SAYAP PENYEMBAHAN
SAYAP PENYEMBAHAN
Konsep "sayap penyembahan" dalam Alkitab mengacu pada gagasan tentang perlindungan dan pemeliharaan Tuhan, yang sering dilambangkan oleh burung elang atau makhluk bersayap lainnya. Sayap-sayap ini melambangkan pemeliharaan, penyembuhan, dan perlindungan Tuhan bagi mereka yang percaya kepada-Nya.
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Panggilan tertinggi orang percaya adalah hidup dalam penyembahan kepada Bapa. Sebab ada satu hal yang Tuhan tidak bisa kerjakan adalah menyembah diriNya sendiri. Manusia ada sebagai mahluk yang menyembah dan memuliakan Allah penciptanya. Oleh sebab itu manusia diberikan sesuatu yang tidak dimiliki oleh ciptaan lainnya seperti akal budi dan perasaan yang seturut dengan penciptanya. Manusia diberikan ruah atau nafas hidup Allah sehingga manusia dapat membangun hubungan dengan Allah.
Here's a more detailed look:
Protection and Refuge:Psalm 91:4 speaks of God covering us with his feathers and sheltering us under his wings. This imagery evokes a sense of safety and security, much like an eagle protecting its young.
Renewed Strength:Isaiah 40:31 uses the imagery of eagles soaring on wings to describe the renewal of strength in those who wait on the Lord.
Healing:Malachi 4:2 mentions the Sun of Righteousness arising with healing in his wings, suggesting God's restorative power.
Living Beings in Revelation:Revelation 4:8 describes the four living creatures with six wings each, covered in eyes, constantly praising God. This image highlights the continuous adoration and worship in heaven.
Seraphim in Isaiah:Isaiah 6:2 describes seraphim with six wings, covering their faces with two and using two to fly. This imagery emphasizes the awe and reverence felt in God's presence.
Berikut ini adalah penjelasan yang lebih rinci:
Perlindungan dan Perlindungan: Mazmur 91:4 berbicara tentang Tuhan yang menutupi kita dengan bulu-bulu-Nya dan melindungi kita di bawah sayap-Nya. Gambaran ini membangkitkan rasa aman dan terlindungi, seperti elang yang melindungi anak-anaknya.
Kekuatan yang Diperbarui: Yesaya 40:31 menggunakan gambaran elang yang terbang tinggi dengan sayapnya untuk menggambarkan pembaruan kekuatan dalam diri mereka yang menantikan Tuhan.
Penyembuhan: Maleakhi 4:2 menyebutkan Matahari Kebenaran terbit dengan kesembuhan pada sayapnya, yang menunjukkan kuasa pemulihan Tuhan.
Makhluk Hidup dalam Wahyu: Wahyu 4:8 menggambarkan empat makhluk hidup dengan masing-masing enam sayap, ditutupi mata, terus-menerus memuji Tuhan. Gambaran ini menyoroti pemujaan dan penyembahan yang terus-menerus di surga.
Serafim dalam Yesaya: Yesaya 6:2 menggambarkan serafim dengan enam sayap, menutupi wajah mereka dengan dua sayap dan menggunakan dua sayap untuk terbang. Gambaran ini menekankan rasa kagum dan hormat yang dirasakan di hadirat Tuhan.
Dalam Perjanjian Lama, penyembahan merupakan aspek utama kehidupan orang Israel. Mereka mempersembahkan kurban, menyanyikan mazmur, dan merayakan hari raya keagamaan untuk menghormati Tuhan. Penyembahan merupakan cara mereka mengakui kedaulatan Tuhan dan mengungkapkan rasa syukur mereka. Misalnya, dalam Ulangan 6:13, disebutkan, “Takutlah akan Tuhan, Allahmu; hanya kepada-Nya saja engkau harus berbakti dan bersumpah demi nama-Nya.” Ayat ini menggarisbawahi pentingnya mendedikasikan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru, penyembahan menjadi lebih pribadi dan intim. Yesus mengajarkan bahwa penyembah sejati akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:23-24). Ini berarti bahwa penyembahan bukan hanya tentang ritual lahiriah tetapi tentang hubungan yang tulus dengan Tuhan. Penyembahan mengungkapkan kasih, rasa hormat, dan ketergantungan kita kepada-Nya, menjadikannya elemen penting dalam kehidupan Kristen.
SAYAP PENYEMBAHAN - MENAIKKAN PENYEMBAHAN DALAM ROH DAN KEBENARAN
Penyembahan yang benar menurut Alkitab adalah menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, yang berarti hidup di dalam kesucian dengan hati yang mencintai Tuhan. Ini melibatkan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan hidup sesuai dengan Firman-Nya. Penyembahan yang benar bukan hanya tentang ritual atau liturgi, tetapi juga tentang sikap hati yang memuliakan Tuhan karena pengorbanan-Nya.
Menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran:
Yohanes 4:24 menyatakan bahwa Allah itu Roh, dan mereka yang menyembah-Nya harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran. Ini berarti bahwa penyembahan harus berasal dari hati yang tulus dan penuh dengan kasih, bukan hanya sekadar mengikuti ritual atau bentuk ibadah tertentu.
Hidup di Dalam Kesucian:
Penyembahan yang benar mencakup seluruh hidup seseorang, bukan hanya waktu di gereja atau tempat ibadah. Ini berarti hidup dalam kesucian lahir batin, menjaga pikiran, perasaan, perkataan, dan perilaku, serta tidak ada kesombongan yang terselubung.
