MEMPELAI PRIA Tunangan Dengan MEMPELAI WANITA

MEMPELAI PRIA Tunangan Dengan MEMPELAI WANITA


Apabila kita membaca catatan Mat 25:1-13, kita akan mendapati adanya beberapa hal yang menarik berikut:

1. Yesus menggambarkan akan adanya suatu peristiwa penting yang pasti akan terjadi didalam kerajaanNya:

Adanya perjamuan kawin anak domba - suatu moment yang sangat bersejarah dimana Dia akan datang sebagai Mempelai Pria bagi gerejaNya (individu orang percaya yang sudah terbukti rela habis-habisan, gila-gilaan bagi Kristus & kepentingan Kerajaan; memunculkan kodrat Ilahi dalam kehidupan sehari-hari serta mempergunakan takaran anugerah yang dilimpahkan oleh Bapa menjadi berbagai potensi, kemampuan/ keahlian yang berguna untuk memposisikan diri mereka menjadi orang-orang yang berpengaruh, berotoritas & memiliki kekuasaan di tengah masyarakat. Bersiaplah, saya merasakan indikasi yang sangat kuat, dalam salah satu session di acara retreat di Solo tanggal 28 April sampai 1 Mei nanti, Bapa akan membawa kita memasuki moment yang sakral ini)
Secara pribadi, Dia akan datang untuk melakukan 'ikatan janji' dengan individu orang percaya yang sudah memunculkan buah; dari sejak saat itulah orang percaya yang bersangkutan jadi terhubung dengan kedaulatan Tuhan sendiri - pesta perjamuan anak domba dimulai.

Melalui kehidupan orang percaya yang sudah terhubung dengan kedaulatan Tuhan inilah akan ada banyak orang yang sesungguhnya 'tidak layak' untuk menikmati pesta & kebaikan sang Raja yang justru diberi anugerah untuk menikmatinya...

2. Tuhan menggambarkan orang-orang percaya yang menantikan moment datangnya sang mempelai laki-laki tersebut dengan gambaran adanya sepuluh anak dara yang menunggu dengan membawa pelitanya masing-masing.
Menarik untuk mengetahui bahwa kata Yunani yang di pakai untuk menuliskan kata 'pelita' adalah Lampas, yang dapat diartikan sebagai suatu penerang yang membutuhkan minyak untuk menjagai nyala apinya.

3. Dari ke-sepuluh anak dara yang ada, Alkitab mencatat bahwa lima dari antaranya disebut dengan sebutan gadis yang bijaksana dan sisanya disebut sebagai gadis yang bodoh.
Kembali, menarik untuk mengetahui bahwa kata gadis yang bodoh, ditulis dengan kata Yunani: Mōros, yang dapat diartikan sebagai Tidak menunjukkan, tidak memiliki rasa hormat; kehidupan yang tanpa Tuhan.

4. Dalam menunggu kedatangan mempelai pria, kesepuluh anak dara tersebut sama-sama tertidur.

5. Yang membedakan antara gadis yang bijaksana dengan gadis yang bodoh adalah minyak cadangan yang mereka bawa.

Kembali ada aspek yang menarik tentang 'minyak' yang menjadi pembeda antara gadis bijak & gadis bodoh. Kata 'minyak' ditulis dengan kata Yunani: Elaion, yang sering diartikan sebagai Minyak Zaitun (minyak untuk mengisi/ menyalakan lampu, minyak  untuk dioleskan kepada yang sakit, minyak untuk mengurapi kepala & tubuh seseorang saat pesta)

Bagi kebanyakan pengkhotbah, dengan serta merta mereka mengartikan bahwa 'minyak' yang dimaksud adalah berbicara tentang Roh Kudus. Saya agak keberatan dengan pemahaman tersebut karena :

a. Saat mempelai pria datang, gadis yang bodoh meminta 'minyak' kepada gadis bijaksana, tapi gadis bijak menolak & berkata: Nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu (Mat 25:9) Jika 'minyak' yang dimaksud adalah Roh Kudus, Dia akan selalu 'cukup' untuk semua orang.

b. Gadis bijak melanjutkan dengan berkata: Pergilah ke 'penjual minyak' dan membelinya. Sekali lagi jika 'minyak' yang dimaksud adalah Roh Kudus, Dia adalah pribadi yang tidak bisa 'diperjual belikan'. Bapa memberikan Roh Kudus sebagai anugerah kepada siapapun yang meminta kepadaNya (Luk 11:13, Kis 2:38)

c. Alkitab mencatat adanya batasan waktu untuk mendptkan 'minyak' tersebut (Mat 25:10) Jika 'minyak' yang dimaksud adalah Roh Kudus, sekali lagi Bapa sudah membuka ruang untuk setiap orang percaya dapat mengalami & menikmati realita Roh Kudus kapanpun & dimanapun mereka membutuhkan Dia.

Saya lebih meyakini bahwa 'minyak' yang dimaksud lebih merujuk kepada suatu proses, pengalaman pribadi yang seseorang alami ketika kedagingan dalam hidup mereka di remukkan. Seperti minyak zaitun adalah hasil dari buah zaitun yang di remukkan.

Jadi kesimpulannya adalah : Sementara ada banyak orang percaya yang rindu memunculkan buah-buah kerajaan, terhubung dengan kedaulatan Tuhan sehingga kehidupan sehari-hari mereka dapat memanifestasikan kuasa & kemuliaan kerajaan, tidak semua mereka bersedia mengalami peremukan & kematian daging sehingga sulit bagi mereka untuk 'memasuki' moment ikatan janji dengan Tuhan - sama seperti suatu pernikahan, segera setelah ikatan janji, apapun yang menjadi milik mempelai pria secara otomatis menjadi milik sang mempelai wanita (Ef 5:32)

Peremukan daging dapat dialami melalui dua cara:

1) Melalui 'pengalaman hidup yang tidak enak' tapi harus kita diresponi secara akurat (Maz 66:10-12)
Melalui respon yang 'merobek/ membunuh daging' kita jadi alami realita dari keberadaan Tuhan (Yes 66:1-2, Mat 5:3)

2) Melalui 'bergumul' dengan firmanNya; meluangkan waktu, mendisiplin diri untuk mengimajinasikan, memperkatakan firmanNya sampai terbangun nature yang selaras dengan firmanNya didalam manusia roh kita (Kej 32:24-28)

Memang dibutuhkan suatu tekad/ harga yang harus dibayar untuk mengalami peremukan daging hingga terbangun nature yang Ilahi dalam manusia roh kita. Tapi itulah satu-satunya 'minyak' yang akan dapat menjagai, mengkondisikan diri kita jadi mempelai wanita yang diambil mempelai laki-laki dan menikmati ikatan janji denganNya.#AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)

Komentar

Postingan Populer