Jubah Kebenaran

Jubah Kebenaran


Jubah Kebenaran

Pakaian Apakah yang Kita Kenakan ?
Pakaian melambangkan kepribadian seseorang.
Pakaian rohani seperti apa yang mencirikan karakter kekristenan kita ?
MAZMUR 109:18 — “ Ia memakai kutuk sebagai bajunya - biarlah itu merembes seperti air ke dalam dirinya, dan seperti minyak ke dalam tulang-tulangnya.”

Di dalam Firman TUHAN, kita telah belajar bahwa bila di dalam hati kita ada ROH KUDUS maka yang keluar dari dalam hati kita adalah hal-hal yang baik, yang sesuai dengan Firman TUHAN. Sedangkan hal yang kita baca dalam ayat di atas adalah bila seseorang yang mengenakan kutuk atau kejahatan sebagai pakaiannya (di bagian luarnya), maka lambat laun hidup orang itu akan ditutupi kutuk, penuh dengan kejahatan dan dosa. Dari luar, bila hidupnya "dilapisi" kejahatan, maka kejahatan itu akan merembes ke dalam dirinya hingga ke tulang-tulangnya.

Minyak atau air yang merembes terjadi dengan lambat, pelan tapi pasti. Jadi, kalau kita memakai pakaian kejahatan, lambat laun pengaruh kejahatan itu akan merasuk di dalam diri kita hingga ke bagian terdalam hidup kita. Baik kejahatan maupun kebenaran, tidak terjadi secara instan. Orang yang baru bertobat hari ini tidak tiba-tiba menjadi orang yang imannya setebal tembok Cina. Tetapi, bila setiap hari orang itu memakai baju kebenaran, maka kebenaran Firman itu merembes dan akhirnya memenuhi seluruh dirinya sehingga dia menjadi orang yang hidup dalam kebenaran Firman. Demikian pula dengan kejahatan. Kalau anak kita "tiba-tiba" menjadi pemberontak, sebenarnya bukan tiba-tiba dia berubah. Tetapi "pakaian" yang dikenakannya, tak jarang orangtuanya yang memakaikan "pakaian" itu kepada anaknya yang membuat si anak lambat tapi pasti berubah perangainya.

Banyak orang yang dari mulutnya gampang sekali keluar kutuk. Tetapi ketika ditegur dia berdalih, "Ah, itu kan cuma di mulut saja. Di dalam hati saya tidak ada maksud begitu." Pakaian kutuk bila terus menerus dipakai, itu akan meresap di dalam diri kita dan tanpa terasa kita sudah berubah menjadi orang yang dimurkai ALLAH.

LUKAS 16:19, 31 — “ 19/ Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. 31/ Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."

Ayat di atas merupakan perumpamaan (bukan kisah nyata) yang disampaikan TUHAN YESUS untuk mengajar murid-murid-NYA. Dalam perumpamaan ini digambarkan ada orang kaya yang setiap hari memakai jubah ungu. Jubah ungu bermakna orang ini merasa dirinya raja (jubah ungu biasanya dipakai oleh orang yang punya kedudukan tinggi, bangsawan, raja), punya kesombongan. Kelihatannya, jubah hanya dipakai di bagian luar tubuh. Tetapi, jubah kesombongan yang dipakai tiap hari lambat laun merasuk, menjadi karakter orang kaya ini. Kesombongan membuat orang kaya ini tidak mau memedulikan Lazarus yang miskin dan membutuhkan makanan, sehingga Lazarus hanya bisa menikmati remah-remah makanan yang jatuh dari meja si kaya.

Kesombongan yang merasuk, tak hanya terhadap Lazarus, kesombongannya telah merambah ke semua orang, dan juga kepada ALLAH. Karena sombongnya, orang kaya ini tidak mau menerima TUHAN. Konsekuensinya, setelah meninggal dunia, dia menderita dengan hebat di alam maut. Berbeda dengan Lazarus yang setelah meninggal dunia berada di pangkuan Abraham.

Ketika orang kaya ini melihat Lazarus di pangkuan Abraham, dia berteriak supaya Lazarus kembali ke dunia untuk menginjili saudara-saudara orang kaya ini yang belum bertobat. Dalam ayat 31, Abraham menjelaskan bahwa ada kitab Musa (jubah kebenaran) yang bisa mereka pelajari. Kalau saudara-saudara orang kaya ini mau memakai jubah kebenaran, mereka akan hidup benar sehingga tidak akan menjadi penghuni neraka. Sedangkan kalau orang itu tidak (mau) memakai jubah kebenaran, sekalipun ada orang mati bangkit menginjili mereka, maka mereka tetap tidak akan bertobat. Hipotesis orang kaya ini terbukti salah. Sebab TUHAN YESUS bangkit dari kematian, tetapi masih banyak orang yang tidak mau percaya kepada-NYA.

