SAYAP IMAN

Sayap Iman
Pdt. Petrus Agung Purnomo & Ev. Iin Tjipto Wenas


Karena iman, maka Nuh--dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan r --dengan taat mempersiapkan bahtera s  untuk menyelamatkan keluarganya; t  dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. u (Ibrani 11:7)

Kalimat kunci yang saya mau bagi adalah dengan Iman, karena iman dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan maka Nuh Taat. Ini sebuah sayap yang ajaib sekali. Ini sebuah sayap terobosan yang luar biasa. Nuh tidak melihat apa-apa, dia hanya mendengar petunjuk Tuhan dan mentaatinya. Dibutuhkan orang yang cukup gila sebetulnya untuk anda hidup seperti Nuh. Banyak orang mengatakan bahwa Nuh itu membangun bahtera kira-kira seratus dua puluh tahun lamanya dan hanya delapan orang yang mengerjakan ini dan tidak ada pengikut tambahan.

Kita tim bahtera lumayan, ada ribuan orang yang mengikuti. Dan saya mau berkata kepada anda terus terang kami minta maaf pada saat acara bahtera di Cirebon. Sebenarnya kesalahan paling besar ada pada kami hamba-hambaNya dan Tuhan berurusan cukup kuat dan keras kepada kami. Tetapi Tuhan berkata begini : “Jemaat lulus semua karena tidak ada yang ngomel.” Jika anda berkata : “Saya ngomel pak,” ya berarti anda tidak lulus. Saat itu lokasi tempat ibadah harus dipindah-pindah dan terakhir kami masuk di satu gereja dan kondisinya seperti di Sauna, tidak ada yang bisa gerak dan panasnya luar biasa tetapi jemaat ikut sampai jam dua belas siang. Tuhan berkata : “Mereka lulus dengan baik dan Aku memberi upah dan anugerah kepada mereka luar biasa.”

Nuh hanya berdelapan, tidak ada satupun diluar keluarganya yang mau bergabung. Dia tidak melihat apa-apa secara jasmani. Dan tidak ada ramalan cuaca saat itu. Jika anda menanti hanya satu atau dua bulan saja itu mungkin masuk akal. Tetapi Nuh saat itu harus menanti ratusan tahun dan selama waktu itu tidak pernah ada uji coba air bah. Bahkan Tuhan tidak pernah berkata : “Baiklah Nuh, supaya mereka percaya, Aku beri tsunami kecil-kecilan.” Tidak pernah ! Semua tempat pada saat itu dalam keadaan kering. Tetapi ajaibnya, Nuh tetap taat dan ini bagian yang tidak mudah sebenarnya untuk orang percaya. Apakah kita bisa tetap mentaati petunjuk dan apa yang Tuhan perintahkan di saat anda tidak melihat apa-apa.

Kalau anda belajar dalam kehidupan dari banyak orang anda akan diajari bahwa jika gagal merencanakan maka anda merencanakan untuk gagal, lalu Nuh merencanakan apa ? Membangun Bahtera itu yang mustahil. Pengikut Nuh terakhir adalah binatang semua dan tidak ada manusia. Apakah anda bisa tetap percaya jika diperhadapkan dengan hal ini ? Ini bukanlah hal yang mudah. Saya mengalami cukup banyak dengan Tuhan tetapi sejujurnya saya tidak pernah berani menantang Tuhan untuk memberi tugas lagi. Saya tidak berani setiap kali Dia memberi saya tugas, perut saya menjadi mulas dan badan saya panas dingin. Apalagi saya bukan tipe orang penjudi dalam kehidupan saya ini. Semua saya hitung tetapi sering kali itu yang diabaikan Tuhan, sehingga malah membuat keringat dingin yang keluar.

Ketika Ia mulai perintahkan untuk berbuat sesuatu seringkali yang keluar dari respon saya bagaimana mungkin dan jika saya berpikir saya akan berkata ini hal gila. Dan mungkin saya yang gila. Bagaimana tidak, dalam waktu hanya 6 bulan Tuhan menyuruh saya membuat sekolah. Anda mungkin seorang yang paling hebat tetapi semakin anda pintar maka anda semakin tidak berani. Untung saya tidak terlalu pintar, terlalu banyak mengerti justru maka anda semakin tidak berani. Manusia itu jika tidak terlalu pintar, maka banyak nekatnya. Tetapi orang yang terlalu pintar terlalu banyak mengerti justru tidak berani. Anda bisa bayangkan jika murid tidak ada, guru tidak ada, kurikulum tidak ada, gedungnya juga tidak ada dan bahkan ijinnya pun tidak ada.

