Proses Penyelarasan Menghasilkan Pelipatgandaan atau Perpecahan?

Proses Penyelarasan Menghasilkan Pelipatgandaan atau Perpecahan?

 

BeritaMujizat.com – Profetik – Dalam setiap musim Ilahi proses penyelarasan (alignment) dibutuhkan untuk mengatur tubuh Kristus supaya sesuai dengan denah Ilahi (divine blueprint). Dalam proses penyelarasan perubahan posisi, arah, bentuk, kecepatan, dan apapun yang dianggap Roh Kudus perlu akan dilakukan.

Perubahan bisa terjadi sangat masif, ataupun kecil tetap berdampak besar semua tergantung dari kesiapan masing-masing anggota Tubuh Kristus sendiri.  Karena faktor ketidaksiapan,  dalam catatan sejarah akibat yang biasa terjadi adalah perpecahan.  Kebalikannya, apabila penyelarasan terjadi secara Alkitabiah, dan semua pihak yang diselaraskan sudah siap, yang terjadi adalah pelipatgandaan.


Kisah “perpecahan ” antara Paulus dan Barnabas yang mempermasalahkan soal Markus adalah sebuah kisah penyelarasan yang kurang begitu berjalan dengan mulus. Padahal Barnabas adalah orang pertama yang bisa menerima Paulus dan menjadi jalan bagi Paulus untuk masuk dalam lingkungan para pemimpin Yerusalem waktu itu.

Tetapi Barnabas menerima dia (Paulus) dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus.  (Kis 9:27)
Barnabas memiliki karunia untuk membangkitkan buluh yang terkulai. Dan Paulus adalah salah satu hasil dari pelayanannya. Kecenderungan Barnabas ini dibawa dalam kasus Markus dan Paulus. Sehingga ketika Paulus hendak meninggalkan Markus yang dianggap akan menghambat perjalanan misi mereka, Paulus dan Barnabas berselisih tajam.

Tetapi beberapa waktu kemudian berkatalah Paulus kepada Barnabas: “Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka.” Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus; tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka.
Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus.  (Kis 15:36-39)

Siapakah yang salah? Ternyata sejarah mencatat bahwa keduanya benar. Paulus terbukti benar karena setelah itu dia memilih Silas (Kis 15:40) untuk mendampingi dan terbukti bahwa Paulus bisa lebih efesien menyebarkan Injil sesuai tuntutan Roh Kudus.

Di lain pihak, ternyata Barnabas pun terbukti benar dengan tetap mendampingi Markus.  Karena anak muda ini yang dikemudian hari menjadi penulis Injil Markus. Bahkan Paulus pun di masa tuanya mengakui Markus, dan merasa pelayanannya penting.  Rekonsiliasi pun terjadi.

…Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.  (II Ti. 4:11)
Paulus dan Barnabas waktu itu sedang masuk proses penyelarasan. Masing-masing sedang mendapatkan “mandat baru” dari Roh Kudus. Dan perbedaan mandat inilah yang membuat mereka merasa tidak nyaman satu dengan yang lain.  Apabila waktu itu mereka menyadari, maka perpisahan tetap akan terjadi tetapi tidak harus melalui perselisihan. Mereka terus melakukan apa yang Roh Kudus minta dan hubungan tetap terjaga.
***
Proses penyelarasan Paulus dan Barnabas ini terus berulang dalam sejarah, bahkan Paulus dan Barnabas pernah dipertanyakan karena melayani “orang tak bersunat” (Kis 15). Tapi setelah bertukar pikiran dan akhirnya Petrus yang dituakan ikut bicara, pelayanan orang-orang non Yahudi (gentiles) bisa diterima dalam Gereja mula-mula:

Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: “Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya.  Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.”  Maka diamlah seluruh umat itu, lalu mereka mendengarkan Paulus dan Barnabas menceriterakan segala tanda dan mujizat yang dilakukan Allah dengan perantaraan mereka di tengah-tengah bangsa-bangsa lain.  (Kis 15:1-12)

Dimasa ini, perpecahan gereja semakin sering terdengar.  Sebagian mungkin karena memang kedagingan seperti yang terjadi di Korintus, tetapi tidak sedikit yang terjadi mungkin karena Tuhan sedang memberikan mandat-mandat baru di musim yang baru.

Yang dibutuhkan hanyalah duduk bersama dan “bertukar pikiran” atau suzetesis (yun) (saling bertanya) dalam satu kebersamaan untuk mencari kehendakNya. Praktek yang harus sering dilakukan para pemimpin sehingga tidak gampang untuk mengutuki dan memusuhi orang yang berbeda dengan kita. Sekaligus menjadi tanggung jawab kepimpinan Gereja untuk selalu siap menerima perubahan yang Roh Kudus kerjakan.  Perpecahan atau Pelipatgandaan, ternyata hanyalah masalah kesiapan rohani untuk menerima perbedaan.

Penulis    : Hanny Setiawan
Sumber   : IKRI

Komentar

Postingan Populer