SUATU KESAKSIAN PELAYANAN YANG MENYENTUH HATI “ DAVID LIVINGSTONE “
SUATU KESAKSIAN PELAYANAN YANG MENYENTUH HATI “ DAVID LIVINGSTONE “
Livingstone kembali ke Inggris Raya
pada masa cutinya yang pertama setelah 16 tahun berada di pedalaman Afrika. Dia
diminta untuk berbicara di Universitas Glasgow. Barangkali dia akan menolak
jika saja dia tahu apa yang sedang menantikan dia.Sudah menjadi kebiasaan para
mahasiswa pada masa itu untuk mengganggu pembicara-pembicara yang datang,dan
mereka sudah betul-betul siap untuk pembicara ini juga. Mereka membawa ketapel,
terompet mainan, giring-giring, dan alat pembuat keributan lainnya yang dapat
ditemukan.
Livingstone berjalan menuju podium
dengan langkah seorang laki-laki yang telah berjalan 11000 mil. Lengan kirinya
tergantung dengan lemah disisi tubuhnya, karena hampir saja terkoyak dari
tubuhnya oleh serangan seekor singa besar. Kulit wajahnya coklat gelap akibat
16 tahun berada di bawah matahari Afrika. Wajah itu berkerut penuh garis-garis
yang tidak terhitung jumlahnya karena demam Afrika yang merusak dan menguruskan
tubuhnya. Dia telah diserang oleh orang-orang biadab dan oleh orang-orang Turki
yang menjalankan perdagangan budak yg kejam. Telinganya setengah tuli akibat
demam rematik dan dia setengah buta akibat cabang pohon yang menampar matanya
di hutan.
Para mahasiswa terbelalak, dan mereka sungguh tahu bahwa di hadapan mereka adalah sebuah kehidupan yang dalam arti sesungguh nya benar-benar habis terbakar bagi Allah. Tidak ada giring-giring yang dibunyikan, tidak ada kaki yang bergeser.Keheningan menyelimuti aula besar itu dan mereka mendengarkan dalam kebisuan pada saat Livingstone mengisahkan perjalanannya dan tentang kebutuhan-kebutuhan yang sangat luar biasa dari populasi Afrika yang besar.
"Saya akan memberitahukan
kepadamu, suatu hal yang menopang saya di tengah-tengah semua kerja keras,
penderitaan, dan kesepian yang sangat besar.Yaitu sebuah janji, janji dari
seorang pria yang bermartabat paling luhur; yaitu janji ini : “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada
akhir jaman.” (Matius 28:20) Inilah rahasia komitmen dari
Livingstone. Sebuah ayat yang sangat sederhana, tidak membutuhkan pemahaman
Alkitabiah yang rumit. Masalahnya sederhana saja: apakah kita percaya?
Livingstone percaya dan menemukan kekuatan yang tidak ada habis-habisnya dalam
janji tersebut.
LIVINGSTONE
DIUBAHKAN
Livingstone masuk ke sekolah
kedokteran untuk mempersiapkan diri menjadi seorang dokter misionaris. Dia
diwisuda, ditahbiskan, dan siap untuk berlayar. Livingstone berlayar ke Afrika.
Dia terjun ke hutan dari arah selatan dan menemukan bahwa tempat itu tidak
dapat ditembus. Dia kembali ke pantai dan berlayar ke pusat pantai barat Afrika
dan memutuskan untuk menembus ke pedalaman dari sana. Setelah penderitaan yang
tidak terhitung jumlahnya, akhirnya dia membuka jalan menuju ke pedalaman.
"Letakkan beban apa saja atasku," dan doa itu dijawab. Seekor singa
besar hampir saja mengoyak lengannya lepas dari tubuhnya dan membuat dia lumpuh
untuk selamanya. Tetapi hal itu membawa berkat terselubung, karena pada waktu
dia dalam proses penyembuhan,
Mary istrinya berbagi semangat dan keprihatinannya untuk penginjilan di Benua Gelap Afrika. Sayangnya, bulan-bulan penuh penderitaan dan kerja keras itu terlalu berat buat Mary. Mereka melihat salah seorang anak mereka mati ketika mereka mencoba melintasi salah satu padang pasir Afrika yang luas. Sebuah beban yang hampir meremukkan Livingstone.
