Jurnal SHRK November 2012 - Hari Ke-2
Jurnal SHRK November 2012 - Hari Ke-2
"Ruben, engkaulah anak sulungku, kekuatanku dan permulaan kegagahanku, 
engkaulah yang terutama dalam keluhuran, yang terutama dalam 
kesanggupan. Engkau yang membual sebagai air, tidak lagi engkau yang 
terutama, sebab engkau telah menaiki tempat tidur ayahmu; waktu itu 
engkau telah melanggar kesuciannya. Dia telah menaiki petiduranku!" - 
Kejadian 49:3-4
Yusuf menggambarkan mereka yang teristimewa, memperoleh yang terbaik, memenuhi tanggung jawab dan menggenapi semua destiny-nya
 hingga tuntas. Sedangkan Ruben menggambarkan mereka yang sesungguhnya 
juga teristimewa karena kesulungannya namun pada akhirnya kehilangan 
segalanya. Ruben adalah anak sulung yang memiliki talenta, hak 
kesulungan, keistimewaan, kepemimpinan, jatah yang utama bahkan memiliki
 kesanggupan untuk menuntaskan segala sesuatunya, tapi karena wataknya 
yang tidak bisa stabil dan memiliki terlalu banyak pertimbangan maka ia 
dihabisi dirinya sendiri.
Dalam lingkup tanah air Indonesia, penduduk pulau Jawa adalah "Ruben" 
juga "Yusuf" bagi saudara-saudara kita di luar pulau Jawa, karena kita 
yang di pulau Jawa memperoleh segala sesuatunya secara lengkap dan 
terbaik, sebut saja pendidikan, sumber daya manusia, informasi & 
pengetahuan, dan seterusnya. Sedangkan saudara-saudari kita khususnya 
yang di luar pulau Jawa masih banyak yang tertinggal dan menantikan 
pertolongan, kegerakan, dan sebagainya. Adakah kita hanya sekedar merasa
 kasihan, atau kita segera bertindak saat kesempatan itu datang.
Ruben walau hatinya tidak jahat, punya belas kasihan, namun karena tidak
 bisa stabil (membual sebagai air) maka ia akan memilih "main aman" dan 
selalu enggan untuk keluar dari kenyamanannya hingga akhirnya tanpa 
disadari melanggar tudung ayahnya (dengan menaiki tempat tidur ayahnya, 
berzinah dengan Bilhah). Ketidakstabilannya bukan karena memiliki hati 
yang jahat, namun karena karakternya yang keras, tidak mau belajar, 
merasa dirinya benar, sembrono & ceroboh hingga berani memaksakan 
kehendaknya dan menantang tudung yang di atasnya.
Tuhan hendak mewariskan yang terbesar, yang sulung kepada pasukan-Nya, 
kita semua dan untuk itu dibutuhkan kestabilan yang kokoh dalam sikap 
dan tingkah kita. Tanpa itu, apapun yang diwariskan akan lenyap karena 
karakter buruk kita sendiri. 
"Ruben, engkaulah anak sulungku, kekuatanku dan permulaan kegagahanku, 
engkaulah yang terutama dalam keluhuran, yang terutama dalam 
kesanggupan. Engkau yang membual sebagai air, tidak lagi engkau yang 
terutama, sebab engkau telah menaiki tempat tidur ayahmu; waktu itu 
engkau telah melanggar kesuciannya. Dia telah menaiki petiduranku!" - 
Kejadian 49:3-4
Yusuf menggambarkan mereka yang teristimewa, memperoleh yang terbaik, memenuhi tanggung jawab dan menggenapi semua destiny-nya
 hingga tuntas. Sedangkan Ruben menggambarkan mereka yang sesungguhnya 
juga teristimewa karena kesulungannya namun pada akhirnya kehilangan 
segalanya. Ruben adalah anak sulung yang memiliki talenta, hak 
kesulungan, keistimewaan, kepemimpinan, jatah yang utama bahkan memiliki
 kesanggupan untuk menuntaskan segala sesuatunya, tapi karena wataknya 
yang tidak bisa stabil dan memiliki terlalu banyak pertimbangan maka ia 
dihabisi dirinya sendiri.
Dalam lingkup tanah air Indonesia, penduduk pulau Jawa adalah "Ruben" 
juga "Yusuf" bagi saudara-saudara kita di luar pulau Jawa, karena kita 
yang di pulau Jawa memperoleh segala sesuatunya secara lengkap dan 
terbaik, sebut saja pendidikan, sumber daya manusia, informasi & 
pengetahuan, dan seterusnya. Sedangkan saudara-saudari kita khususnya 
yang di luar pulau Jawa masih banyak yang tertinggal dan menantikan 
pertolongan, kegerakan, dan sebagainya. Adakah kita hanya sekedar merasa
 kasihan, atau kita segera bertindak saat kesempatan itu datang.
Ruben walau hatinya tidak jahat, punya belas kasihan, namun karena tidak
 bisa stabil (membual sebagai air) maka ia akan memilih "main aman" dan 
selalu enggan untuk keluar dari kenyamanannya hingga akhirnya tanpa 
disadari melanggar tudung ayahnya (dengan menaiki tempat tidur ayahnya, 
berzinah dengan Bilhah). Ketidakstabilannya bukan karena memiliki hati 
yang jahat, namun karena karakternya yang keras, tidak mau belajar, 
merasa dirinya benar, sembrono & ceroboh hingga berani memaksakan 
kehendaknya dan menantang tudung yang di atasnya.
Tuhan hendak mewariskan yang terbesar, yang sulung kepada pasukan-Nya, 
kita semua dan untuk itu dibutuhkan kestabilan yang kokoh dalam sikap 
dan tingkah kita. Tanpa itu, apapun yang diwariskan akan lenyap karena 
karakter buruk kita sendiri. 


Komentar
Posting Komentar