Jurnal SHRK November 2012 - Hari Ke-3
Jurnal SHRK November 2012 - Hari Ke-3
Kali ini kita akan belajar akan bagaimana peninggian yang dari Tuhan 
sangat beresiko merusak manusia batiniah jika tidak pernah cukup dididik
 dari kehidupan suku Efraim.
Manasye & Efraim
"Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak 
laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. Yusuf 
memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: 'Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.' Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: 'Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku.'" - Kejadian 41:50-52
Jadi jelas secara fakta bahwa Manasye adalah kakak tertua dari Efraim. 
Namun di penghujung hidupnya, Yakub memberkati kedua bersaudara ini 
dengan cara yang berbeda - "Tetapi Israel 
mengulurkan tangan kanannya dan meletakkannya di atas kepala Efraim, 
walaupun ia yang bungsu, dan tangan kirinya di atas kepala Manasye--jadi tangannya bersilang, walaupun Manasye yang sulung." - Kejadian 48:14.
 Secara rohani Efraim lebih utama daripada Manasye, kejadian ini mirip 
dengan Esau dan Yakub. Perlu kita ketahui, dari semua cucu Yakub saat 
itu, hanya Manasye dan Efraim yang memperoleh berkat langsung dari 
kakeknya, selain mereka berdua, tidak ada catatan di Alkitab bahwa Yakub
 memberkati cucu-cucunya yang lain.
Peninggian Tuhan Atas Efraim
Suku bangsa Efraim mulai menjadi sorotan dan pusat perhatian seluruh 
bangsa Israel sejak keluar dari perbudakan Mesir hingga menuju Tanah 
Kanaan:
1. Tabut Allah merupakan benda sakral yang selalu dibawa ke mana pun 
bangsa Israel berjalan selama di padang gurun. Namun sebelum adanya 
Tabut Allah, benda yang disakralkan adalah tulang-tulang Yusuf, dan yang
 membawa tulang-tulang tersebut adalah suku Efraim sebagai kewajiban 
dari anak yang memperoleh hak kesulungan dari ayahnya. Dan tulang-tulang
 itu dikuburkan di Sikhem, daerah suku Efraim. Jadi selama 40 tahun di 
padang gurun, suku Efraim menjadi pusat perhatian, lebih diistimewakan 
dibanding saudara-saudaranya dari suku-suku yang lain.
2. Suku Lewi ditunjuk langsung oleh Tuhan sebagai pembawa Tabut Allah. 
Namun ketika bangsa Israel telah mulai menaklukkan dan menduduki 
berbagai daerah di Tanah Kanaan, letak Kemah Pertemuan ditetapkan di 
Silo yang juga adalah wilayah suku Efraim (Yosua 18:1) dan bukan di 
daerah orang Lewi.
3. Dua tokoh bangsa, yakni Yosua bin Nun (Efraim) dan Eleazar bin Harun 
(Lewi) masing-masing dimakamkan di Timnat-Serah dan sebuah bukit milik 
Pinehas yang keduanya terletak di pegunungan Efraim. Jadi dengan 4 objek
 sakral - Kemah Pertemuan & 3 makam "pahlawan bangsa" - maka Efraim 
menjadi sentral yang kokoh bagi seluruh bangsa Israel. Di berbagai 
perayaan adat maupun keagamaan, seluruh bangsa akan selalu datang 
berkumpul ke wilayah Efraim dan ini mendatangkan kekayaan rutin setiap 
tahunnya.
Rusaknya Manusia Batiniah Efraim
Jika tidak terus menerus mendidik manusia batiniah kita, maka peninggian
 Tuhan akan berakibat fatal. Berikut ini adalah masalah-masalah Efraim 
hingga akhirnya terjadi tragedi yang mengerikan:
1. Yosua mulai membagi-bagikan tanah pusaka (Yosua 17), suku Manasye 
dari keluarga Zelafehad yang tidak memiliki anak laki-laki, namun 
memiliki banyak anak perempuan, menuntut hak atas tanah pusaka 
berdasarkan keputusan Tuhan saat Musa masih hidup - "Mereka datang menghadap imam Eleazar, dan menghadap Yosua bin Nun, serta para pemimpin, dan berkata: 'TUHAN telah memerintahkan kepada Musa untuk memberikan milik pusaka kepada kami di tengah-tengah saudara-saudara kami.'
 Sebab itu diberikannya kepada mereka, milik pusaka di tengah-tengah 
saudara-saudara ayah mereka, sesuai dengan titah TUHAN. Demikianlah 
kepada suku Manasye jatuh sepuluh bidang tanah, selain dari tanah Gilead
 dan Basan yang di seberang Yordan, sebab anak-anak perempuan Manasye telah menerima milik pusaka di tengah-tengah anak-anaknya lelaki, sedang tanah Gilead ditentukan bagi anak-anak lelaki Manasye yang lain." - Yosua 17:4-6. 
