Signs and Wonder

Signs and Wonder
Ark of Christ, 9 November 2015

Ev Iin Tjipto Wenas


Kita benar-benar berada di penentuan. Di depan ada masa keajaiban, kelimpahan, signs and wonders, masa yang tidak bisa dibayangkan, masa lawatan yang ajaib, tapi hari-hari ini menentukan. Dari sekarang hingga bulan Maret, adalah masa-masa menentukan. Semua ada fase / masanya. Dari Daud diurapi menjadi raja, masuk masa pendidikan, diangkat jadi raja Yehuda, lalu jadi Raja Israel, ada fase demi fase. Sama seperti bangsa Israel, mereka dibawa keluar dari Mesir, masuk padang gurun, masuk masa peperangan, masuk masa nabi-nabi, hakim-hakim, dll.
Saul sudah berhasil menjadi raja selama 2 tahun, lalu ketika dia masuk dalam fase penetapan, dia gagal, dia turun dan hingga ujungnya bunuh diri. Belajar dari Saul agar tidak ada satupun dari kita yang turun atau gagal, biar semuanya naik.
Hal pertama:
1 Samuel 9:20-21
20: Adapun keledai-keledaimu, yang telah hilang tiga hari lamanya sampai sekarang, janganlah engkau kuatir, sebab telah diketemukan. Tetapi siapakah yang memiliki segala yang diingini orang Israel? Bukankah itu ada padamu dan pada seluruh kaum keluargamu?"
21: Tetapi jawab Saul: "Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku yang paling hina dari segala kaum suku Benyamin? Mengapa bapa berkata demikian kepadaku?"
Kalau iblis sudah menanamkan sesuatu di pikiran, kalau tidak dibereskan, itu akan menjadi sesuatu yang sangat menghancurkan. Dari kehidupan domba, salah satu yang paling berbahaya adalah lalat. Lalat itu masuk ke telinga domba, lalu pergi, dan seringkali domba dan gembalanya tidak tahu kalau ada telur lalat tersebut di telinga domba. Lalu telur itu pecah, menjadi larva, masuk dan memakan otak dari domba itu, lalu makin besar, membuat domba itu kesakitan, lalu domba itu menabrak, jatuh ke jurang, tidak bisa mendengar suara gembalanya lagi.
Apa cirinya kalau iblis menaruh larva itu di manusia? Kalau cara pandang kita dengan cara pandang Tuhan berbeda. Kalau engkau tidak mau mengubah cara pikir pada Tuhan, hingga engkau memiliki cara pikir Tuhan, suatu saat itu akan menjadi ulat dan akhirnya engkau tidak bisa berpikir dan mengendalikan diri lagi.
Sama seperti Saul dikatakan kalau apa yang diinginkan orang Israel ada pada Saul, tapi dia berkata kalau kaumya paling hina, sukunya paling kecil, tidak ada apa-apa, dll. Cara pandangnya itu berbeda! Kelihatannya hineni, tapi itu awal dari keminderan yang kemudian menjadi iri, yang akhirnya menghabisi hidupnya. Berdoa pada Tuhan apakah ada cara pandang yang iblis taruh dalam hidup kita. Apapun yang iblis tanam dalam hidupmu dan kalau engkau tidak bertanya pada Tuhan dari sudut pandangnya dan bagaimana cara menangnya dan kemenangannya, pada akhirnya engkau akan habis karena roh penyesat tersebut. Di akhir zaman, roh dusta bisa menyeret sepertiga dari bintang. Biarkan cara pandang kita sepakat dengan cara pandang Tuhan.
Hal kedua:
1 Samuel 10:10-11
10: Ketika mereka sampai di Gibea dari sana, maka bertemulah ia dengan serombongan nabi; Roh Allah berkuasa atasnya dan Saul turut kepenuhan seperti nabi di tengah-tengah mereka.
11: Dan semua orang yang mengenalnya dari dahulu melihat dengan heran, bahwa ia bernubuat bersama-sama dengan nabi-nabi itu; lalu berkatalah orang banyak yang satu kepada yang lain: "Apakah gerangan yang terjadi dengan anak Kish itu? Apa Saul juga termasuk golongan nabi?
