PEREMPUAN YANG KE KUBUR YESUS
PEREMPUAN YANG KE KUBUR YESUS
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan.
Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga." Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu. (Lukas 24:1-8).
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Menurut Injil Lukas, pagi-pagi benar pada hari itu, Maria dan beberapa perempuan lainnya pergi ke kubur Yesus dengan membawa rempah-rempah. Rasa duka yang masih menyelimuti para murid perempuan itu, membuat mereka sangat ingin mengurapi mayat Yesus sebagai tanda kasih dan penghormatan mereka.
Meski sebenarnya tindakan mereka sangat beresiko, namun mereka memilih untuk berani datang ke kubur Yesus. Bisa saja mereka akan ditangkap oleh pemerintah Romawi saat itu, yang sedang mencari-cari para pengikut Yesus yang mereka salibkan.
Keberanian para perempuan itu menjadi teladan bagi kita semua. Karena kasih yang besar, sesungguhnya tidak mungkin membuat seseorang untuk urung memuliakan dan melayani Dia.
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Dalam Tradisi Katolik Ortodoks, para perempuan yang pagi-pagi buta pada Minggu Paskah pergi ke kubur Yesus untuk merempahi jenasah-Nya disebut “Miroforas” (Para Perempuan pembawa rempah-rempah- cf. Mrk 16:1-8). Para perempuan pembawa rempah-rempah itu adalah: Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome.
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Di saat Para Rasul melarikan dari dan mengurung diri di dalam ruang terkunci karena “takut pada Orang Yahudi”, para perempuan tersebut berani untuk mengalahkan ketakutan tersebut dan didorong oleh cinta yang besar terhadap Yesus, mereka tanpa takut sedikitpun pada pagi-pagi buta pergi ke kubur Yesus, mereka sangat nekat meskipun mereka tahu bahwa kuburan Yesus ditutup oleh batu yang besar dan dijaga oleh para serdadu.
Situasi sulit ini tidak membuat mereka ciut atau takut; kecintaan yang mendalam terhadap Sang Guru mengalahkan semua tantangan dan kesulitan tersebut. Mereka mencintai dan mencari Yesus sampai pada “kubur-kematian”. Meski Yesus sudah mati, tetapi cinta mereka terhadap-Nya tidak pernah pudar; cinta inilah yang menggerakkan mereka untuk merempahi-mengharumi jenasah-Nya dan meminyaki luka-luka-Nya.
Cinta, iman dan keberanian para perempuan ini membawa mereka pada pengalaman akan kebangkitan. Ketika mereka sampai ke kubur mereka sangat heran karena batu penutup kubur sudah terguling. Lebih mengherankan lagi ketika mereka mendapati kubur kosong, jenasah Yesus tidak ada lagi di situ.
Betapa terkejutnya mereka karena melihat seorang malaikat yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Namun, malaikat itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret yang disalibkan itu. Ia telah bangkit….” (Mrk 16:6). Para perempuan ini adalah orang-orang pertama yang mengalami dan menyaksikan misteri Kebangkitan. Mereka adalah saksi-saksi pertama akan kebangkitan Kristus.
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Ada sebuah proses transformasi iman yang luar biasa yang dialami para perempuan tersebut: dari pembawa rempah-rempah (Miroforas) menjadi pembawa kabar sukacita kebangkitan Yesus (Misionaris-Rasul). Mereka adalah saksi dan misionaris pertama yang menyaksikan misteri kebangkitan Yesus dan mewartakan Kabar Sukacita bahwa Tuhan telah Bangkit-Hidup. Jika sebelumnya mereka membawa “keharuman” untuk jenasah-kematian Yesus, sekarang diubah menjadi pembawa kabar sukacita akan “keharuman kebangkitan-Nya”.
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Kita hendaknya belajar atau berkaca pada spiritualitas dan semangat “para perempuan pembawa rempah-rempah”, yang memiliki cinta yang mendalam terhadap Sang Guru. Umat Kristiani dipanggil untuk mengikuti Kristus secara lebih dekat, memiliki relasi dan cinta yang mendalam terhadap Yesus, sebagaimana diteladani para “miroforas” tersebut.
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Keintiman, cinta dan iman yang mendalam kepada Yesus, mendorong kita untuk selalu mencintai dan mencari Yesus dalam situasi apapun, termasuk dalam situasi-situasi sulit (kegelapan dunia, situasi kubur-kematian/tanpa harapan). Kecintaan dan iman yang mendalam membantu kita untuk tidak takut atau berani dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan dalam hidup panggilan dan perutusan kita.
Setiap orang Kristiani dipanggil untuk membawa rempah-rempah, menaburkan parfum-keharuman bagi sesama, khususnya bagi mereka yang “hidupnya terkubur oleh berbagai kesusahan-penderitaan dunia”, dan “meminyaki luka-luka” sesama kita. Para pengikut Kristus juga dipanggil untuk berani bergerak “keluar”, keluar dari rasa takut dan kenyamanan diri (zona aman) menuju periferi-periferi, mengunjungi dan menjumpai sesama kita yang menderita, yang kehilangan harapan oleh karena berbagai kesusahan hidup.