Akhirnya, tibalah keputusan yang
paling sulit dalam hidupnya : mengirimkan istri dan ketiga anaknya yang lain ke
Inggris.. Selama lima tahun penderitaan yang panjang dia tidak pernah melihat
istri maupun anak-anaknya. Tetapi bayangan tentang ribuan desa di bawah sinar
matahari pagi tetap menghantui dia dan mendorong dia pergi memproklamirkan
Injil Kristus. Salah seorang anaknya telah meninggal, keluarganya berada ribuan
mil jauhnya. Akhirnya, waktunya tiba ketika dia pulang ke rumah. Akhirnya
rumah! Dengan penuh pengharapan besar dan sukacita dia menyerbu masuk ke rumah
lamanya di Blantyre dan menemukan rumah itu kosong. Mereka baru saja
menguburkan ayahnya.
Dan pria yang telah menghadapi tombak-tombak orang liar yang biadab dan auman binatang-binatang liar.
Dan pria yang telah menghadapi tombak-tombak orang liar yang biadab dan auman binatang-binatang liar.
Tahun-tahun berlalu, dan ketika
anak-anak mereka sudah cukup dewasa, Mary menulis surat bahwa dia bisa datang
untuk tinggal bersama dengan David. Selama berbulan-bulan Mary berlayar
melintasi lautan lalu ke hulu sungai-sungai Afrika. Akhirnya di sambut oleh
suaminya, hanya untuk segera diserang demam Afrika yang memilukan. Livingstone
mengesampingkan segala sesuatu yang sedang dilakukannya dan mencurahkan segenap
keahlian medisnya untuk merawat dia. Malam demi malam, siang demi siang, dia
duduk bersamanya dan menyeka dahinya yang panas. Lambat laun keadaannya
memburuk dan dia menghembuskan nafas terakhir.
Mary meninggal dunia. David
Livingstone menguburkan dia di bawah sebuah pohon yang besar dan menjatuhkan
diri di atas gundukan tanah itu, dan sekali lagi dia meratap. Disitu muncul
kembali di hatinya sebuah doa, "Lepaskan ikatan apa saja kecuali ikatan
yang mengikatku kepada pelayanan-Mu dan kepada hati-Mu." Badan Livingstone
remuk, orang-orang yg dikasihinya telah pergi, dia kelihatan sendirian, kecil
hati. Dapatkah dia mengatasinya ? Dalam buku hariannya tertulis ”Yesusku, Rajaku, Hidupku, Segala-galanya bagiku, sekali lagi
aku mengabdikan hidupku untuk-Mu ! Aku tidak menganggap bernilai segala sesuatu
yang dapat kulakukan, kecuali dalam kaitannya dengan kerajaan Kristus."
Dan melalui semua itu, kata-kata yang
menopang ini : "Aku menyertai kamu senantiasa."
Ketika tiba di Ujiji, penduduk asli mencuri makanannya, dan yg terburuk dari semua itu, mereka mencuri kotak obat-obatannya yang berisi kina dan obat-obatan lain untuk menyembuhkan demam-demam yang mengerikan itu. Bagi Livingstone itu benar- benar berarti kematian, dan dia berseru, "Oh Allah, Engkau berjanji menyertaiku." Selama 5 tahun dia tidak melihat wajah orang kulit putih, dan sekarang ditengah-tengah pedalaman Afrika, dia menengadah dari doanya dan melihat sebuah wajah kulit putih berjalan menghampirinya.Di belakang pria kulit putih ini ada suatu kafilah lengkap dan di atasnya berkibar sebuah bendera Amerika. Pria itu adalah Henry M.Stanley, dia berkata, "Dr. Livingstone, kalau saya tidak salah?" Dia diutus oleh James Gordon Bennet dari harian New York Herald untuk menemukan David Livingstone.
Ketika tiba di Ujiji, penduduk asli mencuri makanannya, dan yg terburuk dari semua itu, mereka mencuri kotak obat-obatannya yang berisi kina dan obat-obatan lain untuk menyembuhkan demam-demam yang mengerikan itu. Bagi Livingstone itu benar- benar berarti kematian, dan dia berseru, "Oh Allah, Engkau berjanji menyertaiku." Selama 5 tahun dia tidak melihat wajah orang kulit putih, dan sekarang ditengah-tengah pedalaman Afrika, dia menengadah dari doanya dan melihat sebuah wajah kulit putih berjalan menghampirinya.Di belakang pria kulit putih ini ada suatu kafilah lengkap dan di atasnya berkibar sebuah bendera Amerika. Pria itu adalah Henry M.Stanley, dia berkata, "Dr. Livingstone, kalau saya tidak salah?" Dia diutus oleh James Gordon Bennet dari harian New York Herald untuk menemukan David Livingstone.
Kata Bennet, "Mereka mengatakan
bahwa Livingstone sudah mati. Saya percaya bahwa dia ada ditengah-tengah Afrika
terhilang, sakit dan terkucil. Stanley, carilah dia. Bawa dia kembali ke
peradaban. Tidak peduli berapapun harganya" Stanley mencari sampai
menemukannya, membawa obat-obatan dan makanan lengkap, serta merawat dia sampai
sehat kembali.