Di Semarang bulan Januari 2007 sudah dimulai dibuka pendaftaran sekolah SD, SMP, dan SMA, walaupun baru pertengahan tahun sekolah dimulai. Dan saat itu bulan Januari kami hanya baru bicara saja dan saya berkata mana mungkin pemerintah mau memberikan ijin sedangkan hari-hari itu sesungguhnya kami tidak memiliki uang karena di satu sisi kami sedang menyiapkan untuk finishing Holy Stadium agar di bulan Juli 2007 bisa didedikasikan. Jadi keuangan kami tersedot habis untuk menyiapkan Holy Stadium. Saat Tuhan berkata begitu sejujurnya buat saya kalau bukan karena Roh Tuhan itu tidaklah mungkin. Sekarang saya sadar sebenarnya, saya sampai bingung setiap kali saya ingat akan hal itu. Mengapa dulu saya begitu berarti untuk mengiyakan apa yang Tuhan mau. Saya seperti orang yang tidak sadar dan tiba-tiba kami mengurus semua ijinnya.

Begitu kami hendak mengurus ijinnya, tiba-tiba ada orang berkata : “Pak, saya mempunyai empat bus yang saya mau jua, apakah bapak mau ? Bapak boleh membayarnya dengan angsuran selama setahun. Saya tahu orang yang menawarkan bus ini sedang marah dengan Pemerintah Kota Semarang karena dia mempunyai usaha transportasi seperti Trans Jakarta tetapi ini adalah transportasi bus dalam kota. Saat dia sedang marah dengan Pemkot, dia hendak memboikot Pemkot dengan cara menjual busnya. Ketika dia mendengar kami sedang membutuhkan bus lalu dia tawarkan kepada kami. Dia berkata : “Yang penting begini pak, tolong segera langsung tutupi merek bus saya, selama setahun tidak apa.” Nah, saat kami sedang bertemu dengan orang yang seperti ini, itu enak saudara. Dia tidak mencari uang tetapi dia mau hanya busnya menghilang saja.

Dengan angsuran selama setahun kamipun mulai berani menghitung, kami putuskan untuk langsung membeli stiker bus dengan tulisan, “Sekolah Terang Bangsa”, Merk busnya kami tutupi dengan rapat sampai tidak terlihat sedikitpun. Hari berikutnya kota menjadi gempar, busnya hilang semua tidak ada. Pemkotnya marah-marah dan berkata : “Mana itu busnya ?” Orang berkata : “Hilang” Meskipun dicari itu tidak akan ada karena semua sudah menjadi “Terang Bangsa” semua. Saat itu kami belum membayarnya. Saya berdoa, Tuhan berkata : “itu nus yang kamu pajang didepan, ditempat yang akan kamu pakai buat sekolah.” Nah saat itu kami mempunyai tempat yang lebih kecil dan itu kami sekat-sekat. Saat menyekatnya tidak selesai. Saya berkata : “Pokoknya hanya sebagai contoh saja untuk kelas satu, dua, laboratorium dan perpustakaan. Yang lainnya masih kosong semua tidak ada apa-apa” Jadi kami membuat itu dan empat busnya kami taruh dengan tulisan “Bus Sekolah Terang Bangsa TK, SD, SMP, SMA.”

Kemudian saya melihat laboratoriumnya masih kosong. Lalu saya telepon salah satu anggota jemaat yang menjual alat-alat laboratorium. Saya berkata : “Bolehkah saya meminjam setengah hari alat-alat laboratoriumnya ?” Dia menjawab, “Boleh pak untuk apa ?” Karena sekolah kami mau ditinjau. Lalu kami diberi pinjam, kemudian pagi-pagi kami mengatur dan menatanya. Seketika laboratorium kami menjadi lengkap dan baru semua. Kemudian tentang perpustakaan, saya mengajak jemaat untuk mengumpulkan buku yang tidak terpakai semua. Saat dikumpulkan semua, kami belikan rak dan mengatur semua buku-buku diperpustakaannya.

Saat tim dari Pendidikan Nasional datang, yang mereka lihat pertama kalinya adalah busnya ada empat, mereka berkata : “Wah yayasan ini serius sekali, sekolah lain itu hanya punya satu bus itupun sering mogok.” Dan ketika mereka masuk ke ruangan laboratorium mereka cukup kaget karena jumlah mikroskopnya banyak dan berbagai macam alat laboratoriumnya, “Wah ini hebat sekali.” Dalam hati saya berkata ini pinjaman. Indonesia mempunyai sentuhan ajaib saudara.

Kami mengurus ijin gereja dan dalam empat hari keluar. Saya tidak pernah menantang Tuhan tetapi justru Tuhan menantang saya terus, itu masalahnya. Dia tetap tidak mau berhenti menantang dan menyeret saya terus. Saya belajar mendengar apa yang tidak kelihatan tapi Dia memberikan petunjuk untuk saya sehingga suka atau tidak suka saya tetap taati karena saya percaya pasti ada jalan keluar nanti.