Baju juga berbicara tentang lingkungan. Bila kita terus menerus memakai baju kotor (terus menerus berada di dalam lingkungan yang tidak sehat), lambat laun hal-hal yang tidak berkenan kepada TUHAN YESUS akan merasuk ke dalam diri kita. Ada orang yang menganggap dirinya kuat, sekalipun dalam lingkungan tidak sehat, dia tetap tidak akan terpengaruh. Tetapi, sampai kapan kita kuat melawan pengaruh tidak sehat?

AYUB 29:14 — “ aku berpakaian kebenaran dan keadilan menutupi aku seperti jubah dan serban."

Ayub setiap hari memakai pakaian kebenaran dan keadilan. Baju yang kelihatannya hanya dipakai di bagian luar saja. Tapi, pengaruhnya besar. Keadilan dan kebenaran meresap ke dalam dirinya. Terbukti, ketika menghadapi pencobaan dari iblis, tidak ada hal-hal yang jelek yang keluar dari dalam diri ayub, tidak ada kutuk yang keluar dari mulutnya. ALLAH sendiri menyebut Ayub sebagai orang saleh. Kesalehan itu didapatkan Ayub bukan karena memakai jubah kebenaran dan keadilan sehari saja; jubah itu dipakai Ayub setiap hari.

1 SAMUEL 2:18-19 — “ Adapun Samuel menjadi pelayan di hadapan TUHAN; ia masih anak-anak, yang tubuhnya berlilitkan baju efod dari kain lenan. Setiap tahun ibunya membuatkan dia jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama suaminya pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan."

Hana yang tidak memiliki keturunan karena mandul, bernazar kepada TUHAN dan TUHAN menjawabnya dengan mengaruniakan anak laki-laki yang diberi nama Samuel. Samuel masih kecil ketika diserahkan Hana kepada imam Eli untuk menjadi pelayan TUHAN. Seharusnya di Bait ALLAH para imam berpakaian kekudusan. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Para pelayan TUHAN, baik imam Eli maupun anak-anaknya berjubahkan kutuk. Sebab, imam Eli tidak mampu menegur anak-anaknya yang berbuat jahat di mata ALLAH.

Di tengah lingkungan orang-orang yang berjubah kebobrokan iman, Samuel tumbuh dewasa. Menariknya, Samuel sukses menjadi imam, nabi, dan juga hakim. Samuel sukses melantik dua raja besar: raja Saul dan Daud, yang artinya kedudukannya lebih tinggi dari raja. Mengapa Samuel bagaikan ikan yang berenang di air laut namun tidak menjadi asin? Rahasianya, dalam ayat 19. Setiap tahun Hana datang di Silo untuk mempersembahkan korban. Kedatangan Hana ini juga untuk mengunjungi Samuel. Setiap Hana mengunjungi anaknya, dia juga membawakan jubah bagi Samuel. Kunjungan Hana ke Silo tidaklah lama, mungkin hanya beberapa jam saja Hana dan Samuel dapat menikmati quality time setahun sekali.

Jubah kebenaran yang dipakaikan Hana kepada Samuel setiap tahun itu merembes ke dalam hidup, hati, sampai ke tulang-tulang Samuel terisi dengan kebenaran yang Hana miliki. Hana memiliki kebenaran karena terbukti nazarnya yang diucapkan dengan iman dijawab TUHAN. Pengaruh berupa iman dari Hana itu meresap ke dalam kehidupan Samuel. Karena sedari kecil dipakaikan baju kebenaran oleh Hana, Hana tak perlu repot-repot mengingatkan dan mengontrol Samuel.

Jubah kebenaran maupun jubah kejahatan dan kutuk memiliki pengaruh yang sama bagi seseorang. Walau hanya dilakukan setahun sekali, jubah keburukan juga akan meresap ke dalam kehidupan seseorang. Setiap akhir Oktober, banyak anak-anak muda yang merayakan Halloween dengan memakai kostum yang seram atau kostum yang menggambarkan setan. Kelihatannya sepele, sekadar memakai kostum saja. Katanya, hanya untuk lucu-lucuan saja. Saya bukan fanatik. Tapi, ini adalah salah satu trik setan untuk mencoba memakaikan baju yang tidak benar, yang kelihatannya "tipis".

