mereka tidak bertobat mereka akan tinggal dalam dasar neraka. Banyak dari mereka dipanggil untuk menjadi raja-raja disini, tetapi jika mereka tidak bertobat mereka harus menghadapi penghakiman yang paling buruk dari semua batu sandungan itu. Penyakitku adalah karunia dari Tuhan. Saat aku didepan TahtaNya aku meminta Tuhan mengirimkan karunia-karunia itu kepada murid-muridku, tetapi Dia mengijinkan aku saat ini bersamamu. Tolong maafkan dan bebaskan orang-orang yang menyerangmu. Mereka tidak mengerti bahwa apa yang mereka lakukan adalah pekerjaan Penuduh. Terima kasih sudah memaafkanku tetapi tolong maafkan mereka juga. Ini kekuatanmu untuk menahan dosa atau menutupinya dengan kasih. Aku mohon engkau mengasihi orang-orang yang sekarang menjadi musuhmu."

Saya hampir tidak mendengar suara lelaki ini karena saya begitu diliputi dengan dosa-dosa saya sendiri. Orang ini sangat mulia, murni dan mempunyai kekuatan yang tidak ada di bumi. Yah, dia mohon dengan kerendahan hati paling besar yang pernah saya saksikan. Saya merasakan kasih seperti ini muncul sampai saya tidak membayangkan untuk menolaknya, sekalipun tanpa pengaruh kasihnya, saya merasa jauh lebih bersalah daripada semua orang yang sudah menyerang saya.

"Tentu saja saya pantas mendapatkan apa yang mereka sudah lakukan pada saya dan terlebih lagi," jawab saya.

"Benar tetapi itu bukan maksud disini," dia kembali. "Setiap orang di bumi pantas mendapatkan kematian kedua, tetapi Juru Selamat kita memberikan kita kasih karunia dan kebenaran. Jika kita melakukan PekerjaanNya kita harus melakukannya dalam kasih karunia dan kebenaran. Kebenaran tanpa kasih karunia adalah sesuatu yang dibawa musuh jika dia datang sebagai ‘malaikat terang.'"


Diterjemahkan oleh Joshua Ivan Sudrajat 


















Komentar

Postingan Populer