Ujung Jumbai Jubah Yesus

Ujung Jumbai Jubah Yesus
Joshua Ivan Sudrajat

 Hasil gambar untuk Ujung Jumbai Jubah Yesus
Bahan Renungan :
9:19 Lalu Yesuspun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. 9:20 Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. d  9:21 Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." 9:22 Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, e  hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. f " Maka sejak saat itu g  sembuhlah perempuan itu. (Matius 9 : 19-22)
Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapapun. Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya. Lalu kata Yesus: “Siapa yang menjamah Aku?” Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: “Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau.” Tetapi Yesus berkata: “Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku.”
Lukas 8:43-46

Renungan :
Sering kita berdoa dan memohon mujizat, memohon kesembuhan dan banyak hal lainnya. Sudah bertahun-tahun hal itu kita harap-harapkan, tetapi tidak juga ada jawaban. Sama seperti halnya perempuan tua yang menderita pendarahan yang telah lama dan tidak ada yang dapat menyembuhkannya.
Didalam kehidupan kita, di saat doa-doa dan pertolongan yang kita diharapkan tidak juga kunjung datang, kita sering bertanya-tanya tentang keberadaan Allah, seakan kuasa Allah jauh dari kita. Seakan semuanya membisu, dan kita sendiri dihadapan persoalan yang telah menahun.
Hari ini kita kembali merenungkan tentang kejadian perempuan tua yang sembuh dari pendarahannya. Kita belajar tentang iman seorang perempuan tua yang sering kita dengar ceritanya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!” (Lukas 8:48).
Iman seperti apa yang dimiliki perempuan tua tersebut yang dapat kita pelajari? Dari catatan Matius 9:21, tertulis bahwa ia berkata dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Selanjutnya kita tahu kitab Matius dan Lukas, menjelaskan bahwa jubah yang dimaksud perempuan tua tersebut adalah jumbai jubah Yesus. Ia berusaha menjangkau dan menjamah jumbai jubah Yesus diantara kerumunan orang.
Jumbai adalah ujung jubah yang diikat dengan benang berwarna ungu kebiruan. Jumbai dibuat pada keempat ujung kain atau jubah setiap orang Israel sejak ditetapkan oleh Tuhan lewat Nabi Musa (Bilangan 15:37-41).
TUHAN berfirman kepada Musa: “Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka, bahwa mereka harus membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, turun-temurun, dan dalam jumbai-jumbai punca itu haruslah dibubuh benang ungu kebiru-biruan. (Bilangan 15:37-38)
Demikian dengan jubah Yesus pada saat sebagai seorang Israel yang juga harus menjalankan perintah Tuhan sesuai hukum Taurat, terdapat jumbai pada keempat sudutnya. Jumbai inilah yang dilihat oleh perempuan tua tersebut dan didalam hatinya ia berkata bahwa asal ia menjamah jumbai tersebut, maka pendarahannya yang telah menahun dan tidak ada yang dapat menyembuhkan, dapat sembuh.
Demikian kelanjutannya kita tahu kisahnya, bahwa perempuan tua tersebut benar-benar sembuh setelah ia menjamah jumbai jubah Yesus, sesuai dengan imannya.
Sebenarnya Tuhan menetapkan bangsa Israel untuk memakai kain atau jubah dengan keempat ujungnya berjumbai adalah untuk mengingatkan bangsa Israel akan Firman Tuhan.
Maka jumbai itu akan mengingatkan kamu, apabila kamu melihatnya, kepada segala perintah TUHAN, sehingga kamu melakukannya dan tidak lagi menuruti hatimu atau matamu sendiri, seperti biasa kamu perbuat dalam ketidaksetiaanmu terhadap TUHAN. (Bilangan 15:39)
Perempuan tua itu memandang jumbai yang bergoyang-goyang ditengah kerumunan, dan fokus melihat jumbai tersebut, disaat semua orang tidak ada yang memperhatikan keberadaan jumbai tersebut. Kemudian dengan iman, ia menggerakan tangannya untuk menjangkaunya diantara himpitan dan desakan banyak orang sampai ia dapat benar-benar menjamahnya. Demikianlah maksud ditetapkannya jumbai pada jubah bangsa Israel, bukan hanya mengingatkan kita akan isi Firman Tuhan, tetapi juga dimaksudkan agar kita ingat bahwa Firman Tuhan tersebut harus ditaati dan dijalankan.
Maksudnya supaya kamu mengingat dan melakukan segala perintah-Ku dan menjadi kudus bagi Allahmu. Akulah TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, supaya Aku menjadi Allah bagimu; Akulah TUHAN, Allahmu.” (Bilangan 15:40-41)
Demikian dengan kehidupan kita sehari-hari. Jika kita selalu mau mengingat Firman Tuhan dan melakukan segala perintah Tuhan, maka seperti yang terjadi pada perempuan tua tersebut maka juga akan terjadi pada diri kita. Jelas ditulis, Tuhan Yesus Kristus mengatakan, “Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku“, saat jumbai itu digengam dengan iman.
Saat kita mengingat Firman Tuhan dan melakukan tepat seperti apa yang diperintahkanNya, maka pada saat itu kuasa Tuhan akan mengalir dan kita dapat melihat mujizat dan jawaban setiap pengharapan kita. Kuasa itu ada saat kita tinggal didalam FirmanNya, bukan saat kita hidup menurut adat dunia. Karena itu doa-doa dan permohonan saja sebenarnya masih belum cukup untuk menarik kuasa Tuhan dalam kehidupan kita. Kita juga perlu untuk hidup sesuaikan dengan perintah-perintah Tuhan.
Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. (Yohanes 15:7)
Jumbai yang dilihat oleh perempuan tua tersebut dan kemudian ia pegang, seharusnya menjadi pelajaran bagi kita. Firman Tuhan, memang sering diabaikan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi perempuan ini melihat dan mengingatNya. Tinggallah didalam FirmanNya, maka kuasa Tuhan akan nyata dalam setiap doa dan permohonan kita. Mujizat akan terjadi dan kehidupan kita adalah kehidupan yang penuh kuasa.
Bahkan setelah kejadian tersebut, semua orang sekarang memperhatikan jumbai tersebut. Memperhatikan tanda yang ditetapkan oleh Tuhan agar, umatNya selalu mengingat Firman Tuhan dan melakukanNya.
Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh. (Markus 6:56)
Demikian renungan yang dapat membantu kita untuk menarik kuasa Tuhan masuk dalam hidup kita, lewat Firman Tuhan yang menyatu dalam kehidupan kita sehari-hari.

