Pemulihan Yang Sejati

Pemulihan Yang Sejati

By: Leonardo Winarto


Shalom Aleichem

Tema renungan kita pada saat malam hari ini saya beri judul “Pemulihan yang sejati”. Pemulihan adalah sebuah kerinduan bagi setiap kita yang menghadapi situasi yang tidak mengenakkan dalam kehidupan kita. Ketika kita menghadapi semua itu maka saya percaya kita semua ditempat ini rindu untuk mengalami pemulihan itu dari Tuhan. Pemulihan yang benar-benar nyata dan bukan sekedar angan-angan belaka.
Setiap kita yang ada ditempat ini pasti memiliki pergumulan kehidupan, ada yang tarafnya tidak terlalu berat, sedang sampai yang paling berat. Namun tidak ada dari kita yang hidupnya tidak ingin dipulihkan Didalam FirmanNya Allah sudah memberikan kunci kepada anak-anakNya yang rindu untuk mengalami pemulihan, namun semua itu kembali kepada kita untuk mau hidup didalamnya. Dari pihak Allah, Dia lebih rindu melihat kita dipulihkan, namun Allah ingin umatNya melakukan bagiannya yang akan mendewasakan kita.
Karena itu mari pada saat malam ini kita akan mempelajari bersama-sama kebenaran FirmanNya yang akan menjadi pegangan bagi kita dalam menghadapi hari-hari depan yang penuh tantangan dan pencobaan bagi kita. Ketika kita mengalami keadaan yang butuh pemulihan, ingatlah apa yang dikatakan firmanNya pada saat ini dan hiduplah didalamNya.
Pemulihan itu berasal dari kata “pulih” artinya kembali kepada keadaan nyaman, enak, baik yang sebelumnya. Artinya dulu keadaannya baik, namun sekarang tidak baik. Untuk menjadi baik kembali kita perlu yang namanya pemulihan.
Seperti yang saya katakan minggu kemarin, bahwa karya keselamatan Allah itu bukan hanya mencakup hal-hal rohani saja ataupun hal-hal jasmani saja. Namun karya keselamatan Allah diatas salib itu utuh jasmani dan rohani. Kita sebagai orang-orang yang ditebus oleh darahNya kita mempunyai hak penuh untuk menerima janji Allah mengenai pemulihan itu.
Namun sebelum kita masuk lebih jauh lagi, saya ingin menjelaskan terlebih dahulu prinsip awal cara kerjan Allah untuk sebuah pemulihan. Meskipun Allah tidak dapat kita batasi untuk bekerja dalam sebuah metode, namun secara umum Allah memiliki prinsip ini ketika Dia bekerja.
Prinsip itu adalah, Untuk sebuah pemulihan, Allah bekerja dari hal-hal yang rohani, baru secara jasmani. Hal-hal yang tidak kelihatan dahulu digarap, kemudian hal-hal yang kelihatan atau jasmani. Hal ini dikarenakan hal-hal yang jasmani itu sifatNya kekal. Bagi Allah hal-hal jasmani itu sama pentingnya dengan hal rohani. Namun Allah melihat bahwa hal rohani memiliki jangkauan yang lebih luas yang bersifat kekal.
Hal yang sama terjadi juga akan sebuah kehancuran. Kehancuran tidak dimulai secara tiba-tiba. Tuhan Yesus pernah memberikan perumpamaan mengenai sebuah ranting yang tidak dapat berpisah dengan pokok anggur, karena ranting mendapat suplai kehidupan dari pokok anggur. Demikian juga kehidupan kita, jika kita mencoba memisahkan diri kita dari Allah, maka suplai kehidupan itu akan hilang. Gampangnya begini, coba anda cabut sebuah daun. Apa yang terjadi? Dalam sehari tidak akan kelihatan perubahan apa-apa. Daunnya masih tetap segar, hijau dan masih bagus. Namun dalam 2hari mulai agak kering sedikit, besoknya mulai agak kuning sampai akhirnya benar-benar kering dan daun itu hancur. Jadi kerusakan jasmani itu dimulai dari kerusakan rohani. Demikian juga Allah pilihakan yang rohani, maka jika yang rohani ini sudah dipulihkan, hubungan kita dipulihkan dengan Allah, maka lambat atau cepat pemulihan yang jasmani itu akan menyusul.
Karena mari kita bawa hidup kita semakin melekat kepada pokok kehidupan yakni Kristus sendiri. Agar suplai kehidupan it uterus menerus mengalir dalam kehidupan kita, sehingga membuat kita bukan hanya tetap hiudp saja, malahan berbuah-buah bagi kemulianNya. Karena Allah memanggil kita salah satunya untuk kita dapat menghasilkan buah bagiNya yang bisa dinikmati oleh Dia.
Mari kita jadikan kekristenan kita bukan sekedar kekristenan yang berteori, namun sebuah kekristenan yang hidup. Karena kekristenan adalah sebuah realitas pengalaman hidup antara Allah dan umatNya. Didalam kehidupan kekristenan itu Allah sekaligus ingin mengenalkan pribadiNya. Pengenalan PribadiNya itu tidak bisa tidak kita peroleh lewat pengalaman bersama Dia. Jadi harus seimbang antara teori dan pengalaman kita bersama Dia.
Saat ini berkaitan dengan tema renungan kita mengenai Pemulihan yang sejati, kita akan bersama-sama mempelajari kebenaranNya dari kitab Mazmur dan Kitab Hagai.

