Pendengar vs Pelaku Firman


Pendengar Vs. Pelaku Firman

"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." - Yakobus 1:19-21

Amarah sangat merugikan dan amat mematikan. Karena amarah, Kain membunuh Habel, Esau dendam kepada Yakub, Musa tidak dapat masuk ke Tanah Perjanjian, Daud sempat menolak Tabut Allah ketika melihat Uza dibunuh dan raja Uzia kena kusta seketika itu juga. Bahkan amarah dapat menghancurkan dengan singkat suatu pekerjaan yang telah dibangun dalam waktu lama.

Sebaliknya buanglah amarah dan kenakanlah kelemahlembutan, karena secara roh kita memang sudah diselamatkan seketika, namun proses penyangkalan daging dan jiwa kita butuh waktu yang sangat panjang. Jika firman yang seharusnya berguna ketika diterima dengan lemah lembut, akan sia-sia apabila diresponi dengan amarah.

"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." - Yakobus 1:22

Ada yang hanya menjadi pendengar saja, ini ibarat seperti seorang mahasiswa yang hadir di kelas hanya demi daftar absensi tanpa peduli apa yang diajarkan oleh dosennya. Sama seperti jemaat yang hanya datang ke gereja dan hadir di ibadah, namun tidak menangkap dan mempelajari apa yang difirmankan saat itu. Sedangkan pelaku firman, dalam bahasa Yunani disebut poietes, yang artinya juga pembuat puisi (poetry). Jadi pelaku firman itu memahami seni dan mampu bertindak dalam irama-Nya Tuhan. Pengenalan akan firman tidak sebatas teori namun sudah pernah mengalami Tuhan sendiri dalam berbagai warna. Dengan demikian sungguh antara pendengar saja dengan pelaku firman besar sekali bedanya. Pendengar mungkin bahkan tidak pernah tahu teorinya, namun pelaku bahkan memahami prakteknya.

Pelaku firman yang memiliki pengalaman pribadinya dengan Tuhan, semakin hari semakin mengenal gaya, cara, dan kehendak Tuhan. Sedangkan yang melakukan tidak sesuai dengan rhema Tuhan, itu akhirnya akan menipu dirinya sendiri. Dan mudah dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya, sebagai ganti seharusnya ia dipengaruhi oleh Roh-Nya yang kudus.

Sebagai contoh, ada seorang percaya yang belum memiliki rumah dan berdoa supaya suatu saat ia bisa punya rumah. Suatu saat Tuhan memberikan rhema untuk dia membantu membayarkan biaya kos seorang temannya, dan dia lakukan dengan sukacita. Sekian bulan kemudian, entah lewat hadiah undian atau apapun itu, orang tersebut dapat hadiah undian rumah tinggal. Dan masih ada banyak cara Tuhan menjawab doa kita. Di sinilah seninya "berpuisi" dengan kehendak Tuhan.

Sedangkan ada pihak lain yang butuh mobil, karena selama ini hanya naik motor. Namun karena memaksakan kehendak tanpa mau menunggu rhema Tuhan, orang tersebut malah berhutang, menjual motornya sebagai uang muka pembelian mobil dan berusaha menghemat luar biasa demi membayar angsuran setiap bulannya. Namun sekian waktu kemudian, terjadi hal di luar perhitungan yang mengakibatkan ia tak bisa membayar angsuran tersebut. Orang ini telah miskalkulasi dan menipu dirinya sendiri. Menjadi pelaku tapi dari modal pendengaran yang bukan rhema Tuhan.

"Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia." - Yakobus 1:25-27

Perhatikan! Pelaku rhema yang melakukan dengan tekun, ia akan merdeka dan berbahagia oleh karena perbuatannya. Dan akhirnya apa yang kita lakukan menjadi berkat bagi banyak orang, bagi yatim piatu dan janda-janda, bahkan bagi bangsa-bangsa. Tuhan memberkati!

Dia kaya menjadi miskin supaya kita menjadi kaya. Dia hidup menjadi mati supaya kita tidak mengalami kematian kedua. Kita benar hanya karena dibenarkan. Kita kuat hanya karena dikuatkan. Kita kaya hanya karena diperkaya. Kita mampu hanya karena dimampukan. 

Komentar

Postingan Populer