Saul tidak memulai dengan daging, tapi dia dipenuhi roh Allah. Bahkan sebelum diangkat menjadi raja dan orang tidak kenal pun dia memulai dengan roh, tapi sayang dia mengakhirinya dengan daging.
Biar kita yang memulai dengan roh, selesaikan dengan roh, jangan biarkan kecapimu berdebu. Dalam hidup Saul, saat itulah yang pertama dan terakhir ketika dia bernubuat, bernyanyi. Ketika dia menjadi orang yang mau diurapi menjadi raja, Tuhan taruh kecapi cinta, penyembahan, nubuatan, mazmur, dan harusnya kecapi itu day by day berbunyi, tidak berdebu, tapi untuk Saul, kecapi itu hanya sekali dimainkan dan kemudian digeletakkan, dan itulah juga yang membuat dirinya hancur. Karena itu ketika Daud mengalami apapun, dia selalu bernyanyi dan bernyanyi, hingga keluar ata-kata jangan pernah ambil rohMu dari dalam hidupku. Kenapa Daud bermain kecapi dan Saul dibebaskan, apa maksudnya? Karena Tuhan mau berkata kalau kecapinya mati.
Sesibuk apapun Bahtera, jangan sampai kehilangan kecapi itu, jangan hanya show dan mau melayani jemaat tapi pribadi kita kehilangan kecapi. Kalau semua dalam hidupmu sudah jadi beban, rutinitas, itu artinya kecapimu berdebu. Engkau bisa menari, tapi tidak seperti dahulu, itu kecapimu berdebu. Mungkin ketika di awal melihat jubah pun sangat senang, ketika mau menari berpuasa, menangis, ketika latihan berapa jam pun sangat senang, kesukaan, dan tidak hanya penari, sama halnya kepada pemusik, singer, pengkhotbah, dll, kalau semua sudah jadi beban dan rutinitas, artinya kecapimu berdebu. Jangan sampai kecapimu tidak berdenting karena hatimu sudah beku, hatimu menebal.
Hal ketiga:
1 Samuel 10:26-27
26: Saulpun pulang ke rumahnya, ke Gibea, dan bersama-sama dengan dia ikut pergi orang-orang gagah perkasa yang hatinya telah digerakkan Allah.
27: Tetapi orang-orang dursila berkata: "Masakan orang ini dapat menyelamatkan kita!" Mereka menghina dia dan tidak membawa persembahan kepadanya. Tetapi ia pura-pura tuli.
Awalnya bahkan Tuhan menggerakkan orang untuk mengikuti Saul, dan itulah pengurapan. Pengurapan membuat semua yang engkau perlukan itu akan datang dalam hidupmu, dan ketika engkau diluar pengurapan, apapun yang engkau kejar bahkan akan meninggalkan engkau. Engkau butuh kasut baru, artinya kembali di jalurmu, kembali di pengurapanmu. Seringkali tanpa sadar kita menggantikan pengurapan dengan sesuatu yang berbeda. Pengurapan tidak bisa digantikan dengan sehebat apapun yang dari manusia. Jangan pernah kehilangan pengurapan.
Hal keempat:
1 Samuel 13:8-13
8: Ia menunggu tujuh hari lamanya sampai waktu yang ditentukan Samuel. Tetapi ketika Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah rakyat itu berserak-serak meninggalkan dia.
9: Sebab itu Saul berkata: "Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu." Lalu ia mempersembahkan korban bakaran.
10: Baru saja ia habis mempersembahkan korban bakaran, maka tampaklah Samuel datang. Saul pergi menyongsongnya untuk memberi salam kepadanya.
11: Tetapi kata Samuel: "Apa yang telah kauperbuat?" Jawab Saul: "Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas,
12: maka pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku belum memohonkan belas kasihan TUHAN; sebab itu aku memberanikan diri, lalu mempersembahkan korban bakaran."
13: Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya.