Selama 4 bulan Stanley tinggal bersama Livingstone dalam satu pondok.Stanley menggambarkan dirinya sendiri sebagai berikut : "Aku adalah seorang ateis paling angkuh di seluruh dunia ini." Tapi dia tetap menuruti amanat dari Bennet untuk mencari Livingstone. Livingstone juga menuruti amanat dari Allah "Umat-Ku terhilang, sakit, menderita, dan terkucil. Pergi dan bawalah mereka kembali dan jangan pernah menghitung-hitung ongkosnya. " Orang seperti apakah Livingstone?
Stanley yang hidup dalam satu pondok
dengan pria ini selama 4 bulan, mengatakan bahwa pria ini jelas bukanlah
seorang malaikat, tetapi Stanley tidak dapat menemukan kesalahan dalam hidupnya.
Belas kasihnya, kesungguhannya, ketenangannya pada saat dia menjalankan
tugasnya, rasa simpatinya yang ditunjukkannya kepada semua orang di sekitarnya,
membangkitkan simpati dalam hatinya sendiri dan dia berkata, "Akhirnya,
setelah berbulan-bulan ini, Livingston bahkan membuat saya bertobat kepada
Kristus."
Bagaimanapun, Livingstone tidak mau
kembali ke eradaban, tetapi terjun lebih dalam lagi di Afrika. Dan bagi dia
akhir perjalanannya sudah dekat. Buku hariannya mengatakan : "Tuhan,
tolong aku untuk menyelesaikan pekerjaan-Mu tahun ini bagi kehormatan-Mu."
Dan itulah yang dilakukannya, dia tiba di tempat dimana seluruh kekuatannya
habis, kakinya luka dan bernanah karena bisul. Selama berbulan-bulan dia tidak
punya apa-apa untuk dimakan kecuali jagung kering yang keras, dan
perlahan-lahan semua giginya mulai goyang dan tanggal.Dia ditinggalkan oleh
semua orang kecuali 3 pengikutnya, termasuk Suzi dan Chumah (yang membawa jasad
Livingstone kembali ke Inggris). Dia tidak dapat berjalan atau berdiri, dia
tidak dapat maju satu langkah pun.
Inikah akhir dari perjalanan Livingstone? Tidak! Livingstone menyuruh teman-temannya meletakkan dia diatas tandu dan mengusungnya maju. "Aku tidak akan menyimpang sedikitpun dari pekerjaanku selama hidupku masih tersisa."
Inikah akhir dari perjalanan Livingstone? Tidak! Livingstone menyuruh teman-temannya meletakkan dia diatas tandu dan mengusungnya maju. "Aku tidak akan menyimpang sedikitpun dari pekerjaanku selama hidupku masih tersisa."
Dengan bersandar di tandunya yang
ditegakkan, dia memproklamasikan kekayaan Injil Yesus Kristus kepada semua
orang yang ditemuinya. Tibalah suatu hari ketika dia bahkan tidak bisa
digerakkan. Hujan lebat tercurah ! Sebuah pondok kecil cepat-cepat didirikan.
Livingstone terbaring diatas tempat tidur kecilnya. Tengah malam,pembantunya
berbaring di pintu masuk untuk mencegah masuknya binatang-binatang liar. Ia
mendengar Livingstone bergerak dan melihat dia dengan penuh penderitaan
berguling dari tempat tidurnya, dan berlutut dengan tangannya terlipat dalam
doa. Anak laki-laki itu kembali tidur. Di pagi hari dia melihat Livingstone
masih berdoa. Beberapa utusan datang meminta pertolongannya, dan anak laki-laki
ini memberitahu mereka bahwa Livingstone masih berdoa, supaya mereka jangan
mengganggunya berdoa. Akhirnya dia sendiri menjadi kuatir dan berbisik
kepadanya, "Bwana (Tuan)." Tidak ada jawaban."Bwana."
Hening. Dia merangkak mendekatinya dan menyentuh pipinya yang sudah dingin.
Livingstone meninggal di atas lututnya dalam doa.
39 tahun dia berjalan dengan susah payah menempuh 29000 mil di permukaan benua Afrika.Terang yang bersinar dalam kegelapan. 2 juta orang Afrika dibawa kepada Injil, dan terang itu terus bercahaya.Dalam setiap langkahnya dia dikuatkan dan ditopang oleh janji "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa."
Oleh : Dr. D. James Kennedy
Dan Ketahuilah Aku Menyertai Kamu Senantiasa Sampai Kepada Akhir Zaman(Matius 28:20)
BalasHapus