MEREBUT KEMBALI APA YANG TELAH DICURI

MEREBUT KEMBALI APA YANG TELAH DICURI


1 Samuel 30:8 Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: “Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?” Dan Ia berfirman kepadanya: “Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan.”
 
Setiap orang mungkin pernah mengalami kehilangan sesuatu dalam hidupnya, baik kehilangan hal yang relatif kecil, besar sampai sangat besar, yang menyebabkan orang merasa berduka karenanya. Orang percaya bisa saja mengalami berbagai jenis kehilangan. Kehilangan yang paling umum adalah kehilangan yang konkrit, seperti barang berharga, orang yang dikasihi, jabatan tertentu, dan sebagainya. Tapi kita juga bisa kehilangan sesuatu yang tidak konkrit, seperti kehilangan visi atau tujuan dalam kehidupan, damai sejahtera, gairah dan lain-lain. Sebagai mahluk hidup, rasa berduka dalam segala tingkatan dan bentuknya merupakan respons yang umum dilakukan ketika mengalami kehilangan sesuatu. 
 
Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag, tempat pemukiman Daud dan para pengikutnya, telah dikalahkan oleh Amalek dan dibakar habis. Perempuan-perempuan dan semua orang yang ada di sana, tua dan muda, telah ditawannya. Mereka menggiring semua yang dapat mereka bawa, termasuk orang dan barang, kemudian meneruskan perjalanannya. Ketika Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu, tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan. Alkitab mencatat, menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan sejadi-jadinya, sampai mereka tidak kuat lagi menangis. Bahkan di tengah kondisi Daud yang sedang sangat terjepit, rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. 
 
Kita tidak tinggal di Ziklag, juga tidak hidup pada zaman Saul dan Daud. Namun keadaan yang dialami Daud dan orang-orangnya pada waktu itu bisa saja dialami oleh orang percaya di masa sekarang, yakni bahwa musuh diam-diam mungkin telah menginvasi daerah kita di saat kita sedang pergi atau “tertidur” dan mungkin telah mencuri hal-hal yang berharga dari kita. Apapun itu, hal-hal itu dapat diterjemahkan sebagai kekecewaan, kehilangan pengharapan, kehilangan visi serta antusiasme. Kita berharap bagaimanapun Allah akan melindungi dari kerusakan apapun. Namun, apa yang terjadi mungkin berbeda. Ada banyak hal yang mungkin tidak pernah kita harapkan, justru terjadi dalam hidup oleh berbagai penyebab yang tidak kita sadari. 
 
Ketika menghadapi kondisi yang demikian, banyak dari orang percaya memilih bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa dengan berusaha menjaga hati, berusaha menutupi rasa kecewa yang muncul, lalu kemudian melanjutkan kehidupan namun tanpa disertai dengan antusiasme lagi kepada Tuhan seperti sebelumnya. Banyak orang merasa baik-baik saja dengan keadaan seperti ini, walaupun sebenarnya tidak sedang baik-baik dan tidak mau mengakui bahwa ada sesuatu yang telah hilang dan perlu untuk dipulihkan. 
 
Inilah yang menjadi pesan Tuhan bagi kita di minggu ini. Banyak orang percaya seringkali terkesan melakukan pembiaran atas kehilangan-kehilangan yang terjadi dan seolah-olah merelakannya, meskipun sebenarnya tidaklah demikian. Tuhan mau kita mengambil sebuah keputusan untuk mengejar dan memulihkan apa yang telah dicuri si musuh. Apapun yang telah dicurinya, baik itu sesuatu yang konkrit maupun yang tidak konkrit.
 
Tuhan mau kita bersikap seperti Daud ketika mengalami kehilangan di Ziklag, yaitu:
(1). Menguatkan kepercayaannya
 
1 Sam. 30:6 Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.
 
Sama seperti yang Daud dan orang-orangnya lakukan, kita pun harus mengambil keputusan: apakah kita akan menangisi kehilangan kita, dan berusaha menyembunyikan rasa frustrasi kita dengan seolah-olah bersikap tidak terjadi apa-apa ataukah kita menolak untuk berkompromi, lalu menguatkan kepercayaan kita kepada Tuhan, sama seperti yang Daud lakukan, dan berdiri tegak untuk memulihkan segala sesuatu. Ini benar-benar keputusan yang sangat penting, sebuah keputusan antara hidup secara rohani atau mati secara rohani. Antara hidup sebagai orang yang terluka secara rohani atau hidup sebagai pemenang secara rohani.
 
Jadi, yang disebut menguatkan kepercayaan adalah bukan sekedar datang berdoa untuk meminta ampun kepada Tuhan atas segala kesalahan sehingga mengakibatkan terjadinya berbagai kehilangan, namun sebuah sikap hati yang bertekad untuk bangkit dan melakukan perlawanan dengan kekuatan Tuhan untuk merebut kembali semua yang telah dicuri si musuh dari kehidupan kita, apapun bentuknya. Banyak orang percaya menghabiskan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk bertanya “Mengapa Tuhan?”. Tetapi bilamana pertanyaan ini terus berlangsung sampai jauh sekali di dalam hati kita, seperti yang Ayub lakukan, itu tidak akan menghasilkan apapun.
 
(2). Datang bertanya dan meminta arahan dari Tuhan
 
1 Sam. 30:8 Kemudian bertanyalah Daud kepada TUHAN, katanya: “Haruskah aku mengejar gerombolan itu? Akan dapatkah mereka kususul?” Dan Ia berfirman kepadanya: “Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan dapat menyusul mereka dan melepaskan para tawanan.”
Doa bukanlah sebuah komunikasi satu arah antara kita dengan Tuhan, namun merupakan komunikasi dua arah. Sebagaimana layaknya orang-orang yang melakukan pembicaraan dengan menggunakan alat komunikasi, tentunya yang diharapkan dari si penanya adalah sebuah jawaban, sehingga komunikasi dapat berlangsung dengan baik. Apa yang dilakukan Daud bukan hanya sekedar menguatkan kepercayaannya saja, namun ia datang dan bertanya kepada Tuhan memohon arahan untuk langkah dan strategi apa yang harus ia lakukan guna mendapatkan kembali isteri, anak-anaknya serta barang-barang kepunyaannya yang dicuri pihak musuh. 
 
Daud tidak datang begitu saja kepada Tuhan, kemudian bertanya, lalu seketika menerima jawaban dari Tuhan. Apabila kita perhatikan baik-baik, Daud memberi perintah kepada imam Abyatar bin Ahimelekh untuk membawakan efod kepadanya. Baju efod adalah baju lenan yang disertai dengan penutup dada yang biasa dikenakan oleh seorang imam besar dalam beribadah, khususnya ketika datang memohon petunjuk kepada Tuhan. Daud lalu mengenakan baju efod tersebut. Maksud semua itu ialah Daud tidak asal sekedar datang kepada Tuhan untuk berdoa, namun ia sungguh-sungguh datang memohon petunjuk dan arahan dari Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan akan selalu menyadari bahwa di atas kehendak dirinya sendiri ada kehendak Tuhan yang harus senantiasa ia temukan, apapun problema yang dihadapinya.
 
Umat Tuhan, Daud bukanlah seorang yang menyerah begitu saja kepada musuh yang telah menggerogoti hidupnya dan merelakan setiap kehilangan yang terjadi, melainkan seorang yang percaya bahwa, apabila ia datang dengan kesungguhan hati kepada Tuhan, percaya bahwa Tuhan yang ia sembah akan melakukan sebuah restorasi besar-besaran dalam hidupnya. Amin!
 
Tuhan Yesus memberkati! 

Komentar

Postingan Populer