Padahal Tuhan mau mengokohkan kerajaannya, tapi tidak jadi, karena dia gagal dalam ujian. Jangan sampai korban diletakkan karena mencoba menyuap Tuhan dan bukan karena cinta, karena itu akan jadi korban yang kotor, mezbah yang retak, bukan menjadi mezbah yang utuh dan korban yang terbakar habis semuanya. Saul membakar korban bukan sama sekali karena cinta, tapi tidak mau rakyatnya pergi, dia berpikir dengan dia membakar korban dan Tuhan memberi kemenangan. Dia pikir dia bisa menyuap Tuhan dengan korban tersebut. Ada yang berpikir dengan berpuasa, memberi yang terbaik, tapi dengan motivasi yang salah, karena "memancing Tuhan". Tuhan tidak pernah berhutang, Tuhan menyukai korban, tapi Tuhan suka korban cinta, korban yang tidak dikotori appaun, karena seringkali tanpa sadar kita berubah, korban kita bisa seperti Ananias dan Safira untuk menunjukkan sesuatu, bisa seperti Saul untuk meminta sesuatu, korban kita bisa rutinitas, korban kita bisa seperti Uzia, membawa korban dengan kesombongan dan dia mengalami kusta
Bahtera akan mengalami suatu fase dan kita akan masuk ke suatu fase yang berbeda. Anak kecil ketika berbuat salah mungkin tidak akan apa-apa, tapi ketika Daud menghitung, jutaan orang mati. Nebukadnezzar berkata betapa besarnya kerajaanku, 10 tahun menjadi binatang, Uzia membawa bokor, dan itu bukan bau harum, dia terkena kusta. Uza adalah imam, dan dia hanya ingin menjaga agar tabut tidak jatuh, dia memegang dalam ketidaktepatan, dia disambar Tuhan. Berkatmu akan lebih dahsyat, semua akan lebih ajaib, urapan akan sangat besar dicurahkan, masa ini akan datang, tapi jangan kotori korban persembahanmu.
Hal kelima
1 Samuel 15:22-28
22: Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
23: Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
24: Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka.
25: Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN."
26: Tetapi jawab Samuel kepada Saul: "Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak firman TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai raja atas Israel."
27: Ketika Samuel berpaling hendak pergi, maka Saul memegang punca jubah Samuel, tetapi terkoyak.
28: Kemudian berkatalah Samuel kepadanya: "TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu.
Saul tidak pernah bisa bertobat, hatinya terus berdalih, beralasan. Dibilangnya tapi, tapi, tapi. Yang dicintai tidak pernah Tuhan, tapi tahta. Yang ditakuti bukan Tuhan, tapi rakyat. Dia butuh Tuhan, tapi dia tidak pernah sungguh-sungguh mencari Tuhan, dia memperalat Tuhan, Samuel, dia pakai syarat untuk ikut Tuhan. Dia berkata kepada Samuel dengan syarat, intimidasi, dengan perhitungan, dan berdagang dengan Tuhan, dengan berkata kalau Samuel mau mengikuti Saul, dia akan sujud kepada Tuhan. Ada satu titik saat engkau mau coba paksa Tuhan, maka tiba-tiba jubah itu terkoyak, dan ketika itu terkoyak, panggilan itu lepas dari hidup kita, dan panggilan kita dilimpahkan kepada orang lain. Tuhan tidak butuh kita, tapi kita yang butuh Tuhan. Betapa berharganya menjadi seorang imam, bisa berdiri di antara Tuhan dan manusia, jangan sampai jubah itu terkoyak dan semuanya habis. Saul tidak pernah mengerti arti tanggungjawab sebuah jabatan, dia hanya mau fasilitas, tapi tidak memiliki integritas.
Bahtera akan masuk masa baru, tapi kita harus ingat, jabatan tidak bisa tanpa integritas, Tuhan tidak bisa dimanfaatkan, kita yang harus sujud dan gemetar di hadapan Tuhan. Biar kita menangkap semuanya, sampai milyaran jiwa diselamatkan. Biar kita tahu menghargai betapa berharganya panggilan Tuhan dalam hidup kita.

Komentar

Postingan Populer