Kefanatikan Bapa Rohani
Kefanatikan Bapa Rohani
Saat saya merenungkan bangkitnya gereja Efesus abad 21, maka saya mendapati salah satu alasan mengapa kegerakan dikota tersebut menjadi terhenti bukan hanya karena mereka kehilangan kasih mula - mula saja, melainkan karena mereka tidak menjadi 'fanatik dengan Paulus' (2 Tim 1:15). Saya pribadi memperhatikan, menjadi seorang yang sangat fanatik dengan seorang hamba Tuhan yang membawa pola ilahi merupakan prinsip kebenaran firman Tuhan yang selama ini takut untuk dibicarakan.
Padahal itu adalah pola yang Tuhan tetapkan (2 Raja 2:1-18, 2 Tim 3:10-11) Jemaat Efesus gagal menjadi fanatik kepada Paulus. Inilah yang menyebabkan ada banyak celah untuk pengajaran lain (Yudaisme - 1 Tim 1:3-4) masuk ke tengah - tengah mereka sehingga menghentikan kegerakan yang ada.
Jemaat Efesus sangatlah dahsyat dipakai Tuhan dlm menjungkir balikkan Asia dengan kuat kuasa Kerajaan Surga. Tapi faktanya, mereka tidak berakar dalam pengajaran yang Paulus sampaikan. Berbeda dengan Timotius. Ia menjadi 'sangat fanatik' dengan Paulus, sehingga secara otomatis kebenaran firman Tuhan yang ada dalam hidup Paulus juga ada dalam diri Timotius. Oleh sebab itulah Paulus mengirimkan Timotius kepada jemaat Efesus agar menjadi contoh dan teladan kehidupan yang berakar di dalam pengajaran yang Paulus sampaikan. Tentunya dengan suatu harapan, agar jemaat Efesus segera berbalik kepada Paulus dan menghidupi prinsip kebenaran yang ia sampaikan.
Kalimat "fanatik kepada seorang bapa rohani" terus berbicara kuat di dalam batin saya. Perlu saya tegaskan dalam hal ini, kefanatikan kita pada seorang bapa rohani bukanlah karena kita mengkultuskan dirinya tapi karena kita berketetapan untuk tidak mau kehilangan pola Ilahi yang Tuhan sudah bangun dalam hidupnya. Hal ini membuat saya 'mengorek' secara lebih mendalam sehingga menemukan beberapa unsur penting yang terkandung di dalamnya :
1. Memiliki hati yang mencintai Tuhan dan kebenaran.
Tanpa adanya hati yang mencintai Tuhan dan Kebenaran maka kita tidak akan pernah terhubung dengan seorang pemimpin kegerakan. Sekalipun kita mungkin mengetahui seseorang yang membawa pola ilahi, namun kita tidak akan pernah bisa menjadi fanatik dengan dirinya dan apa yang disampaikan. Tapi jika kita punya hati yang mencintai Tuhan dan kebenarannya, maka proses 'menjadi fanatik' akan terjadi secara otomatis.
2. Menjadikan bapa rohani sebagai sumber dan satu - satunya patokan pemahaman akan prinsip kebenaran.
Ada banyak pengkhotbah yang bagus, tapi belum tentu membawa pola ilahi.
Ada banyak pengkhotbah yang jago menyampaikan firman, tapi tidak semua mengimpartasikan kehidupan. Zaman sekarang kita tidak bisa mengambil resiko dengan membiarkan diri kita dimasuki oleh pengajaran yang tidak sehat. Kita harus dengan ekstrim membuang pengajaran yang lain dan hanya mendengarkan apa yang bapa rohani kita sampaikan.
3. Menghidupi setiap prinsip kebenaran yang disampaikan oleh bapa rohani.
Selama ini umumnya bapa rohani hanyalah dijadikan sebagai sumber pewahyuan terbaru. Tidak heran jika akhirnya jemaat hanyalah menjadi penikmat firman belaka, bukan pelaku firman. Padahal kita harus menjadi fanatik terhadap prinsip kebenaran yang disampaikan oleh bapa rohani.
Maksudnya, kita menjadi pelaku kebenaran. Sehingga, saat ada trend pengajaran manusiawi berkedok kebenaran mulai berhembus, kita tidak akan pernah terpengaruh sedikitpun juga.
4. Berjalan dalam ikatan janji dengan bapa rohani.
Fanatik artinya kita akan bersama - sama dengan bapa rohani sampai kita berpindah alamat ke surga. Apapun yang terjadi, kita akan terus berfungsi, berkolaborasi, dan bahu membahu menyelesaikan rencana Tuhan sampai tuntas.