Latar belakang Kitab Hagai secara singkat adalah sebuah Kitab yang ditulis sekitar tahun 520an sM. Waktu itu orang Israel baru saja kembali dari pembuangan di Babel. Namun demikian keadaan orang Israel waktu itu jatuh secara rohani sehingga mengakibatkan kemunduran hal-hal jasmani juga. Dalam konteks inilah Allah menyerukan pesan pemulihan lewat Nabi Hagai, yang juga berkaitan dengan Kitab Mazmur yang akan kita baca dan pelajari.
Kita buka Mazmur 126: Kita baca secara bergantian dimulai saya pada ayat yang pertama.

Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.
2 Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!"
3 TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.
4 Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!
5 Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
6 Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.
Saya akan terlebih dahulu memberikan penjelasan mengenai konteks dari mazmur ini. Memahami konteks histories dalam penelahaan kitab suci itu sangat penting sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang melenceng apalagi tidak bertanggung jawab seperti yang terjadi pada permasalahan yang minggu kemarin kita bahas mengenai Melkisedek.
Contoh betapa pentingnya memahamui konteks Alkitab. Misalkan mengenai kisah perayaan pondok daun/hag ha sukkot yang pernah dihadiri oleh Yesus dalam Yoh 7:1-10 ; 37-39. Kita harus memahami bagaimana konteks aslinya ketika dalam Yoh 7: 37 Yesus tiba-tiba bersabda:
“dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!

Yesus mengatakan hal ini bukan tiba-tiba atau tanpa makna apapun. Ada latar belakang sejarah kenapa Yesus mengatakan hal tersebut. Perayaan ini berlangsung selama 7 hari dimulai tanggal 15-21 bulan tisri/sekitar sept-okt untuk memperingati pengembaraan orang Israel di padang Gurun ketika keluar dari tanah Mesir. Pada akhir dari perayaan ini yakni pada hari ke 8 yang disebut Syemini atseret. Nah pada puncak perayaan ini ada upacara pencurahan air yang disebut Nissuh ha mayyim yang mengingat kembali peritiwa Meriba ketika Musa memukul batu yang mengeluarkan air(Kel 17:1-7).
Tafsiran Yahudi berdasarkan teks kitab suci, hal pencurahan air ini dihubungan dengan peristiwa pencurahan Roh Kudus. Dalam tafsiran Yahudi di Kitab Talmud, dikatakan bahwa Roh Kudus diberikan lewat Mesias, yang adalah sumber air kehidupan. Jadi perayaan pondok Daun bagi orang Yahudi dipahami sebagai perlambang akan dicurahkanNya Roh Kudus lewat Mesias Nah dalam konteks inilah Yesus berkata dalam Yoh 7:37-39
“Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!
38 Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
39 Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.
Jadi Yesus ingin mengatakan kepada orang-orang yahudi, bahwa Aku inilah air hidup yang dinanti-nantikan mereka. Sebagaimana nenek moyang mereka haus secara jasmani akan air hidup, Maka Yesus adalah air sejati yang dinanti-nantikan mereka untuk melepas dahaga rohani mereka. Jadi ketika Yesus sedang mengucapkan sabda itu, orang Yahudi sedang melakukan liturgy pencipratan/pencurahan air yang disebut nissuh ha mayyim tadi. Jadi kalau kita belajar sejarahnya jelas konteksnya bagaimana latar belakang sabda Yesus dalam kitab Injil.
Ini adalah salah satu contoh bahwa dalam mempelajari Kitab suci adakalanya perlu memahami konteks sejarah sebuah peristiwa.
Kembali kepada renungan kita pada saat ini.