Dan Akhirnya Tim DikNas bicara dengan beberapa staf kami yang memang adalah mantan kepala sekolah dari sekolah lain dan ada pula jemaat, jadi staf kami bukan orang awam pendidikan sehingga pertanyaan apapun yang diberikan dijawab dengan baik. Sampai mereka geleng-geleng kepala, begini belum pernah ada yang begini. Lalu mereka berkata : “Demi formalitas saja kami tidak akan langsung mengeluarkan ijin hari ini tetapi silahkan untuk sekolah ini dapat membuka pendaftaran. Hanya jangan pasang spanduk karena nanti kami disalahkan orang dan diprotes oleh sekolah-sekolah lain.” Dan akhirnya kami mulai menampung guru-guru yang mendaftar dan menginterviewnya.

Untuk membuat sebuah sekolah itu tidak seperti anda membuka persekutuan doa, karena persekutuan doa bisa seminggu sekali, terus mundur dua minggu sekali atau bahkan sebulan sekali. Tetapi jika anda membuka sekolah, masa depan anak-anak yang dipertaruhkan. Saya sadar ini bukan sesuatu yang ringan secara tanggung jawab, tetapi saya tetap melihat kepada Tuhan. Begitu pendaftaran murid dibuka, murid kami langsung seribu. Hari ini Tuhan memberi kami lebih dari 3000 murid. Dan dalam Anugerah Tuhan, kami sudah selesai satu gedung pertama dengan delapan lantai. Gedung yang kedua dalam pembangunan. Ditambah dengan dua lantai lagi, yang untuk gedung TK ada tambahan lagi. Beberapa hari kemudian ada orang yang memberi persembahan satu bus sekolah lagi. Jadi total bus sekolah kami ada lima bus yang besar. Sebenarnya saya membutuhkan 10 bus, tetapi saya percaya yang lima bus sedang datang dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Ini merupakan hal yang ajaib sekali, sekolah kami dengan 3000 siswa, 72 persen siswa diantaranya mendapatkan beasiswa. Sampai hari ini Tuhan memberkati kami. Saya melihat campur tangan Tuhan yang ajaib. Ketika akan memulai ini, orang berkata :”Ini sekolah mau jadi seperti apa ? Sekolah kok Cuma enam bulan persiapannya.” Dan menurut saya, ini adalah orang-orang yang tidak ada tanggung jawabnya. Banyak orang marah kepada saya. Orang luar marah, orang dalam marah dan kadang-kadang itu harus anda tahan. Saya menghibur diri saya dengan berkata : “Membangun sekolah tidak seperti Nuh membangun bahtera selama 120 tahun dan tidak satupun yang ikut. Sudah lumayan tahap pertama 1000 siswa yang mau mendaftar.”

Bahkan sampai hari ini setiap kali penerimaan siswa baru, ada ratusan siswa yang kami tolak karena tidak ada tempat lagi. Kerinduan hati kami sebenarnya ingin dua kali bahkan tiga kali lipat kapasitas yang kami berikan supaya semakin banyak anak-anak yang ditampung sekolah, semakin banyak yang diubahkan hidupnya. Itu adalah sebuah pengalaman perjalanan bersama Tuhan. Jika anda berani, masa depan sebenarnya ada ditangan anda. Jika anda tidak pernah berani mengikuti petunjuk Tuhan, biasanya ada sesuatu yang membuat matamu tidak melihat padahal Tuhan sebenarnya mau membawa kita sampai ketempat itu. Kalau anda belajar untuk percaya dan beriman itu sebuah sayap yang luar biasa. Sayap yang Ajaib.

Dalam cerita Nuh ketika air bah mulai surutyang diutus oleh Nuh keluar pertama kali untuk melihat apakah ada kehidupan atau tidak bukanlah ular yang mungkin paling pintar ataupun buaya. Nuh juga tidak mengutus singa yang paling kuat, atau gajah yang paling besar bahkan Nuh tidak mengutus Jerapah yang paling tinggi. Yang Nuh utus adalah seekor burung merpati, sebab mereka yang bersayap yang akan memiliki masa depan. Burung Merpati itu pulang dengan membawa ranting dan daun pohon Zaitun dan menyampaikan pesan “Nuh ada kehidupan disana.” Nuh mungkin bertanya : “Mengapa engkau bisa berkata ada kehidupan disana ?” Burung Merpati itu berkata : “Sebab aku bersayap, aku terbang ke tempat yang engkau tidak bisa lihat dengan matamu. Aku naik ketinggian yang tidak bisa engkau daki. Aku menjelajah kejauhan yang tidak bisa engkau tapaki.” Because the future belongs to those who can fly. Karena masa depan yang tidak kelihatan itu adalah milik mereka yang bisa terbang. Mengikuti apa yang Tuhan perintahkan walaupun mata kita belum melihatnya dan keberanian untuk beriman seperti itu adalah sayap yang luar biasa untuk kita bisa meraih masa depan kita.

Dari Buku The Future Belongs To Those Who Can Fly    

Komentar

Postingan Populer