Ketekunan

Ketekunan

Semakin saya merenungkan tentang prinsip ketekunan, semakin saya menyadari bahwa selama kita sudah melakukan apa yang benar - yang menjadi porsi kita, maka tidak boleh ada lagi alasan apapun untuk membenarkan 'kegagalan kita'. Apa yang sering kita sebut sebagai 'kegagalan' tidak lain hanyalah absennya ketekunan dari hidup kita.

Karena jika kita mengetahui bahwa apa yang kita lakukan sudah benar, yang harus kita lakukan hanyalah bertekun - terkadang untuk memunculkan suatu hasil, buah, pencapaian, keberhasilan, kemajuan atau apapun istilah yang di pakai, memang membutuhkan suatu usaha dengan kadar tertentu dalam suatu kurun waktu tertentu...

Orang yang mudah menyerah adalah orang yang tidak memiliki ketekunan dalam hidupnya.

Sekali lagi saya tekankan, selama kita tahu dengan pasti bahwa apa yang sedang kita lakukan sudah benar, yang harus kita lakukan hanyalah terus melakukan apa yang benar tersebut dengan  tekun - lakukan terus, lakukan dengan kekuatan yang setiap harinya terus bertambah besar, lakukan tanpa kenal menyerah - sampai sesuatu terjadi!

Berapa lama yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu terjadi? Entahlah.... Bagi satu orang mungkin dibutuhkan hitungan hari, bagi orang yang lain mungkin dibutuhkan hitungan bulan dan bagi orang yang lain lagi mungkin dibutuhkan hitungan tahun.... Masing-masing orang akan harus menumbuhkan level ketekunannya sendiri-sendiri.

Tapi satu hal yang pasti, melalui ketekunan, kita sedang terus menumbuhkan kemampuan, skill, kapasitas, pemahaman dan berbagai kualifikasi penting lainnya di dalam hidup/ batin kita.
Pendek kata, kita tidak akan pernah dirugikan oleh ketekunan!

1. Pastikanlah bahwa apa yang kita lakukan memang sudah benar.

Seringkali ada orang-orang tertentu yang mempraktekkan prinsip bertekun dalam kekeliruan.

Maksudnya, mereka sama sekali tidak menguji/ mengevaluasi apakah yang sedang mereka lakukan tersebut sudah akurat atau justru keliru. Ada banyak orang berasumsi bahwa karena semua orang melakukan hal yang sama, artinya hal tersebut memang sudah benar... Kebenarannya adalah, tidak semua yang dilakukan oleh banyak orang adalah pasti benar.

Bisa saja orang melakukan sesuatu -dan dianggap sebagai sesuatu yang benar karena sudah terbentuk menjadi suatu kultur/ sistem; dan sekali orang terhisap dalam suatu sistem atau kultur, biasanya ia akan melakukan apa yang tersetting dalam sistem/ kultur tersebut tanpa mempertanyakan lagi.

Jadikan prinsip firman sebagai patokan kebenaran; pakai progresifitas pewahyuan firman yang Roh Kudus nyatakan sebagai patokan langkah-langkah yang seharusnya seseorang lakukan dalam ketekunan!

2. Alasan seseorang tidak bisa bertekun adalah karena didalam hidupnya masih ada pola dunia didalam hidupnya.

Jika kita memperhatikan 'kultur serba instan' yang banyak di jalani oleh 'orang-orang diluar sana', dapat dikatakan bahwa jika ada orang percaya yang jadi ikut-ikutan berkeinginan meraih segala sesuatu secara instan, artinya hidup mereka sedang tercemar oleh berbagai aktifitas roh dunia yang bekerja atas kota/ bangsa. Tuhan selalu mengibaratkan perkembangan hidup orang percaya sebagai suatu pohon.

Dan untuk suatu pohon dapat bertumbuh sampai mengeluarkan buah, selalu dibutuhkan adanya suatu rentang waktu - ada proses ketekunan yang harus dijalani.

Dibutuhkan perombakan nature dalam hidup setiap orang percaya yang selama ini berkeinginan meraih sesuatu/ segala sesuatu secara instan.

Segala sesuatu yang di raih secara instan, seringkali dapat hilang dengan  mudah; apa yang kita raih dalam ketekunan seringkali justru akan bertahan dalam kurun waktu yang lama...#AkuCintaTuhan (Ps. Steven Agustinus)

Komentar

Postingan Populer