Memakai jubah kebenaran semenjak usia dini sangatlah penting. Itulah sebabnya mengapa di gereja tersedia kelas-kelas Sekolah Minggu bagi anak-anak bayi hingga usia remaja. Kelihatannya pekerjaan yang sia-sia membuka kelas bagi anak-anak bayi. Mereka belum bisa menyanyi memuji TUHAN, berdoa dan juga belum mengerti Firman yang disampaikan. Dalam kebaktian Sekolah Minggu, yang menyanyi, berdoa, dan mendengar Firman adalah kakak-kakak (guru) Sekolah Minggu dan baby sitter atau orangtua yang mendampingi. Namun, dengan bertumbuhnya fisik mereka, tanpa disadari jubah kebenaran yang telah mereka kenakan sedari kecil meresap, menumbuhkan, dan membentuk iman mereka.

KEJADIAN 37:3, 23 — “ 3/ Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. 23/ Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, mereka pun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu."

Menjadi anak kesayangan Yakub (Israel), Yusuf diberi jubah yang maha indah oleh Yakub. Jubah berbicara tentang Firman dan ROH KUDUS; jubah Yusuf juga berbicara tentang raja. Dengan kata lain, Yakub mengatakan bahwa Yusuf akan menjadi raja. Kelihatannya hanya jubah, namun pengaruhnya merembes ke dalam diri Yusuf. Iri hati yang memenuhi kesepuluh kakak Yusuf membuat mereka menanggalkan jubah Yusuf, lalu mencelupkan jubah itu ke darah binatang dan kemudian melaporkan bahwa Yusuf mati diterkam binatang buas. Apakah itu berarti Yusuf batal menjadi raja? Tidak. Yusuf tetap menjadi raja. Sebab, "jubah raja" itu sudah meresap ke dalam dirinya.

Jubah Yusuf dirampas dua kali. Pertama oleh kakak-kakaknya. Yang kedua, oleh istri Potifar. Kendati sampai dua kali jubahnya dirampas, Yusuf tetap "memakai jubah" yang dulu dipakaikan Yakub kepadanya. Dan pengaruh yang telah merembes itu, sulit dan butuh proses panjang untuk ditarik kembali. Begitu pula bila kita memakaikan jubah kebenaran kepada anak-anak kita sejak usia dini, kebenaran Firman akan merembes ke dalam kehidupan mereka sehingga hidup anak-anak kita akan berbeda dengan dunia.

LUKAS 15:21-22 — “ Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya."

Dalam perumpamaan anak terhilang, si anak bungsu yang telah berfoya-foya sehingga hartanya habis, maka dia dan kembali pulang dalam keadaan miskin dan compang camping. Dia sudah mempersiapkan mentalnya, dengan mengatakan bahwa dia telah berdosa dan tidak layak disebut anak ayahnya. Bagaimana respons sang ayah terhadap kepulangan anak bungsunya ini? Sang ayah tidak mengatakan, "Tidak anakku, engkau tetap anakku." Sang ayah juga tidak menyuruh para pembantunya membawakan makanan terenak karena anaknya datang dalam kondisi yang lapar, bahkan kelaparan.

Yang pertama kali disiapkan sang ayah bagi anaknya ini adalah jubah yang terbaik. Jubah yang dimiliki sang ayah (gambaran BAPA di Surga), bila dipakaikan kepada anaknya, maka karakter bapa akan meresap ke dalam hidup anaknya. Tanpa memiliki karakter yang baik, disiapkan makanan apa pun akan membuatnya makan "gaya babi". Hal ini menggambarkan bila orang yang sudah hidup di luar kebenaran, jangan buru-buru diberi berkat. Yang terlebih penting adalah membenahi hidupnya dengan kasih dan kebenaran BAPA terlebih dahulu. Setelah kebenaran Surgawi meresap di dalam hidupnya, barulah dia layak menerima berkat. Sebab percuma saja diberi berkat bila belum memakai jubah kebenaran, maka hidupnya akan tetap seperti sebelumnya yang hidup tidak karu-karuan. Jubah, cincin dan sepatu memang dikenakan di bagian luar tubuh. Namun, bila dipakai setiap hari, maka hari demi hari karakter sang ayah akan meresap kembali. Dan proses ini mungkin butuh waktu sampai beberapa bulan.

MARKUS 10:49-50 — “ Lalu YESUS berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, IA memanggil engkau." Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan YESUS."

Orang buta dalam zaman YESUS KRISTUS tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan. Salah satu dari sedikit pilihan yang ada yaitu menjadi pengemis. Itulah pekerjaan yang dilakukan Bartimeus: mengemis di pinggir jalan. Ketika TUHAN YESUS lewat di jalan itu, Bartimeus berteriak, "YESUS, Anak Daud, kasihanilah aku!" Pengenalan Bartimeus akan YESUS KRISTUS ini merembes ke dalam hatinya. Dan ketika akhirnya TUHAN YESUS memanggil Bartimeus, dia menanggalkan jubah pengemisnya. Zaman itu, pengemis memakai jubah pengemis untuk membedakannya dengan orang lain.