Yang pertama adalah dari Yohanes 12:1-8 yang tadi kita baca. Saudara-saudara, perhatikan di hadapan persiapan kematian Kristus Yesus, lihatlah kepekaan dan kehalusan Maria dari Bethany.
Sekali lagi di hadapan persiapan kematian dari Yesus Kristus, lihatlah kepekaan dan kehalusan dari Maria dari Bethania. Waktu itu adalah 6 hari sebelum Yesus dipaku di atas kayu salib. Yesus datang ke rumah Maria, Martha dan Lazarus dan kemudian seperti biasa Yesus datang berkunjung ke mereka bersama dengan para murid-Nya. Mengadakan persekutuan makan bersama dan Yesus kemudian di tengah-tengah itu mengajar. Di saat-saat seperti itu tiba-tiba Maria meninggalkan kelompok itu, dia masuk ke kamarnya dan kemudian matanya melihat sekeliling kamarnya, apa benda yang paling berharga dan dia melihat minyak yang paling dikasihinya adalah minyak narwastu itu yang mahal harganya. Itu adalah seluruh tabungannya, itu adalah hasil kerjanya bertahun-tahun dan ada komentator yang menyatakan bahwa itu adalah kumpulan uang yang akan membuat dia mempersiapkan diri untuk hari pernikahan. Mahal sekali harganya. Saudara-saudara, itu persis seperti saudara ketika masuk dalam sebuah kebaktian dan hati saudara tergerak sekali untuk memberikan persembahan dan apa yang ada dalam pikiran saudara bukan uang di kantong saudara yang hanya beberapa ratus dolar saja, bukan juga credit card yang saudara bisa berhutang tetapi saudara-saudara yang ada pikiran saudara adalah seluruh tabungan saudara dan kemudian itu nanti diberikan di dalam sebuah persembahan dengan sukacita dan seperti itulah yang terjadi pada Maria dari Betania. O, minyak itu begitu sangat harum dan minyak tersebut itu begitu sangat mahal dan kemudian Maria membuka botol minyak itu dan dengan sukacita dia kemudian mendekati Yesus dan kemudian menuangkan minyak itu dari atas kepala dan minyak itu turun sampai ke tempat kaki Yesus Kristus. Minyak itu mengalir perlahan dari kepala terus membasahi jubah Yesus Kristus sampai kemudian ke kaki-Nya dan kemudian Maria mengambil rambutnya dan mengusap kaki Yesus Kristus. Saudara, ini adalah suatu tindakan yang mencengangkan, ada beberapa lapisan kecengangan yang kita bisa dapatkan dalam perikop ini. Tetapi hal yang pasti adalah murid Yesus semuanya itu diam. Semua laki-laki itu tidak berbuat apapun saja terhadap peristiwa ini. Tidak ada yang bisa menyamai tindakan wanita ini selain satu hal yaitu mencela dia. Kecuali satu hal saja, mencela dia. Tetapi Yesus kemudian membelanya dan Yesus mengatakan satu kalimat yang penting yang tadi kita baca, “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.”
Hal yang ke-2, saudara mari kita melihat Yohanes 20:11-18, dan saya akan membacakan. Saudara perhatikan hal yang ke-2 di dalam prinsip ini. Prinsip pertama di hadapan persiapan kematian Kristus, lihatlah kepekaan dan kehalusan hati Maria dari Betani. Dan yang ke-2 di hadapan kebangkitan Kristus, lihatlah kesetiaan dan keberanian dari Maria Magdalena.
Kesetiaan dan keberanian dari perempuan. Saudara sebenarnya keberanian dan kesetiaan perempuan sangat terlihat di dalam peristiwa Salib dan kebangkitan. Kalau kita membaca Alkitab, ketika Yesus di atas salib, siapa yang hadir di tengah penyaliban Yesus Kristus? Saudara akan menemukan 4-5 nama wanita ini. Dan hanya ada satu laki-laki Yohanes, dan seluruh laki-laki yang lain itu lari terbirit-birit. Injil menyatakan ada sekitar 4-5 wanita yang ada, menghadapi seluruh kekerasan orang Romawi, wanita-wanita ini berlutut di bawah salib Yesus tanpa mempedulikan dirinya. Dan wanita-wanita ini pergi bahkan ketika Yesus itu dikubur dan wanita ini pulang sebentar ke rumah dan kemudian pergi pagi-pagi untuk menjenguk kubur Yesus Kristus dengan rempah-rempah. Ada sekitar 4-5 wanita; Maria Ibu Yesus, dan Maria saudaranya Maria Ibu Yesus juga, Maria Magdalena, Salome yang sangat mungkin mama dari anak-anak Zebedeus, dan juga Yohana.
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Alkitab secara konsisten mengajarkan bahwa para wanita adalah orang-orang pertama yang mengunjungi makam kosong
Mari kita belajar dari Perempuan-perempuan yang mengunjungi Kubur Yesus pada hari ketiga setelah Yesus dikuburkan
Tuhan Yesus memberkati
Jatiwangi 19 April 2025
Only By HIS GRACE
Joshua Ivan Sudrajat
Komentar
Posting Komentar