Refleksi Menjelang Natal

Refleksi Menjelang Natal


Dua Periode Natal sudah kulalui di Jatiwangi, semua nya kering dan hanya ibadah liturgis saja, Akhir tahun kemarin saya mengikuti Great Awakening 2015, sekarang Glorious Time sudah di lewati.

Ku terima dua undangan untuk menghadiri perayaan Natal. Tahun kemarin saja saya tidak mendapatkan pesan yang spesial, ibadah hanya sekedar rutinitas, pertunjukan kaum ibu, anak sekolah minggu, remaja dan bapak.

Saya ngga tahu bagaimana sekarang, rasanya sudah enggan.

Natal Bagiku bukan sekedar ceremony menyambut bayi Yesus, sekarang saatnya kita berjalan sesuai dengan hatiNya jangan sampai seperti anak sulung yang terhilang di rumah bapanya.

Gereja dari tahun ke tahun menyelenggarakan Natal dari Puluhan Juta sampai Milyaran.

Disini pasti panitia akan ribut setiap tahun, konsumsi kurang, akhir nya ribut dan mutung. Gak mau ke gereja lagi.

Dari saya kecil sampai saya sudah 41 tahun seksi dekorasi selalu sama yaitu adik sepupu mama saya. Tidak ada yang spesial, semua sudah di setting liturgi Natal sejak jaman saya sekolah minggu sampai sekarang sama yaitu pertunjukan anak sekolah minggu, sangkoor ibu, sangkoor bapak, sangkoor pemuda.

Natal kerinduan saya adalah berbagi dan memberkati Orang-orang jalanan. Sejujurnya saya rindu memberitakan kabar keselamatan.

Saya teringat suatu ayat yang mengatakan Seorang Nabi akan ditolak di daerah asalnya, saya sudah alami itu tahun 2011-2012, kita saya rindu membagikan api, alasan mereka sibuk.

Hamba Tuhan sudah nyaman dengan keuangan yang ada, jemaat diberi makanan expired, banyak orang Jatiwangi berkata susah menerobos tradisi.

Entah saya bingung keadaan kota yang ada. Ini adalah refleksi saya menjelang Natal.

Hari-hari ini saya tidak tahu apa yang harus dilakukan, saya hanya berdoa untuk menyiapkan diri masuk tahun depan. Saya belum tahu Tuhan mau bawa kemana.

God Bless You

Joshua Ivan

Komentar

Postingan Populer