Melihat kenyataan itu, timbullah iri hati, perasaan berkompetisi dan 
merasa lebih layak dari Efraim. Mereka menghampiri Yosua dan berkata, "Mengapa engkau memberikan kepadaku hanya satu bagian undian dan satu bidang tanah saja menjadi milik pusaka, padahal aku ini bangsa yang banyak jumlahnya, karena TUHAN sampai sekarang memberkati aku?" - ay. 14.
 Dari mana ucapan semacam itu terucapkan, jika bukan karena kesombongan 
yang terus dipupuk sekian puluh tahun? Merasa besar bahkan terbesar di 
antara yang lain. Selanjutnya Yosua merespon dengan keras supaya mereka 
membuktikan bahwa mereka memang benar bangsa yang besar dengan membuka 
hutan-hutan yang wilayahnya masih sangat luas (15-18), namun Efraim 
hanya mau enaknya saja.
Tuhan menjanjikan hak kesulungan kepada kita, namun di dalam Dia kita 
harus menggenapinya. Semakin besar anugerah, justru semakin keras 
kerjakan keselamatan kita seperti yang dikatakan rasul Paulus, "Tetapi
 karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan
 kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya,
 aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya 
aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku." - 1 Korintus 15:10
2. Kesombongan Efraim telah menjadi penyakit yang bukan sekedar penyakit
 menahun melainkan penyakit dari generasi ke generasi. Di masa Gideon 
(suku Manasye) menjadi hakim, Allah memerintahkannya untuk berperang 
melawan orang Midian dengan hanya membawa 300 orang pasukan sesuai 
dengan petunjuk Allah sendiri. Allah memberikan kemenangan mutalk, namun
 kemenangan tersebut malah diperkarakan oleh orang Efraim. Beruntunglah 
saat itu Gideon, yang dasarnya adalah seorang penakut, menjawab dengan 
rendah hati dan sangat bijaksana, sehingga redalah amarah orang Efraim 
terhadapnya, Hakim-Hakim 8:1-3.
3. Peristiwa yang mirip sama dengan Gideon terulang kembali (Hakim-Hakim
 12) saat Yefta (yang juga suku Manasye) menjadi hakim. Namun Yefta 
bukanlah seorang penakut, melainkan preman tangguh. Akibatnya sungguh 
tragis! Perang saudara antara Manasye dengan Efraim tidak terhindarkan, 
setidaknya ada 42.000 orang Efraim tewas disembelih lehernya oleh 
saudaranya sendiri.
Nasib Akhir Efraim & Manasye
Setidaknya ada 3 hal yang menunjukkan bahwa Efraim telah kehilangan jatah & destiny yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya:
1. "Ia membuang kediaman-Nya di Silo kemah yang didiami-Nya di antara manusia; ... Ia menolak kemah Yusuf, dan suku Efraim tidak dipilih-Nya, tetapi Ia memilih suku Yehuda, gunung Sion yang dikasihi-Nya;
 Ia membangun tempat kudus-Nya setinggi langit, laksana bumi yang 
didasarkan-Nya untuk selama-lamanya; dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, 
diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; dari tempat 
domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan 
Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri. Ia menggembalakan mereka
 dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan 
tangannya." - Mazmur 78: 60, 67-72. Bahkan Tuhan menolak Efraim. 
Yusuf bin Yakub sesungguhnya adalah gambaran utama dari Yesus Kristus, 
dengan ucapan firman ini maka jelaslah bahwa sejak awal Efraim 
direncanakan untuk melahirkan Mesias, namun Yehuda melalui Daud yang 
menggantikannya. Destiny yang bahkan sudah ditetapkan oleh Tuhan 
sendiri bisa lenyap jika tidak dikawal dengan sepenuh hati. Dan 
pengawalan itu hanya didapat dari kerelaan untuk terus menerus dididik.
2. Perhatikan peta keduabelas suku Israel, perhatikan wilayah Manasye 
& Efraim. Manasye memiliki luas wilayah yang beberapa kali lebih 
luas daripada Efraim. Baik wilayah Manasye maupun Gilead, semuanya 
adalah milik suku Manasye, sedangkan Efraim tidak lebih dari 
seperempatnya. Begitu pula Bait Allah pertama di zaman Salomo dibangun 
di Yerusalem (wilayah Yehuda), sedangkan Silo pernah menjadi pusat 
penyembahan berhala di zaman Samuel.
3. Untuk terakhir kalinya keduabelas nama suku-suku Israel disebutkan di
 Kitab Wahyu pasal 7, namun nama Efraim tidak ada, hanya nama Yusuf dan 
Manasye. Walau Yusuf adalah ayah dari Efraim, namun tidak sepantasnya 
nama seorang anak sulung tidak disebutkan secara tersurat. Dengan 
disebutkannya nama Yusuf, Tuhan hendak menegaskan bahwa Efraim telah 
dilenyapkan selamanya. Jatah dan destiny yang disediakan sudah berpindah
 kepada orang lain.






Komentar
Posting Komentar