Tzitzit [tsitsit] (bahasa Ibrani: ציצית; pelafalan Alkitabiah dan Timur Tengah: ṣiṣith; pelafalan Ibrani Ashkenazi dan Yiddish: tzitzis) atau tzitziyot adalah jumbai khusus yang digunakan dalam ritual keagamaan Yahudi. Tzitzit melekat pada empat penjuru kain atau pakaian ibadah yang disebut tallit atau tallit katan.

Taurat menyatakan dalam Kitab Bilangan 15:38, "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka, bahwa mereka harus membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, turun-temurun, dan dalam jumbai-jumbai punca itu haruslah dibubuh benang ungu kebiru-biruan". Mengenakan jumbai-jumbai atau tzitzit ini juga diperintahkan dalam Ulangan 22:12 "Haruslah engkau membuat tali yang terpilin pada keempat punca kain penutup tubuhmu."[2] "Tali yang terpilin" di sini diterjemahkan dari kata bahasa Ibrani: גדלים (gə·ḏi·lîm), yang merujuk kepada bagian terpilin dari tzitzit.
Tzitziyot kini melekat pada tallit dan tallit katan. Tallit katan sendiri sering disebut sebagai tzitzit. Menurut Taurat, tujuan memakai tzitzit adalah untuk mengingatkan orang-orang Yahudi akan kewajiban agama mereka. Selain itu, tzitzit berfungsi sebagai pengingat keluarnya bangsa Israel dari Mesir (Bilangan 15:40). Talmud menyamakan ketaatan ini dengan memenuhi mitzvot lainnya, sementara Maimonides menganggapnya termasuk sebagai perintah utama bersama dengan sunat dan Korban Paskah.[3]
Orang Yahudi menghitung ada 613 perintah (mitzvot) dalam Taurat dan tzitzit mengingatkan mereka kepada keseluruhan perintah ini, karena nilai gematria kata "ציצית" adalah 600; ditambah dengan aturan bahwa ada 8 helai benang dan 5 buah simpul di setiap sudut, maka jumlah nilainya adalah 613 -- jumlah seluruh mitzvot dalam Taurat.[4]
Bagian tzitzit yang terpilin secara keseluruhan disebut g'dil (bahasa Inggris: braid, "kepangan, pilinan"; bentuk jamak: gəḏilîm, sebagaimana yang dipakai dalam Ulangan 22:12), sedangkan bagian yang tergantung bebas disebut anaf (bahasa Inggris: fringe; "pinggiran, tepian").[5]


Mengapa wanita yg menderita pendarahan ini hanya menjamah jumbai/ujung jubah Yesus ? Mengapa tidak menjamah bagian lain dari jubah Yesus, atau bahkan menjamah kaki, tangan atau bahu Yesus, misalnya?

