Menggali Diri Kita Dan Orang Lain

Menggali Diri Kita Dan Orang Lain
Ev. Iin Tjipto Wenas




Bahan Renungan :
2 Tawarikh 26 : 10 – 12
26:10 Ia mendirikan juga menara-menara di padang gurun dan menggali banyak sumur, karena banyak ternaknya, baik di Dataran Rendah maupun di Dataran Tinggi. Juga ia mempunyai petani-petani dan penjaga-penjaga kebun anggur, di gunung-gunung dan di tanah yang subur, karena ia suka pada pertanian. 26:11 Selain itu Uzia mempunyai tentara yang sanggup berperang, yang maju berperang dalam laskar-laskar menurut jumlah anak buah yang dicatat oleh panitera Yeiel dan penata usaha Maaseya, di bawah pimpinan Hananya, salah seorang panglima raja. 26:12 Kepala-kepala puak pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa itu seluruhnya berjumlah dua ribu enam ratus orang.

Saya percaya diluar Mahanaim ada banyak tentara, ada banyak pasukan yang sedang dipersiapkan. Ada sebuah kerajaan dengan kekuatan yang sangat besar yang Tuhan sedang dirikan, di roh saya bisa menangkap dan merasakannya. Kalau kita berkata : “Bu, hari-hari ini saya mau jadi orang biasa-biasa saja, mau berdiri sendiri, jadi single fighter.” Fine, saya berkata saya tahu rencana Tuhan, ada sebuah Kingdom, sebuah kekuatan yang sangat besar mulai berdiri dengan panglima-panglimaNya.

Saya pernah jelaskan bahwa semua panglimaNya adalah raja-raja. Dilevel raja-raja kalau kita pelajari ada lapisan demi lapisan. Mulai dari yang disebut panglima dan itu adalah para raja dan pahlawan. Kemudian ada yang disebut orang-orang yang gagah perkasa, ada yang disebut bala tentara. Hari ini, kita semua masuk dalam kegerakan yang ajaib. Kalau engkau terima kesempatan ini tidak dengan sebuah honour dan tanggung jawab, sebuah anugerah dan cinta, kalau engkau lihat kesempatan ini hanya sebuah beban, tidak usah terima untuk jadi pahlawan. Tuhan berkata : “Untuk jadi pasukan Tuhan itu adalah kehormatan.” Untuk bisa ikut dalam kegerakan Tuhan itu adalah Anugerah. Di Surga nanti kita termasuk golongan raja-raja, panglima-panglima yang pegang negara demi negara. Setiap kita menduduki satu negara. Saat ini kita sedang menentukan jatah dalam kekekalan.

Saya berkata : menggali itu sebenarnya merubah padang gurun menjadi kebun buah-buahan. Saya pertama kali bertemu dengan Ibu Ruth Apung, dia adalah contoh orang yang benar-benar hidup di padang gurun. Tidak punya uang, tidak bisa kerja, karakter amburadul (kacau balau). Menurut saya itu padang gurun sejati, tidak punya teman sama sekali, sifatnya mengerikan. Saya masih ingat satu hal yang dia punya passion. Dia mengejar passion saya, ia mengejar tentang kebenaran Firman Tuhan. Dia ngotot tawarkan kepada saya : “Ayo Bu saya jemput.” Dia jemput saya dengan mobil bututnya, Acnya tidak berfungsi dengan baik sehingga panasnya minta ampun dan sering mogok pula. Sejak saya bertemu dengan dia, Tuhan hanya berkata : “Gali yang didalam, gali sumurnya sampai hidupnya berubah.”

Sejujurnya saya butuh menggali dia selama dua belas tahun. Saya gali, saya buang semua sifat jeleknya. Sampai hari ini kalau saya jalan dengan dia, kadang keluar sifat jeleknya, kadang-kadang mobil dipepet mobil lain dia langsung panas. Langsung saya berkata : “Eh, eh, eh, eh”, saya langsung berkata : “Ngapain terpancing emosi hanya soal mobil” Dulu ada orang lain dapat Blackberry, dia protes, “Tuhan itu gimana sih ? Saya yang ingin Blackberry tidak diberi, itu orang sudah dua kali ganti blackberry.” Saya berkata : “Eh, roh irinya ya, itu mental ya, kalau kamu tidak dibuang itu semua, kamu akan tinggal dipadang gurun.” Saya terangkan yang pertama menggali apa yang baik dari orang, kemudian kejar, pelajari dan lakukan.

Menggali yang kedua adalah merubah padang gurun. Gali apa yang jelek dan buang semuanya. Mulai paksa dirimu untuk kerja, latih dirimu untuk berubah. Beberapa orang bersyukur punya mentor sementara saya tidak punya.  Saya masih ingat  saat Tuhan berkata : “Setiap kali kamu mau meledak marah, ambil minum kemudian tahan dimulut tidak boleh ditelan. Sampai kamu reda, kalau tidak cukup, kamu mandi sampai reda amarahmu, tidak cukup lagi maka kamu nyanyi sembah Aku.” Tuhan berkata : “Tiap kali kamu mau memberi komentar, mau mengambil keputusan, ambil minum dan tahan dulu !” Berpikir dulu sambil berdoa, “Tuhan apa keputusanMu ?” Saya bersyukur Tuhan pakai istilah yang sangat galak, Tuhan berkata : “Mulutmu jangan jeplak terus dan mengeluarkan hal yang pahit karena apa yang engkau keluarkan itu yang akan kita tuai !” Berapa banyak dari kita yang mudah mengeluarkan yang pahit, keluar yang negatif dan itu yang akan kita tuai. Termasuk saat kita mengatai orang, termasuk kalau lihat orang dijalan terus kita berkata : “Dasar Kere”, itu akan engkau tuai. Saya berdoa agar kita mengeri dan menggali hidup kita.

Saya menggali hidup saya, menggali hidup banyak orang, saya buang semua batu. Beberapa orang saya panggil, saya ajak duduk, saya cerewetin namun beberapa orang menjadi marah. Saya selalu berkata “Kalau saya masih mau cerewetin itu artinya saya masih sayang tapi kalau hatimu mulai marah, cukup !” Sebenarnya kalau saya sudah berhenti bicara dengan beberapa orang karena saya tahu hatinya marah dan membuatm saya enough, cukup berarti engkau jenis yang tidak bisa digali, engkau jenis yang tidak bisa dirubah dari padang gurun jadi kebun buah-buahan. Coba lihat hidupmu, kalau masih ada pemimpin yang masih menegormu, masih ada tangan Tuhan yang menghajarmu, itu berarti engkau masih bisa dibentuk. Tapi kalau Tuhan berhenti menghajarmu, hati-hati ayatnya berkata : “Anak yang Kukasihi itu Kuhajar, Kutegor” Biarkan Tuhan menghajar hidupmu sampai jadi seperti yang Dia mau maka engkau akan berubah menjadi pasukan yang luar biasa.

Sumber :
Buku Kedalaman – Ev. Iin Tjipto Wenas
Halaman : 46 – 50
Blessed To Bless – Bekasi
     

Komentar

Postingan Populer