Konteks sejarah Mazmur dan Perayaan Hajji bagi
Orang Yahudi

Mazmur yang barusan kit abaca ini adalah rangkaian mazmur yang digunakan oleh orang Yahudi ketika mereka sedang melakukan Ibadah Hajji di Yerusalem. Dalam hal ini khususnya dimulai dari Mazmur 120-134. Mungkin ada terkejut, kok ada hajji segala. Bahkan saya pernah menyampaikan sebuah ceramah dikalangan Islam yang saya beri judul “ Bahkan Kristus Naik Haji Ke Yerusalem”. Tentu saja ini sangat mengagetkan mereka, namun kalangan Kristen juga ga kalah kaget. Kok Yesus naik haji. Ini pentingnya kita mempelajari sejarah. Sehingga kita bisa memahami Alkitab lebih baik lagi.
Sebagaimana saya katakana tadi bahwa mazmur yang barusan kita baca adalah nyanyian yang digunakan oleh orang Israel ketika mereka melakukan ibadah hajji di Yerusalem. Hal ini merupakan perintah yang diberikan Tuhan didalam kitab Keluaran 23:14
“"Tiga kali setahun haruslah engkau mengadakan perayaan bagi-Ku.”
Didalam bahasa Ibrani ayat ini berbunyi:
“Syalos regalim to hag li basyanah”Kata “Perayaan” itu berasal dari kata HAG. Kata Hag ini menjadi bahasa arab Hajj, sebagaimana Gabriel menjadi Jibriil Seperti Gan Eden menjadi jannatul ‘aden. Gan itu taman, diserap bahasa arab jannah. Makanya ada nama artis siti nurjannah. Artinya nurjannah itu taman cahaya.
Jadi istilah hajji itu sudah terlebih dahulu dipakai oleh Yudaisme/agama Yahudi yang kemudian digunakan dalam Islam.
Tadi kita baca di dalam ayat pertama ada kalimat “nyanyian ziarah” dalam teks aslinya ayat ini berbunyi “syir ha ma’a lot”, Nyanyian orang yang naik/’alah. Bentuk jamaknya ‘a lot atau dalam bahasa arab ‘aliyah. Naik kemana? Naik ke Yerusalem untuk berhajji bagi TUHAN. Karena itu dalam alkitab bahasa arab ayat ini diterjemahkan nasyidul hujjaj/nyanyian orang-orang yang berhajji.

Makna bagi orang percaya

Mazmur 126 ini digunakan oleh orang Yahudi ketika mereka mengadakan ibadah Hajji di Yerusalem dan menjadi pesan pengharapan bagi mereka untuk sebuah pemulihn. Bagi kita pasal ini juga menjadi sebuah pesan pengharapan dan prinsip Allah bagi sebuah pemulihan.
Setiap kita di tempat ini pasti rindu akan sebuah pemulihan dalam bidang-bidang kehidupan kita yang butuh pemulihan. Kita masing-masing yang tahu, entah itu pemulihan rohani, ekonomi, kesehatan atau pergumulan yang lain yang butuh pemulihan dari Tuhan. Mari kita tangkap kebenaran firman Tuhan saat ini dan nantikan pemulihan itu terjadi dalam hidup kita.

Langkah-langkah untuk sebuah pemulihan
Mazmur 126 ini memberikan arahan-arahan yang harus kita lakukan untuk mengalami pemulihan dari Tuhan.

Pertama:
“Menyadari Keadaan kita yang perlu dipulihkan”
Mazmur 126:1
“Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.”

Langkah pertama yang harus kita ambil untuk mengalami pemulihan dari Tuhan adalah SADAR akan kondisi keadaan kita yang perlu dipulihkan. Hal ini penting, karena banyak orang-orang yang tidak sadar akan kondisi mereka yang butuh pemulihan. Tuhan ingin setiap kita menyadari akan keadaan kita terlebih dahulu. Dalam ayat pertama ini ditunjukkan bahwa orang Israel sadar akan keadaan mereka. Namun dalam terjemahan teks Indonesia kurang jelas ada apa dengan keadaan sion. Dalam teks ibrani kita membaca ayat ini sbb:
“be suv adonay et sibbat sion”
Terjemahan harafiahnya adalah:
“Ketika Tuhan mengembalikan/memulihkan kembali sion yang terbelenggu /tertawan/ sibbat….”
Jadi dalam teks aslinya disana dikatakan bahwa sion dalam keadaan terbelenggu/tertawan. Kata sibbat/terbelenggu ini bermakna sebuah keadaan yang terpuruk secara jasmani maupun rohani. Dan orang Israel sadar akan keadaan mereka ini.
Hal ini jugalah yang harus kita lakukan untuk kita sadar akan keadaan kita yang butuh pemulihan .
Dalam kitab Hagai 1: 5 disana Tuhan menegur keadaan umat Tuhan yang tidak sadar akan keadaan mereka yang terpuruk secara jasmani dan rohani
“Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu.
Tuhan meminta umatNya untuk menyadari keadaan mereka yang menyedihkan, namun umatNya tidak menyadari sehingga digambarkan oleh Tuhan dalam Hagai 1:6
Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!
7 Beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu!
8 Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN.
9 Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri.

Ayat-ayat yang kita baca ini jelas berisi teguran Tuhan kepada umatNya. Coba saudara baca semua kitab hagai, tidak banyak kok hanya beberapa pasal namun didalamnya ada banyak pelajaran rohani yang bisa kita petik. Kalau hanya dibahas sekarang tidak akan cukup waktunya, karena saya hanya mengaitkan dengan tema renungan kita.
Sebenarnya teguran Tuhan ini menggambarkan bahwa umat Tuhan ga sadar kalau keadaan mereka butuh pemulihan.
Karena itu Tuhan mengajak umatNya untuk memperhatikan keadaanmu. Kata ini adalah idion bahasa ibrani yang teks aslinya berbunyi:
“simmu lababkem al-darkekem” arttinya :
“lihatlah/kritisi/renungkan dengan hatimu/lababkem/berbicara kejujuran jalan-jalan hidupmu”
Allah ingin umatNya mengkoreksi secara pribadi/intropeksi secara pribadi bukan melihat orang lain. Itu yang sreing tidak saya sadari saya lakukan. Tapi saat ini Tuhan mengajak kita untuk koreksi/perhatikan bagaimana hidupmu?
Apa tekanan-tekanan menggencetmu /hal-hal tidak mengenakkan terus menerus menghimpitmu. Jika kau tetap dalam jalanNya jangan berputus asa, Dia sedang melatihmu. Tapi jika kita mulai serong kekanan dan kekiri dan tekanan-tekanan it uterus menerus datang pada kita, perhatikanlah hidupmu kata firman Tuhan dalam kitab Hagai, bisa jadi itu suara Tuhan lewat poeristiwa-peristiwa untuk meluruskan jalan kita.
Jadi jika kita ingin hidup kita mengalami pemulihan dari Tuhan, mari kita menyadari kondisi kehidupan kita. Jangan seperti umat Tuhan yang tertulis dalam kitab Hagai yang tidak sadar akan kondisi mereka yang butuh pemulihan dari Tuhan.
Seringkali kita seperti jemaat di laodekia, yang merasa Tuhan dipihakku, kita merasa diurapi, namun tidak kita sadari bahwa urapan itu sudah mulai pudar bahkan hilang sama-sekali. Karena itu mari kita responi FT pada saat ini, kita sadari akan keadaan kita.

Yang kedua
Mengambil keputusan untuk
Berbalik kepada Tuhan
Maz 126:4
Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!

yang kedua yang harus kita lakukan untuk menerima pemulihan dari Tuhan adalah kita mengambil keputusan untuk berbalik kepada Tuhan. Ada seruan doa pertobatan dari pihak kita kepada Allah. Tidak cukup berhenti pada langkah pertama kita menyadari kondisi keadaan kita saja tanpa ada keputusan untuk berbalik kepada Tuhan. Ada banyak orang sadar akan keadaan mereka, namun saying mereka hanya berhenti pada titik tersebut. Suatu missal:
Ada banyak orang sadar bahwa merokok itu menimbulkn gangguan kesehatan dan berbagai penyakit, namun berapa banyak orang yang tahu, sadar akan hal ini baik lewat iklan ataupun penyuluhan tetap saja mereka merokok. Bahkan para dokterpun yang katanya ahli dalam bidang kesehatan masih saja ada yang merokok.
Karena itu mari kita tidak hanya berhenti pada tingkat menyadari, namun kita ambil keputusan untuk berbalik kepada Tuhan dalam seruan doa dan pertobatan kita.
Yah... bertobat, sebuah kata yang sangat tidak mengenakkan kita bukan? Namun inilah yang memang harus kita lakukan jika kita ingin mendapat lawatan Allah. Jika kita ingin mendapatkan pemulihan dan jamahan kuasanya. Kita lepaskan hal-hal yang mungkin mengenakkan bagi daging kita untuk kita perbuat yang tidak menyenangkan Allah. Jika kita menyimpan sebuah kemarahan, sakita hati, kekecewaan berarti saatnya bagi kita untuk melepaskan semua itu. Melepaskan pengampunan sebagai bukti pertobatan kita.
Dalam ayat ini kita melihat seruan pertobatan yang diucapkan oleh pemazmur. Ya Tuhan... pulihkanlah!!! Sebuah seruan pertobatan yang diserukan kepada Allah oleh pemazmur. Didalam Kitab Hagai kita juga menemukan sikap yang sama yang dilakukan oleh orang Israel menanggapi firman Tuhan.

Hagai 1:12
“ Lalu Zerubabel bin Sealtiel dan Yosua bin Yozadak, imam besar, dan selebihnya dari bangsa itu mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka, dan juga perkataan nabi Hagai, sesuai dengan apa yang disuruhkan kepadanya oleh TUHAN, Allah mereka; lalu takutlah bangsa itu kepada TUHAN.
Umat Israel meresponi firman Tuhan dengan ungkapan kata-kata didalam Kitab Hagai yakni:
“wa yir’u ha-am miPPünê yhwh(´Ã¤dönäy)”
“kegentaran didepan wajah TUHAN”
ini adalah kiasan bahasa Ibrani untuk sebuah perasaan takut yang disertai penyesalan dan pertobatan kepada Tuhan.

Mazmur 126:4 menggambarkan dengan jelas seruan hati umat Tuhan yang berbalik kepada Tuhan. Bagi Tuhan yang menjadi persoalan bukanlah seberapa besar pergumulan/masalah/tekanan kehidupan yang menimpa kita. Namun bagi Tuhan yang terpenting ada hati yang mau berbalik kepada Tuhan.
Dalam ayat ini dikatakan : “pulihkanlah keadaan kami ya Tuhan, seperti memulihkan batang air di tanah Negeb…”
Ini adalah keyakinan iman pemazmur yang diilhamkan oleh Roh Kudus mengenai kemampuan Tuhan untuk memulihkan keadaan kita seberapa beratpun pergumulan yang kita hadapi.
Dalam ayat ini digambarkan mengenai tanah Negeb. Tanah Negeb adalah daerah yang paling kering bahkan sangat kering di Palestina. Namun dalam ayat ini dikatakan seperti memulihkan batang air ditanah negeb. Artinya apa? Air adalah sesuatu yang sangat-sangat sulit ditanah Negeb, namun Tuhan sanggup memunculkannya. Ditengah-tengah kemustahilan Tuhan sangup membuat jalan bagi umatNya.
Ada banyak terdapat ayat-ayat Didalam Alkitab yang menggambarkan kuasa Allah yang mengatasi kemustahilan.Misalkan kita baca dalam
Yesaya 41:18
“18 Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air membual di tengah dataran; Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering.
19 Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya,
20 supaya semua orang melihat dan mengetahui, memperhatikan dan memahami, bahwa tangan TUHAN yang membuat semuanya ini dan Yang Mahakudus, Allah Israel, yang menciptakannya.

Jelas sekali kalau kita membaca ayat ini bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu yang tampaknya mustahil bagi mnausia. Dan jika saya teliti pohon-pohon yang disebut dalam ayat 19 itu jenis pohon yang hanya bisa ditanam dan tumbuh didaerah yang cukup air. Alias tidak mungkin bisa tumbuh dipadang belantara seperti yang tertulis dalam ayat ini. Namun Tuan mengatakan ini untuk menggambarkan bahwa Dia sanggup melakukan sesuatu yan tampaknya mustahil bagi kita. Jadi ini dapat dimisalkan jika saya berencana untuk membuat kebun apel di Situbondo. Apel tidak akan mungkin dapat tumbuh baik, bahkan untung-untungan bisa berbuah.
Jadi tidak peduli seberapa besar beban pergumulanmu, tidak perduli seberapa besar masalahmu, bahkan sesuatu yang tampaknya tidak dapat kau pikirkan jalan keluarnya, Dia sanggup MEMBUKA JALAN bagimu. Bagi Tuhan tidak seberapa penting buruknya hidupmu, seberapa jahat, seberapa berdosanya kita, karena DIA SANGGUP MERUBAH. Tuhan hanya minta ada hati yang meresponi firmanNya. Ada hati yang mau terus menerus hidup dalam pertobatan.
Jadi jelas bahwa langkah kedua yang harus kita ambil adalah berbalik kepada Allah. Tidak hanya berhenti pada taraf sadar akan keadaan kita yang butuh pemulihan, namun meningkat kepada meninggalkan hal-hal yang tidak berkenan dihadapanNya.

Yang ketiga
Iman tanpa perbuatan mati
MAzmur 126:5a &6a
5 Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata
6 Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih,

Yang ketiga yang Tuhan inginkan adalah kita tidak berhenti pada tingkat menyadari dan berbalik dari dosa kita, Tuhan ingin umatNya masuk kedalam tahap yang lebih dalam lagi, yakni adanya tindakan. Allah tidak ingin umatNya pasif menantikan pemulihan itu terjadi dalam hidup kita. Allah ingin, biarlah Allah mengerjakan bagianNya dan kita mengerjakan bagian kita.
Dalam ayat yang kita baca ini menggambarkan ada tindakan aktif dari umat Tuhan untuk terwujudnya pemulihan itu dalam kehidupan mereka.
Dalam Kitab Hagai jelas sekali tertulis disana bahwa umat Tuhan tidak pasif menaantikan janji berkat dan pemulihan yang Tuhan sediakan dalam hidup mereka.
Hagai 1:14
“14 TUHAN menggerakkan semangat Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan semangat Yosua bin Yozadak, imam besar, dan semangat selebihnya dari bangsa itu, maka datanglah mereka, lalu melakukan pekerjaan pembangunan rumah TUHAN semesta alam, Allah mereka,
Jelas disini Tuhan ingin umatNya melakukan bagian mereka dan TUhan melakukan bagianNya. Tuhan yang menggerakkan semangat umatNya, dan umatNya bekerja untuk mewujudkan pemulihan itu terjadi.
Firman Tuhan saat ini mengajar kita tidak berdiam diri menunggu pemulihan itu nyata dalam hidup kita. Mari kita aktif dalam doa-doa kita, dalam perenungan kita akan firman Tuhan. Tuhan senang melihat umatNya tidak berdiam diri.
Dalam kitab hagai jika kita membaca ayat-ayat sebelumnya maka kita lihat Tuhan menjanjikan pemulihan, berkat-berkat jasmani dan rohani. Namun semua itu tidak akan terwujud jika tidak ada tindakan aktif dari umat Tuhan untuk meraih semuanya itu.
Mari kita tidak hanya berdiam diri saja ketika manantikan pemulihan itu terjadi didalam kehidupan kita, kita isi dengan tindakan iman. Karena iman bukan hanya sesuatu yang di hati saja, namun juga dalam tindakan.

Yang keempat:
Menantikan Waktunya Tuhan
Mazmur 126: 5b & 6b
“ akan menuai dengan bersorak-sorai.“
“pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.”

Setelah apa yang sudah kita lakukan semuanya hal-hal yang berkaitan dengan hubungan pribadi kita dengan Tuhan, maka kunci keempat adalah menantikan waktu Tuhan. Didalam ayat ini dikatakan sangat jelas bahwa kita yang sudah menabur akan menuai dengan sorak-sorai, kita akan pulang membawa berkas kita. Hal ini bermakna apa? Hal ini bermakna bahwa semua-semua yang sudah kita lakukan itu tidak akan pernah sia-sia dihadapan Tuhan.
Segala pertobatan kita yang menyakitkan bagi kita, doa-doa dan pergumulan kita. Semua itu akan membawa keuntungan bagi kita. Ibarat kita menabur benih pasti kita akan menuai semua yang sudah kita perbuat untuk mewujudkan pemulihan itu nyata dalam hidup kita.
Didalam bahasa Yunani kata yang digunakan untuk menunjuk waktu itu ada 2 yakni Kairos dan kronos. Kronos adalah kata yang digunakan untuk menunjuk waktu yang sedang berjalan (dalam bahasa Inggris menjadi kronologi). Seperti bom yang bergerak mundur 10,9,8,7..dst itu kronos. Namun Kairos itu adalah waktu penentuan, ketika, misalnya kita menyetel bom dan bergrak mundur kan 9,8,7,6,5,4,3,2,1,0 BAMMM….!!!! Inilah KairosNya Allah.
Seringkali umat Tuhan gagal dalam masa penantian yang Allah buat untuk semakin membentuk karakter kita menjadi kuat dan sabar. Ada banyak kisah di Alkitab yang mengisahkan kegagalan umat Tuhan ketika mereka tidak sabar menantikan Kairos Allah dalam hidup mereka. Misal, Abraham yang gagal ketika mengambil Hagar menjadi gundiknya.
Kita percaya waktu Kairos Allah bagi pemulihan itu akan datang. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan Kairos Allah itu datang dalam hidupmu. Namun yang pasti waktu Allah itu pasti akan menjadi lebih dekat dari hari ke hari. Tergantung bagaimana kita menantikan waktu itu datang dalam hidup kita.

Kesimpulan ketika kita berhasil hidup didalamnya
Jika kita sudah melakukan semua prinsip-prinsip ini maka Allah sendiri yang memberi jaminan pemulihan itu didalam kehidupan kita. Sehingga kehidupan kita yang dipulihkan Tuhan ini akan menjadi kesaksioan bagi orang lain juga turut mengakui kebesaran Allah, bahkan lebih dari itu mereka bisa tertarik untuk mengenal lebih jauh lagi pribadi yang kita sembah.
Kita baca dalam mazmur 126:2
“ Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!"

Ayat ini jelas mengatakan, bahwa ketika pemulihan dari Tuhan itu datang maka diri kita akan penuh sukacita yang datang dari Tuhan. Sukacita bukan saja karena keadaan kita dipulihkan. Namun lebih lagi sukacita bahwa kita boleh lebih dalam lagi mengenal PribadiNya.
Namun bukan hanya itu, kita akan menjadi kesaksian bagi orang lain. Kesaksian yang hidup akan keberadaan dan kemahakuasaan Allah.

Jadi jelas bahwa berdasar Mazmur 126 kita bisa melihat 4 prinsip untuk sebuah pemulihan.
1. Menyadari Keadaan kita
2. Mengambil keputusan untuk berbalik kepada Tuhan alias bertobat.
3. Ada tindakan aktif dari kita/iman tanpa perbuatan mati
4. Menantikan waktunya Tuhan.

Komentar

Postingan Populer