Yesus Kristus juga dicatat mengenakan tzitzit, yang dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai kraspedon dan dalam bahasa Indonesia versi Terjemahan Baru diterjemahkan sebagai "jumbai". Dicatat dalam Matius 9:20 (lihat pula Markus 5:27; atau Lukas 8:44) bahwa seorang perempuan yang mengalami pendarahan selama 12 tahun membulatkan tekad untuk menjamah "jumbai", yaitu tzitzit, pada "jubah" yang dipakai Yesus, supaya sembuh. Frasa bahasa Yunaninya adalah: "τοῦ κρασπέδου τοῦ ἱματίου αὐτοῦ" (tou kraspedou tou himatiou autou; 'jumbai jubah-Nya'). Demikian pula setelah kejadian itu, orang-orang sakit lainnya, seperti dicatat pada Matius 14:36 dan Markus 6:56 "memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh."[18]

Di bagian lain, Yesus menegur orang-orang munafik yang sengaja mengenakan "jumbai yang panjang" supaya "dilihat orang".[19] Mereka membuat tzitzit ini lebih panjang dari yang sepantasnya, sehingga mereka tampak mengenakan "jubah panjang".[20]

Dalam Bilangan 15:37-41, kita membaca untuk pertama kalinya Tuhan mengajar kepada bangsa Israel tentang pentingnya jumbai pada jubah. Melalui Musa, Ia memerintahkan umat Israel untuk membuat jumbai pada punca baju mereka, dan meletakkan benang ungu kebiru-biruan pada jumbai-jumbai itu. Tujuannya adalah agar setiap kali mereka melihat jumbai itu, mereka akan selalu ingat akan segala Firman dan perintah Tuhan serta melakukannya bahkan supaya mereka ingat akan segala kebaikan Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir.

1. Jumbai/ujung jubah itu berbicara tentang kuasa, otoritas dan kedudukan.

Saat Daud memberitahukan bahwa ia telah memotong punca jubah Saul, Saulpun mengerti bahwa ia telah kehilangan otoritasnya sebagai orang diurapi Tuhan (1 Samuel 24:5b,17).

2. Jumbai/ujung jubah juga berbicara tentang perlindungan dan pembelaan.  

Nasehat Naomi pada Rut menunjukkan nasehat penggembalaan yg selalu mendorong kita untuk lebih dekat pada Tuhan. Rut kemudian mengajukan permohonan khusus agar Boas berkenan mengembangkan sayapnya untuk melindungi dirinya (Bahasa Ibrani:  sayap = KANAPH yg artinya adalah jumbai jubah/ ujung jubah -  Rut 3:9 ). 

3. Jumbai/ujung jubah juga berbicara tentang kesembuhan

Dalam Maleakhi 4:2 “dengan kesembuhan pada sayapnya. “ Kata sayap di sini dalam bahasa Ibrani juga ditulis KANAPH seperti dalam Rut 3:9 dan artinya juga jumbai jubah.  Sebenarnya dalam Alkitab, bukan saja wanita ini yg menjamah punca/ujung jubah Yesus tapi orang-orang Genesaret juga tahu kalau jumbai jubah Yesus itu berkuasa. Alkitab mencatat, mereka berlari-lari ke seluruh daerah dan mengusung orang-orang sakit kepada Yesus. Dan ke manapun Yesus pergi, orang memohon kepadaNya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubahNya. Dan semua orang yang menjamahNya menjadi sembuh! (Markus 6:56 ). 

Hari ini, percayakah saudara bahwa Dia adalah Jehovah Rapha, Tuhan Sang  Penyembuh ? Yesus yang berjalan di tengah kerumunan orang banyak, masih berjalan di antara saudara dan saya saat ini. Mari fokus pada jumbai jubah Yesus, melangkahlah dengan iman, berseru dan memanggil namaNya. Jangan mengandalkan pandangan mata dan kata hati, tapi berjalan dengan IMAN,  sebab hanya dengan IMANlah kita akan mengalami MUJIZAT.  Jika kita datang pada Tuhan dengan iman, maka sesuatu akan terjadi! SEKETIKA itu juga MUJIZAT akan terjadi jika kita melangkah dengan iman!   Amen.

Jatiwangi, 1 July 2016
By His Grace

Joshua Ivan Sudrajat

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer