Iman

Iman

By : Joshua Ivan Sudrajat S


Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. (Ibrani 11 : 1)


Renungan :

Iman setiap dari anak - anak Tuhan sudah berapa kali mendengar pelajaran tentang iman dan membaca di Alkitab mengenai Iman. Banyak dari orang Kristen yang sudah tahu mengenai teori tentang iman, pelajaran iman sudah ada dalam otak kita, bahkan banyak orang berkata : beriman dong, Iman dong Tuhan Sudah Mencukupi segala kebutuhanmu.


Iman timbul dari pendengaran akan Firman Allah. Ya memang Iman timbul dari pendengaran akan Firman Allah, namun setiap orang harus mengalami namanya proses hidup dalam Iman. Proses yang dialami oleh setiap orang kristen mengenai iman berbeda - beda. Iman mempunyai level - level yang berbeda, Iman yang akan kita pelajari adalah :

Iman Sebesar Biji Sesawi (Matius 17:20)

Tuhan Yesus memberikan perumpamaan mengenai Iman sebesar Biji Sesawi. Biji Sesawi adalah biji yang paling kecil dari biji - bijian yang pernah saya lihat di dunia ini. Saya baru mengetahui biji sesawi sekecil apa, ketika saya mendapatkan oleh - oleh pembatas Alkitab dari Israel, pemberian seorang teman yang pergi ke sana. Hal ini memudahkan saya untuk merenungkan firman Tuhan Matius 17 : 20.


Seringkali iman kita sangatlah kecil ketika kita menghadapi permasalahan dalam kehidupan ini. Tuhan katakan iman sebesar biji sesawi dapat memindahkan gunung. Pengalaman saya mengenai iman sebesar biji sesawi adalah ketika mama saya harus operasi kaki, kakinya harus dioperasi karena jatuh di kamar mandi ketika dia akan buang air kecil, operasi kaki baru dilakukan bulan september 2010 karena tidak adanya biaya. Paman saya mengusahakan uang tersebut, mama saya dirawat di rumah sakit satu bulan lebih, menurut dokter yang mengoperasinya bahwa bakteri ganas yang menyerang kaki mama tidak bisa dibunuh oleh antibiotik termahal dan terbagus. Dokter mengkhawatirkan kaki mama saya akan busuk dan tidak kering, namun janji Tuhan bahwa kaki mama akan kering dan tidak diamputasi itu memang jadi kenyataan. Walaupun pada saat itu iman saya kecil sekali dan tidak ada yang mendukung dari pihak saudara kandung. Saya adalah seorang anak tunggal dan papa saya tidak mengurusi sakitnya mama saya.


Jujur  pada saat itu saya tidak mempunyai pegangan iman, saya hanya ditopang doa oleh Ko Herijanto Setyo dan Ezra Joza serta hambaNya Yongki Satya Gunawan. Pergumulan yang begitu berat saya hadapi sendirian, saat ini pun saya mengalami pergumulan mengenai masalah ekonomi. Sejujurnya saya belum mempunyai pengalaman yang namanya Jehovah Jireh, keadaan toko yang mengkhawatirkan dan saat ini saya sedang bergumul dan mempunyai kerinduan untuk tetap dalam kegerakan Tuhan.


Iman Sebesar (Matius 8 : 5 - 13)

Dalam matius 8 : 10 Tuhan Yesus berkata bahwa iman sebesar ini tidak pernah ku jumpai pada seorang pun diantara orang Israel. Iman ini terdapat pada seorang perwira Romawi yang ada di Kapernaum. Perwira Romawi ini mempunyai seorang hamba yang menderita sakit lumpuh, ia sangat menderita, namun perwira Romawi ini datang kepada Tuhan Yesus, dia merasa tidak layak untuk menerima Yesus dirumahnya jadi ia berkata : Tuhan katakan sepatah kata saja maka hambaku akan sembuh, perwira ini mempunyai iman yang besar, Kesembuhan terjadi atas hambanya karena Iman Perwira Romawi di Kapernaum (Matius 8 : 13).

Papa saya sekitar bulan Mei - Juni 2010 mengalami serangan menurut istilah kedokteran Stroke dan hampir saja maut menjemputnya, namun karena Anugerah Tuhan papa saya sembuh dan normal kembali, dia dirawat di Rumah Sakit hanya beberapa jam saja. Saya menghubungi Kak Yanta untuk berdoa melalui Hand Phone. Iman yang besar untuk kesembuhan ada pada saat itu.


Iman Kerendahan Hati (Markus 7 : 24 - 30)

Iman seorang wanita Siro Fenisia, wanita ini seorang Yunani, Ia tersungkur didepan kaki Yesus, walaupun ia terhormat namun ia merendahkan dirinya dan ia tahu bahwa hanya Tuhan Yesus yang dapat mengusir setan yang ada ditubuhnya. Ia merasa tidak layak, sehingga ia menunggu waktu Tuhan, ia sama seperti anjing yang memungut makanan dari remah - remah yang jatuh dari meja. Perempuan ini mempunyai sikap hati Hineni.

Hendaknya kita belajar untuk mempunyai sikap hati Hineni dalam kehidupan kita sehari - hari. Amin


Jatiwangi, 10 Februari 2012

By His Grace


Joshua Ivan S   

Komentar

Postingan Populer