7 Tingkat Mencapai Kedewasaan
7 Tingkat Mencapai Kedewasaan
Ev. Iin Tjipto Wenas
Bahan Renungan : Kisah 7 : 1
– 8
Dalam perjalanan hidup kita mengikut
Tuhan kita harus minta untuk dibawa masuk menuju kedalaman dengan Tuhan dan
menjadi satu dengan Tuhan, bahkan menjadi satu dalam penderitaan Tuhan. Biar
yang Ilahi turun mencabut dan menggantikan yang jasmani ; kedewasaan turun
mencabut dan menggantikan yang kekanak – kanakan.
Ada 7 tingkat kedewasaan yang harus kita
capai agar kita dapat menikmati semua kepenuhan Tuhan dan semua janji – janji
Tuhan digenapi dalam hidup kita. Setiap dari kita harus mencapai tingkat demi
tingkat untuk mencapai kedewasaan.
1.
Perjumpaan Pribadi dengan Tuhan (Kisah 7 : 2)
Mungkin diantara kita akan bertanya,
Kapan saya berjumpa pribadi dengan Tuhan ? Saya belum pernah merasakan Dia
memeluk saya, Dia bicara dengan saya…. Jika saudara masih menanyakan hal ini,
berarti masuk tingkat pertama saja belum apa – apa ! Belum apa – apa ! Padahal
semua kita bisa minta ke Tuhan untuk dapat mengalami perjumpaan pribadi dengan
Tuhan.
Kami di Yayasan Mahanaim, pernah saya
perintahkan untuk terjadi rolling atau pertukaran sementara jabatan atau tugas
masing – masing. Sekali waktu saya berjumpa dengan salah satu cleaning service,
dan saya sengaja bertanya sama dia, Apakah kamu tahu kenapa kamu ada di
Mahanaim ? Apa kamu tahu kalau Mahanaim itu artinya tentara Tuhan ?
Karena kita harus mengerti hukum
tentara. Kalau kamu masuk Mahanaim dan tidak mengerti panggilan Tuhan atas
Mahanaim, lebih baik tidak masuk ke Mahanaim, karena tantangan, tanggung jawab,
dan latihan tentara tentu berbeda dengan warga sipil pada umumnya.
Saya mendengar kesaksian dari petugas
Cleaning Service ini , Bu saya ini lulusan SMA dan saya tidak punya cukup uang
untuk bisa kuliah. Dan waktu itu saya sudah mendapat pekerjaan sebagai sales
air minum. Namun dihati saya terus ada sesuatu yang membuat saya bertanya –
tanya, Tuhan apa sih sebenarnya panggilan saya, kemana saya harus bekerja, apa
yang Tuhan mau atas hidup saya ? Waktu itu dia sudah ikut beberapa kali
kebaktian namun tidak pernah mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi.
Karena hatinya bertanya – tanya terus maka suatu malam ia akhirnya mengalami
perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan. Hal ini terjadi ketika ia bukan sedang
berdoa namun ketika ia nonton sebuah film. Film yang dia tonton adalah sebuah
film perang, dan anehnya dalam film tersebut ada sekelompok prajurit yang
menabuh genderang perang semacam marching band. Pada waktu dia menonton film
tersebut hadirat Tuhan turun begitu kuatnya sehingga dia sendiri tidak tahan
mengandalkan Tuhan. Dia menangis karena dia tahu Tuhan hadir disitu dan duduk
disebelahnya. Tuhan berkata : Nak, kamu tidak akan pernah menjadi seorang
jenderal, kamu tidak akan pernah menjadi seorang snipper sekalipun, tapi maukah
kamu masuk jadi tentaraKu dan menabuh genderang. Dia baru mengerti arti mimpi
tersebut ketika dia latihan untuk acara 17 Mei. Tiba – tiba Tuhan berbicara
yang Aku janjikan benarkan ? Kamu memang bukan jenderal tapi kamu menabuh
perang. Anak ini menangis dan hari itu ia mengalami perjumpaan pribadi dengan
Tuhan.
2.
Keluar Dari Kenyamanan (Kisah 7 : 3)
Ada satu titik dalam hidup ini dimana
Tuhan akan berkata : Keluar dari keluargamu, keluar dari kenyamananmu, keluar
dari tempat dimana kamu sudah biasa dengan lingkunganmu. Tuhan mau membawa kita
untuk mulai fleksibel dan benar – benar punya
waktu sendiri dengan Tuhan.
3.
Penyerahan dan Meletakkan (Kisah 7 : 3)
Ada waktunya kita harus melakukan
penyerahan dan meletakkan di hadapan Tuhan. Abraham pergi meninggalkan daerah
asalnya untuk melangkah ke suatu daerah yang Tuhan akan tunjukkan. Abraham
harus meninggalkan ayahnya dan akhirnya ia berpisah dengan Lot
keponakannya. Bahkan Abraham harus menyerahkan anak satu – satunya Ishak ke
mezbah pengorbanan.
4.
Mengosongkan Diri (Kisah 7 : 4)
Kita belajar memahami arti
mengosongkan diri melalui Tuhan Yesus Kristus, Dia mengosongkan dirinya,
merendahkan dirinya sampai mati di atas kayu salib. Ini merupakan contoh yang
paling hebat tentang mengosongkan diri dan tahu diri. Tahu diri membuat kita
tidak pernah mencuri kemuliaan Tuhan, membuat kita bahkan tidak akan menduduki
kursi yang bukan milik kita.
Tanpa kita mengerti tujuh tingkatan ini kita tidak akan pernah
sampai kepada tujuan kita, tidak akan pernah sampai kepada penggenapan
panggilan Tuhan dalam hidup kita.
5.
Masa Penderitaan dan Aniaya (Kisah 7 : 6)
Masa ini adalah masa dimana Tuhan
sedang membersihkan generasi ke generasi, semua kecenderungan sifat – sifat
jelek kita dibersihkan. Kita harus melewati penderitaan, penganiayaan,
perbudakan bahkan ada beberapa yang menjadi martir.
6.
Menjadi Dewasa dan Kuat (Kisah 7 : 7)
Setelah kita melewati masa – masa
penderitaan, masa – masa ditindas, masa – masa dibalikkan keadaannya. Alkitab
mengatakan setelah kita melewati semuanya itu, musuh kita mengalami
penghukuman. Di masa ini kita mendapatkan kekuatan baru, masa memerintah, dan
masa membenahi semuanya. Ini bukan masa yang mudah. Pada tingkat ini kita sudah
harus mempunyai hikmat dan pengertian cukup dalam.
7.
Masuk dan Menikmati Tanah Perjanjian (Kisah 7 : 8)
Ketika kita sudah melewati tingkatan
demi tingkatan, semua proses demi proses, maka kita akan tiba pada masa dimana
Tuhan akan memberikan sebuah ketepatan buat kita. Dititik ini setiap kita bisa
melahirkan sebuah kegerakan yang besar, melahirkan lawatan, sebuah generasi
yang berkuasa atas kota.
Menjadi dewasa dan akil baliq dan
dianggap layak untuk menerima semua warisan yang menjadi bagian kita. Menjadi
dewasa dan berhak masuk tanah perjanjian baru, yaitu Tanah Kanaan Rohani. Kita
akan menikmati susu dan madu bukan nanti di surga saja namun di dunia ini kita
akan menjadi orang – orang kepercayaan Tuhan, orang – orang yang menikmati
semua kelimpahan dari Tuhan dan menjadi umat pilihan yang menikmati semua yang
terbaik dari Tuhan.
By His Grace
Joshua Ivan Sudrajat S
Komentar
Posting Komentar