5. Mengikuti dan meneladani seluruh dasar keyakinan, sikap hati, dan gaya hidupnya. Dan kita tidak malu untuk merepresentasikan dirinya dimanapun kita berada. Kalaupun pun cara kita berkata kata, bersikap, menyampaikan firman, dan doa menjadi sama dengannya, kita tidak malu, justru kita bangga akan hal tersebut.
6. Siap mengkonfrontasi dan mempertahankan nama baik bapa rohani di tengah - tengah orang yang menentangnya atau menjelek - jelekannya.
7. Menjaga nama baik bapa rohani dengan gaya hidup yang seturut dengan kebenaran serta kehidupan berintegritas dalam segala aspek.
8. Bisa dan siap menjelaskan serangan dari orang - orang yang menganggap kita sedang mengkultuskan seorang bapa rohani. Bukan untuk berdebat.
Tetapi dengan harapan, kalau - kalau mereka bisa terselamatkan lewat penjelasan yang kita jabarkan.
9. Rela kehilangan nyawa demi membela bapa rohani dari serangan orang - orang fasik. Ini memang ekstrem. Tapi begitulah memang seharusnya. Justru, jika kita mempertahankan nyawa, maka kita akan kehilangan.
10. Menanggalkan cita - cita pribadi dan menjadi rencana Tuhan yang ada dalam diri seorang bapa sebagai keinginan dan passion satu - satunya untuk diwujudkan.
Saya yakin sekali, jika jemaat Efesus pada waktu itu menjaga hati yang mencintai Tuhan dan menjadi fanatik dengan Paulus, maka kegerakan pada waktu itu tidak akan berhenti. Bahkan akan terus bergerak sampai seluruh dunia. Dan dari zaman ke zaman akan terus meledak - ledak merepresentasikan kuat kuasa Kerajaan Surga. Puji Tuhan !! Tuhan sedang membangkitkan kembali gereja Efesus versi komplit di abad 21 ini. Mencintai Tuhan dan 'fanatik' dengan bapa rohani. Inilah jemaat yang akan menggoncangkan bangsa - bangsa. Inilah gereja Tuhan yang akan memerintah di akhir zaman ini !! Sebab pola ilahi sudah terbangun (Maleakhi 4:4-6) Ketika ada pola ilahi maka kemuliaan pasti tercurah !!#AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)
Saat saya merenungkan bangkitnya gereja Efesus abad 21, maka saya mendapati salah satu alasan mengapa kegerakan dikota tersebut menjadi terhenti bukan hanya karena mereka kehilangan kasih mula - mula saja, melainkan karena mereka tidak menjadi 'fanatik dengan Paulus' (2 Tim 1:15). Saya pribadi memperhatikan, menjadi seorang yang sangat fanatik dengan seorang hamba Tuhan yang membawa pola ilahi merupakan prinsip kebenaran firman Tuhan yang selama ini takut untuk dibicarakan.
Padahal itu adalah pola yang Tuhan tetapkan (2 Raja 2:1-18, 2 Tim 3:10-11) Jemaat Efesus gagal menjadi fanatik kepada Paulus. Inilah yang menyebabkan ada banyak celah untuk pengajaran lain (Yudaisme - 1 Tim 1:3-4) masuk ke tengah - tengah mereka sehingga menghentikan kegerakan yang ada.
Jemaat Efesus sangatlah dahsyat dipakai Tuhan dlm menjungkir balikkan Asia dengan kuat kuasa Kerajaan Surga. Tapi faktanya, mereka tidak berakar dalam pengajaran yang Paulus sampaikan. Berbeda dengan Timotius. Ia menjadi 'sangat fanatik' dengan Paulus, sehingga secara otomatis kebenaran firman Tuhan yang ada dalam hidup Paulus juga ada dalam diri Timotius. Oleh sebab itulah Paulus mengirimkan Timotius kepada jemaat Efesus agar menjadi contoh dan teladan kehidupan yang berakar di dalam pengajaran yang Paulus sampaikan. Tentunya dengan suatu harapan, agar jemaat Efesus segera berbalik kepada Paulus dan menghidupi prinsip kebenaran yang ia sampaikan.
