Hamba Yang Merasa Berjasa

Hamba Yang Merasa Berjasa
Ev. Yusak Tjipto Purnomo


Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu o  dan dengarlah, p  bukalah mata-Mu dan lihatlah q  kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, r  sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu s  yang berlimpah-limpah. (Daniel 9 : 18)

9:4 Janganlah engkau berkata dalam hatimu, p  apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena kefasikan q  bangsa-bangsa r  itulah 1  TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu. 9:5 Bukan karena jasa-jasamu s  atau karena kebenaran hatimu 2  engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan t  bangsa-bangsa u  itulah, TUHAN, Allahmu, menghalau v  mereka dari hadapanmu, dan supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah w  kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub. x  9:6 Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu TUHAN, Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa y  yang tegar tengkuk!" (Ulangan 9:4-6)

Jika kita jujur dengan melihat sekitar kita dan jujur terhadap diri kita sendiri akan timbul kesadaran dimana hamba yang satu berbeda dengan hamba yang lain. Pertama-tama status setiap hamba dihadapan Tuannya jelas berbeda. Ada hamba yang mendapat kepercayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hamba yang lain.

Ada juga yang kedekatannya berbeda sehingga kepadanya hubungan mereka menjadi hubungan persahabatan. Selain status berbeda, ternyata sikap hamba yang satu dengan yang lain juga tidaklah sama.

Ada hamba yang ketaatannya hanya jika didepan Tuannya. Adapula yang ketaatannya penuh dengan integritas, artinya dalam dan luarnya sama. Juga ada hamba yang melakukannya demi upah. Tetapi ada pula yang bertugas dengan rasa syukur karena baginya itu suatu kehormatan. Upah ataupun tanda jasa tak pernah jadi angan-angannya. Yang terakhir ini pada akhirnya melakukan tugasnya karena kasih.

Perbedaan-perbedaan itulah yang membuat setiap pelayan Tuhan berada di level-level yang berbeda. Dan perbedaan level-level akan mempengaruhi semua aspek pelayanan serta kehidupan si hamba itu sendiri. Hamba yang sudah merasa sudah sampai pada apa yang menjadi cita-cita manusia tidak akan terbuka untuk sebuah perubahan. Akibatnya ia akan menjadi begitu kaku dan tidak fleksibel dengan kemauan Tuhan. Ia merasa sudah tahu segalanya. Dia berpikir bahwa menjadi seorang hamba Tuhan tidak lebih dari suatu profesi yang sama dengan profesi lain.

Padahal penghambaan berbeda dengan profesi. Penghambaan adalah suatu proses pengosongan diri sedang profesi tidak lain adalah mata pencaharian, pada klimaks dari sikap yang kaku dan tidak merasa perlu diubah inilah titik yang amat berbahaya. Ketidaksiapan kita untuk diubah dan terus diubah akan membatasi tangan Tuhan terus bergerak lewat hidup kita. Jangan heran pada satu puncak dari semuanya itu, tanganNya tidak akan lagi bisa menggenggam kita. Dia harus meletakkan kita dan memungut alat yang lain, yang sesuai dengan kebutuhanNya. Karena itu ingatlah, alat harus menyesuaikan diri. Jika tidak cocok lagi untuk kebutuhan Tuannya pasti akan diletakkannya.

Pada dasarnya ada empat level sikap hamba yang kita kenal. Sebagian besar para pelayan Tuhan ada dilevel pertama, yaitu Hamba Yang Merasa Berjasa. Seperti apa ciri-ciri Hamba Yang Merasa Berjasa ini..... (Bersambung)

Jatiwangi, 1 Mei 2016
By His Grace
Jurnalis : Joshua Ivan Sudraja

Komentar

Postingan Populer