Couple Meeting

Couple Meeting


Salah satu fokus dan prioritas yang dibangun di dalam jemaat ini adalah kehidupan suami istri sehingga merambah ke seluruh keluarga (termasuk anak-anak).

Memang kita punya tanggung jawab buat kota, gereja-gereja, dan pulau-pulau; namun itu menjadi alasan untuk mengabaikan yang ada di samping dan ada bersama-sama dengan kita setiap hari.

Keluarga adalah sel terkecil di dalam keluarga. Memang kita punya pelayanan namun itu bukan memberikan pembenaran bahwa kita tidak melayani suami atau istri serta anak-anak.

Biarlah ini mengingatkan kita bahwa membangun keluarga sangatlah penting!

Membangun Kebersamaan

Ps. Lukas Yoesianto

1 Samuel 25:2-41
Abigail artinya kegembiraan atau sumber kebahagiaan.

Nabal artinya bebal dan dursila.

Tidak mungkin kisah Nabal dan Abigail ditulis 40 ayat; padahal kisah aneh, janggal dan konyol.

Yang satu memiliki kerendahan hati dan yang satunya susah diajar!

Yang satunya cerdik dan yang satunya bebal.

Ada satu ketimpangan di dalam suami istri ini. Ini berbicara mengenai keseimbangan pertumbuhan suami dan istri.

Yang satunya rajin, mengikuti pergerakan dan aktif melayani; namun yang satunya tidak mau dan ngambek.

Ada ketimpangan!

Yang satunya pengin buat mezbah keluarga, mezbah firman dan mezbah penyembahan; namun satunya tidak mau!

Supaya setiap suami dan bisa istri membangun kebersamaan; jangan saling meninggalkan.

Ayo menjaga kebersamaan dalam hal apapun; urusan mendidik mari berunding; bicara dengan kepala dingin.
Ketimpangan dan perbedaan harus disingkirkan. Menghadap Tuhan bersama-sama.

Nabal punya arah sendiri. Abigail punya arah sendiri. Inilah yang menghancurkan mereka. Jangan menang-menangan satu sama lain. Tidak ada untungnya sama sekali kalau salah satu menang.

Dipulihkan bersama, berjuang bersama, menang bersama.

Jangan biarkan perbedaan semakin dipertajam. Biarlah kita saling menyesuaikan diri masing-masing.

Upayakan dan usahakan dengan kuat untuk tidak meninggalkan suami atau istri sendiri. Ini akan membangun jurang satu sama lain.

Bagaimana bisa Abigail tahu kalau Nabal bebal karena dia tidak bisa diberi tahu.

Baik urusan pelayanan; mendidik anak; penggunaan uang; di rembug dengan baik.

Jangan ambil jalan pintas! Mengambil keputusan sendiri tanpa kesepakatan bersama. Lebih baik lambat sedikit! Sampai suami istri sepakat bulat!

Membangun kesepakatan dengan aktif. Jangan acuh tak acuh dengan suami atau istri! Aktif.

Emang gua pikirin hendaknya dibuang diantara hubungan suami istri.

Mari bangun mezbah bersama! Mencari Tuhan bersama-sama. Karena kalau tidak nanti arahnya akan berlainan.

Responi positif dan bagus saat suami atau istri mengutarakan sesuatu.

Jangan sampai ada keputusan apapun yang diputuskan tanpa kesepakatan.

Buanglah kata, "karepmu." Itu tidak bagus!

Kebersamaan berharga mahal ketimbang alasan harus lebih cepat.

Bangun kehidupan suami dan istri satu selera! Belajar menyukai apa yang disukai suami dan begitupun sebaliknya.

Belajar memahami anak-anak kita. Kebersamaan harganya jauh lebih mahal kalau sudah rusak.

Jangan sampai tinggal satu rumah namun berjarak satu sama lain.

Keluarga terlalu berharga untuk dikorbankan dan diabaikan demi sebuah kemauan, ambisi, kesombongan dan keangkuhan.

Pernyataan bodoh - mana yang lebih penting Tuhan atau Keluarga.

Memang kasih yang pertama kita adalah Tuhan dan baru keluarga. Kalau semua anggota keluarga mencari Tuhan maka kita akan semakin dekat satu sama lain.

Kalau kita merasa lebih rohani dari suami atau istri - doa lebih banyak supaya pasangannya alami yang ajaib.

Suami, istri dan anak-anak adalah seperti batu mezbah yang rapi tersusun dan rapat.

Ibu Indah Setiawati

Mengapa Nabal disebut sebagai orang bebal?

Yang membuat kita seperti Nabal adalah karena jiwanya terluka dan tidak utuh.

3 Yohanes 1:2

Aku berdoa supaya jiwa kita makmur!

Ciri-ciri jiwa miskin adalah sumbu pendek - gampang "ngamuk."

Supaya kita memiliki jiwa yang makmur dan jiwa yang pulih maka:

Pertama, kita harus menyadari siapa diri kita.

Buka dihadapan Tuhan - trauma, dosa-dosa kita.

Kedua, kita harus menyadari siapa pasangan kita.

Ketiga, harus ada pengampunan.

Mengampuni diri sendiri! Kalau kita tidak bisa mengampuni diri sendiri maka kita tidak akan bisa menerima pasangan dan anak kita.

Terima diri kita dan ampuni masa lalu kita.

Keempat, mau bertobat.

Belajar bertobat dan minta maaf kepada pasangan.

Penghalang kesembuhan yaitu
1) Fokus pada diri sendiri - jangan menuntut.
2) Tidak mau bertobat dan berubah.
3) Tidak mau mengampuni.
4) Trauma masa lalu yang belum sembuh.

1 Korintus 7:32-34

Sebagai pasangan suami istri harus saling menyenangkan satu sama lain dan saling melayani satu sama lain maka kita akan menemukan surga di dalam pernikahan kita.

Disarikan dari kotbah Ps. Lukas Yoesianto dan Ibu Indah Setiawati dalam acara Couple Meeting di Kemah Daud Ministries Jogja.

Resume by
Joseph Budi Abdipatra

Komentar

Postingan Populer