Mengapa sangat penting bagi Bartimeus untuk menanggalkan jubah pengemisnya sebelum bertemu TUHAN YESUS KRISTUS ? Sebab bila masih memakai jubah pengemis, masih memiliki mental pengemis, mungkin yang diharapkannya dari YESUS sekadar uang receh saja. Salah satu sebab orang Kristen hanya mendapat berkat "receh" saja karena ia masih memakai "jubah pengemis", belum mengenakan jubah kebenaran dari YESUS KRISTUS. Dengan menanggalkan jubah pengemis, Bartimeus kini mengenakan jubah baru, jubah kebenaran dari YESUS.

MARKUS 10:51-52 — “ Tanya YESUS kepadanya: "Apa yang kau kehendaki supaya AKU perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata YESUS kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti YESUS dalam perjalanan-NYA."

Pertanyaan TUHAN YESUS, "Apa yang kau kehendaki supaya AKU perbuat bagimu?" menunjukkan TUHAN YESUS meminta konfirmasi dari Bartimeus. Apakah memang benar-benar Bartimeus meminta kesembuhan, ataukah dia hanya mengharap belas kasihan berupa uang sekadarnya saja? Dan jawaban Bartimeus menegaskan bahwa dia benar-benar ingin berkat besar berupa dapat melihat.

Bartimeus memanggil TUHAN YESUS dengan sebutan "Rabuni" atau "GURU". Berarti, Bartimeus memosisikan dirinya sebagai murid YESUS, bukan sebagai pengemis yang mengharapkan diberi uang sekadarnya oleh siapa saja yang lewat di hadapannya. Bartimeus menjadi murid YESUS KRISTUS sebab kini dia sudah memakai jubah kebenaran dari YESUS.

Saat menyembuhkan Bartimeus, TUHAN YESUS mengatakan, "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Iman datang dari tekun mendengar Firman TUHAN (memakai jubah kebenaran setiap hari). Kalau kita serius dalam mendengar Firman TUHAN, tidak perlu setiap ibadah meminta didoakan dan ditumpangi tangan, sebab iman kita yang menyelamatkan kita. Setelah YESUS KRISTUS mengatakan demikian, saat itu juga Bartimeus dapat melihat.

Kelihatannya meleknya Bartimeus terjadi secara instan. Tetapi, sebenarnya hal ini tidak instan. Prosesnya sudah dimulai dari dia mendengar Firman, mengenal YESUS KRISTUS, menanggalkan jubah pengemisnya, dan kemudian memakai jubah kebenaran. Kebenaran yang membalut tubuhnya meresap ke dalam kehidupannya. Maka pada saatnya, dia menerima dan menikmati berkat luar biasa berupa kesembuhan dari TUHAN YESUS KRISTUS. Dan kemudian Bartimeus mengikut YESUS dan meninggalkan pekerjaannya sebagai pengemis.

MATIUS 14:35-36 — “ Ketika YESUS dikenal oleh orang-orang di tempat itu, mereka memberitahukannya ke seluruh daerah itu. Maka semua orang yang sakit dibawa kepada-NYA. Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-NYA. Dan semua orang yang menjamah-NYA menjadi sembuh."

Ayat di atas ini sungguh luar biasa. Orang-orang sakit yang datang dari seluruh penjuru daerah itu semuanya disembuhkan TUHAN YESUS KRISTUS, bukan dengan cara memakai jubah YESUS, tetapi hanya dengan menjamah ujung jubah YESUS. Bayangkan saja, jumbai jubah TUHAN YESUS KRISTUS mendatangkan kesembuhan atas berbagai macam penyakit. Terlebih lagi bila kita mengenakan jubah YESUS.

Jubah TUHAN YESUS miliki semua orang yang percaya kepada-NYA. Pada saat YESUS KRISTUS di kayu salib, jubah-NYA ditanggalkan, dan dibuang undi (artinya bisa menjadi milik siapa saja yang percaya kepada-NYA). Sebab, yang membuang undi tidak percaya kepada TUHAN YESUS KRISTUS. Inilah kesempatan bagi kita.

Marilah kita tanggalkan jubah kita yang lama, dan menerima jubah kebenaran dari YESUS dengan cara menerima Firman dengan sungguh-sungguh. Janganlah mencari berkat jasmani menjadi tujuan utama dalam kita beribadah, tetapi carilah jubah kebenaran. Dengan demikian, hidup kita akan diubahkan menjadi hidup yang baru dan penuh berkat, Amin.

TUHAN YESUS Memberkati.

Komentar

Postingan Populer