Apatisme Itu Membunuh
“Apatisme itu Membunuh”
Pdt Petrus Agung Purnomo
Saat di Jepang ada kenyataan yang aneh: Jepang maju dan menguasai ekonomi, tapi setiap harinya ada 90 kasus bunuh diri. Ini berarti sekitar 300 ribu orang mati bunuh diri per tahun (data 2011). Ini aneh karena Jepang makmur dan kaya, semua fasilitas ada, tapi warganya tidak kuat menanggung deraan kehidupan. Ini adalah fakta yang tidak sehat.
Konsep apatisme modern dikenal sejak awal perang dunia pertama, yaitu ketika banyak tentara yang hidup dan tinggal di selokan-selokan perlindungan di tengah peperangan. Mereka melihat tubuh-tubuh teman-temannya hancur kena bom dan peluru. Kondisi yang mengerikan ini mengakibatkan jiwanya guncang dan disconnect dengan lingkungan sekitar/sosial.
Apatisme artinya orang yang tidak lagi merasakan kesakitan, duka, apapun di perasaannya.
Apathea (=Yunani) = in sensibility to suffering = tidak punya kepekaan terhadap penderitaan, terutama penderitaan orang lain, bahkan terhadap penderitaannya sendiri. Tidak ada passion, gairah, semangat – seperti robot
Apethatic = menunjukkan sedikit sekali keperdulian dan un-responsif – Tidak punya respon kepada hal-hal yang seharusnya mereka respon, atau tidak memiliki respon seperti manusia normal.
Contoh di Alkitab: Kota Samaria dikepung musuh, di dalam kota terjadi kelaparan hebat. Nabi bernubuat tentang pembalikan keadaan, tapi seorang komandan pasukan menangggapi dengan apatis dan tidak percaya. Karena apatis, saat nubuatan terbukti, komandan tersebut melihat kenyataan pembalikan keadaan dan kelimpahan, tetapi mati terinjak-injak.
Ada banyak janji Tuhan dalam hidup kita, jika belum digenapi, mari teladani Abraham: tetap percaya bahwa Tuhan yang berjanji, maka Tuhan juga yang sanggup menggenapi. Namun jika kita apatis, menjadikan pesan Tuhan sebagai gurauan, maka janji tersebut akan batal dan tidak akan ada terobosan apapun dalam hidup kita.
Apatisme terhadap janji Tuhan akhirnya membuat seseorang juga apatis dan tidak perduli terhadap Tuhan sendiri, dari sini timbul ide komunisme dan atheis. Orang yang berkata bahwa Tuhan tidak ada – artinya memungkiri banyak fakta bahwa Tuhan ada.
Padahal jika kita baca firman, renungkan, dan ijinkan Roh Tuhan bawa kita dalam pengalaman, maka kita dapati bahwa segala sesuatu perlu waktu. Namun banyak orang tidak sabar, dan akhirnya jadi ketidak percayaan terhadap Tuhan, bahkan meragukan keberadaan Tuhan. Hari-hari ini ada spirit yang mencoba mencuri iman kita, mencoba melenyapkan kepercayaan kita, mencoba menggoyahkan apa yang selama ini kita yakini. Dan semua diawali dengan apatisme.
Ada juga orang yang apatis terhadap diri sendiri, sebagian sadar – sebagian tidak.
Contoh: Kain membunuh Habel karena merasa bahwa sampai kapanpun tidak bisa menang dari adiknya.
Orang yang marah dengan orang lain, marah dengan sekitar sebenarnya apatis terhadap dirinya sendiri, merasa tidak yakin bahwa dia bisa maju/ kerja.
Menghadapi apatisme:
- Perangi dan hancurkan roh yang mencoba mencuri iman kita.
- Perangi roh yang membuat kita apatis dan frustasi terhadap diri sendiri.
Orang yang tidak apatis berani ber-adu ide, kebaikan, kualitas kehidupan, kreativitas, tanpa black campaign.
Orang yang melakukan black campaign adalah orang yang apatis terhadap diri sendiri: yakin tidak mungkin menang, tapi ingin menang.
Percaya bahwa ada Tuhan yang bisa memberi kita hidup baru, masa depan yang luar biasa, bahkan membangkitkan orang yang mati.
Komentar
Posting Komentar