Penyerahan Diri Sepenuhnya:
Penyembahan yang benar adalah tindakan membiarkan diri kita tenggelam dalam pemujaan dan kekaguman pada Tuhan. Ini melibatkan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak dan Firman-Nya.
Memuliakan Tuhan:
Tujuan utama penyembahan adalah untuk menyenangkan hati Allah dan memuliakan-Nya. Ini dapat dilakukan melalui pujian, doa, syukur, dan hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Sikap Hati yang Benar:
Penyembahan yang benar adalah sikap hati yang memuliakan Tuhan karena pengorbanan-Nya yang menyelamatkan. Ini mencakup rasa syukur, kerinduan untuk hidup dekat dengan Tuhan, dan keinginan untuk melakukan kehendak-Nya.
Tidak Hanya Ritual:
Penyembahan yang benar tidak hanya terbatas pada liturgi atau ritual yang kaku. Penyembahan dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, selama kita memiliki hati yang tulus dan memuliakan Tuhan.
Hidup yang Memberikan Kesaksian:
Penyembahan yang benar tidak hanya tentang apa yang kita lakukan, tetapi juga tentang bagaimana kita hidup. Hidup yang penuh kasih, kebaikan, dan kesucian dapat memberikan kesaksian tentang penyembahan yang benar kepada orang lain.
Penyembahan yang benar menurut Alkitab ditujukan kepada Tuhan. Sebab tujuan utama dari penyembahan yaitu untuk menyenangkan hati Allah sehingga Allah sendiri dipermuliakan. Penyembahan yang benar bukan berarti harus disertai dengan liturgi yang kaku melainkan dari dasar hati yang paling dalam. Hati yang tulus dan murni akan melahirkan sikap penyembah yang benar.
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat hari-hari ini kita harus memperkuat Sayap Penyembahan saat Ulang Tahun Mempelai Nya kita mendapatkan Tiga Sayap salah satunya Sayap Penyembahan
Kata Yunani di Perjanjian Baru yang sering diterjemahkan sebagai “penyembahan” (proskuneo) memiliki makna “tersungkur di hadapan” atau “bersujud di hadapan.” Penyembahan merupakan sebuah sikap roh. Karena penyembahan merupakan kegiatan pribadi yang terjadi dalam diri seseorang, maka orang Kristen menyembah Allah setiap saat, tujuh hari dalam seminggu.
Pertama-tama, kita harus sudah dilahir-barukan. Tanpa Roh Kudus yang berdiam di dalam kita, kita tidak bisa meresponi Allah dalam penyembahan, karena kita tidak sungguh-sungguh mengenal-Nya. "Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah" (1 Kor 2:11b). Roh Kudus yang berdiam di dalam kita adalah Pribadi yang memampukan kita untuk menyembah. Pada dasarnya Dia sedang memuliakan diri-Nya. Semua penyembahan yang benar pasti memuliakan Allah.
Kedua, menyembah dalam roh membutuhkan pikiran yang berpusat kepada Allah. Juga, pikiran yang sudah diperbaharui oleh kebenaran. Paulus mendorong kita untuk "mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu" (Rm 12:1b, 2a). Hanya ketika pikiran kita berubah, dari yang tadinya berpusat kepada hal-hal duniawi menjadi berpusat kepada Allah, barulah kita dapat menyembah di dalam roh. Berbagai macam gangguan dapat memenuhi pikiran ketika kita mencoba untuk memuji dan memuliakan Allah, yang bisa menghalangi penyembahan yang sejati.
Ketiga, kita hanya dapat menyembah dalam roh jika memiliki hati yang murni, terbuka dan mau bertobat. Ketika hati Raja Daud dipenuhi dengan rasa bersalah atas dosanya dengan Batsyeba (2 Sam 11), ia mendapati bahwa tidak mungkin baginya untuk menyembah. Dia merasa bahwa Allah jauh darinya, dan dia "mengeluh sepanjang hari," merasa tangan Allah menekannya dengan berat (Mzm 32:3, 4). Namun, ketika ia mengakui dosanya, persekutuannya dengan Allah langsung dipulihkan. Pujian serta penyembahan dicurahkan kepadanya.
Syarat kedua dari penyembahan yang benar ketika hal tersebut dilakukan "di dalam kebenaran." Semua penyembahan adalah respon terhadap kebenaran. Apa yang bisa mengukur kebenaran lebih baik daripada Firman Allah? Yesus berkata kepada Bapa-Nya, "firman-Mu adalah kebenaran" (Yoh 17:17b). Mazmur 119 mengatakan, "Taurat-Mu benar" (ayat 142b) dan "Dasar firman-Mu adalah kebenaran" (ayat 160a).
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Terkait 'proskuneo', penyembahan kita kepada-Nya didasari rasa hormat, merendahkan diri di hadapan-Nya, sehingga menjadi penyembahan yang berkenan. Kemudian, sikap hati yang benar, artinya motivasi yang tulus, tujuan yang murni, yakni ungkapan syukur serta rasa terima kasih kita sepenuhnya pada-Nya. Selain itu, iman dan tindakan. Tuhan menyukai penyembah yang memiliki iman serta tindakan selaras, maka di segi kehidupan apa pun kita bisa menyembah Dia.
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat mari kita naikkan Penyembahan dan Sayap Penyembahan kita diperkuat hari-hari ini
Tuhan Yesus memberkati
Jatiwangi 9 Mei 2025
Only By HIS GRACE
Joshua Ivan Sudrajat
Komentar
Posting Komentar