Kalimat "fanatik kepada seorang bapa rohani" terus berbicara kuat di dalam batin saya. Perlu saya tegaskan dalam hal ini, kefanatikan kita pada seorang bapa rohani bukanlah karena kita mengkultuskan dirinya tapi karena kita berketetapan untuk tidak mau kehilangan pola Ilahi yang Tuhan sudah bangun dalam hidupnya. Hal ini membuat saya 'mengorek' secara lebih mendalam sehingga menemukan beberapa unsur penting yang terkandung di dalamnya :
1. Memiliki hati yang mencintai Tuhan dan kebenaran.
Tanpa adanya hati yang mencintai Tuhan dan Kebenaran maka kita tidak akan pernah terhubung dengan seorang pemimpin kegerakan. Sekalipun kita mungkin mengetahui seseorang yang membawa pola ilahi, namun kita tidak akan pernah bisa menjadi fanatik dengan dirinya dan apa yang disampaikan. Tapi jika kita punya hati yang mencintai Tuhan dan kebenarannya, maka proses 'menjadi fanatik' akan terjadi secara otomatis.
2. Menjadikan bapa rohani sebagai sumber dan satu - satunya patokan pemahaman akan prinsip kebenaran.
Ada banyak pengkhotbah yang bagus, tapi belum tentu membawa pola ilahi.
Ada banyak pengkhotbah yang jago menyampaikan firman, tapi tidak semua mengimpartasikan kehidupan. Zaman sekarang kita tidak bisa mengambil resiko dengan membiarkan diri kita dimasuki oleh pengajaran yang tidak sehat. Kita harus dengan ekstrim membuang pengajaran yang lain dan hanya mendengarkan apa yang bapa rohani kita sampaikan.
3. Menghidupi setiap prinsip kebenaran yang disampaikan oleh bapa rohani.
Selama ini umumnya bapa rohani hanyalah dijadikan sebagai sumber pewahyuan terbaru. Tidak heran jika akhirnya jemaat hanyalah menjadi penikmat firman belaka, bukan pelaku firman. Padahal kita harus menjadi fanatik terhadap prinsip kebenaran yang disampaikan oleh bapa rohani.
Maksudnya, kita menjadi pelaku kebenaran. Sehingga, saat ada trend pengajaran manusiawi berkedok kebenaran mulai berhembus, kita tidak akan pernah terpengaruh sedikitpun juga.
4. Berjalan dalam ikatan janji dengan bapa rohani.
Fanatik artinya kita akan bersama - sama dengan bapa rohani sampai kita berpindah alamat ke surga. Apapun yang terjadi, kita akan terus berfungsi, berkolaborasi, dan bahu membahu menyelesaikan rencana Tuhan sampai tuntas.
5. Mengikuti dan meneladani seluruh dasar keyakinan, sikap hati, dan gaya hidupnya. Dan kita tidak malu untuk merepresentasikan dirinya dimanapun kita berada. Kalaupun pun cara kita berkata kata, bersikap, menyampaikan firman, dan doa menjadi sama dengannya, kita tidak malu, justru kita bangga akan hal tersebut.
6. Siap mengkonfrontasi dan mempertahankan nama baik bapa rohani di tengah - tengah orang yang menentangnya atau menjelek - jelekannya.
7. Menjaga nama baik bapa rohani dengan gaya hidup yang seturut dengan kebenaran serta kehidupan berintegritas dalam segala aspek.
8. Bisa dan siap menjelaskan serangan dari orang - orang yang menganggap kita sedang mengkultuskan seorang bapa rohani. Bukan untuk berdebat.
Tetapi dengan harapan, kalau - kalau mereka bisa terselamatkan lewat penjelasan yang kita jabarkan.
9. Rela kehilangan nyawa demi membela bapa rohani dari serangan orang - orang fasik. Ini memang ekstrem. Tapi begitulah memang seharusnya. Justru, jika kita mempertahankan nyawa, maka kita akan kehilangan.
10. Menanggalkan cita - cita pribadi dan menjadi rencana Tuhan yang ada dalam diri seorang bapa sebagai keinginan dan passion satu - satunya untuk diwujudkan.
Saya yakin sekali, jika jemaat Efesus pada waktu itu menjaga hati yang mencintai Tuhan dan menjadi fanatik dengan Paulus, maka kegerakan pada waktu itu tidak akan berhenti. Bahkan akan terus bergerak sampai seluruh dunia. Dan dari zaman ke zaman akan terus meledak - ledak merepresentasikan kuat kuasa Kerajaan Surga. Puji Tuhan !! Tuhan sedang membangkitkan kembali gereja Efesus versi komplit di abad 21 ini. Mencintai Tuhan dan 'fanatik' dengan bapa rohani. Inilah jemaat yang akan menggoncangkan bangsa - bangsa. Inilah gereja Tuhan yang akan memerintah di akhir zaman ini !! Sebab pola ilahi sudah terbangun (Maleakhi 4:4-6) Ketika ada pola ilahi maka kemuliaan pasti tercurah !!#AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)
Komentar
Posting Komentar