WARISAN JEMAAT SARDIS

*WARISAN JEMAAT SARDIS*

*Wahyu 3:1-2 (TB)  "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!
Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.*

Keadaan jemaat.

Ada beberapa kritikan, pujian, perintah dan upah yang dituliskan oleh Yohanes kepada jemaat si Sardis.

*Kritikan :*

*…Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati. (ay.1)*

Di Sardis jemaat Tuhan hidup dalam kondisi aman dan nyaman. Tidak ada guru palsu dan tidak ada penganiayaan. Semua berjalan dengan baik. Mereka hidup makmur dan diberkati. Bukankah kondisi seperti di Sardis ini yang diidam-idamkan jemaat pada masa kini? Tetapi Tuhan justru mencela dan mengkritik dengan keras jemaat ini. Sebenarnya jemaat di Sardis ada dalam kondisi di mana mereka merasa tidak ada masalah dalam hal hubungan mereka dengan Tuhan. Padahal sesungguhnya mereka sudah jauh dari Tuhan, jika mereka tidak menang atas kondisi ini, maka mereka beresiko besar untuk kehilangan keselamatan (Why 3:5).

*Perintah :*

…Bangunlah dan kuatkanlah…(ay.2) dan turutilah dan bertobatlah…(ay.3)

*Apa yang harus dilakukan oleh jemaat di Sardis?*

*1. Memiliki Kerohanian Yang Hidup*

“Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati.” (Why 3:2a)

Secara lahiriah, jemaat di Sardis tampak hidup dan aktif serta memiliki keberhasilan dan kerohaniannya dikenal baik, memiliki penyembahan yang menarik. Tetapi Tuhan katakan kerohanian mereka mati. Aktif dan sibuk melayani belum pasti berarti rohaninya hidup. Bisa jadi ia mati rohani. *Semuanya itu dilakukan hanya karena tuntutan kewajiban atau kebiasaan.*

Apakah kerohanian kita hari-hari ini masih ‘greget’ dengan Tuhan atau biasa-biasa saja? Setiap hari setiap waktu (sangat) perlu terus berkomunikasi dengan-Nya. Menjaga hubungan intim dengan Tuhan membuat rohani seseorang tetap hidup, tidak mati. Untuk mempertahankan kerohanian kita, maka kita harus memiliki gaya hidup doa, pujian, penyembahan, serta membaca Alkitab.

*2. Menyelesaikan Pekerjaan*

*“… sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.” – (Why 3:2b)*

Kerohanian yang “hampir mati”membuat tidak satupun pekerjaan jemaat Sardis sempurna di mata Tuhan. Kata *“sempurna”* di sini bukan berarti kualitas tanpa kekurangan sedikitpun, melainkan berarti *“selesai”* atau *“lengkap”*

Tuhan menuntut jemaat di Sardis menyelesaikan pekerjaan mereka.“Pekerjaan” di sini berbicara tentang kasih, iman, pelayanan, dan ketekunan. (Why 2:19a)

Ayat selanjutnya kita adalah tentang kualitas pekerjaan yang Tuhan kehendaki: “pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak daripada yang pertama.”

Tuhan meminta agar kasih, iman, pelayanan, ketekunan (“pekerjaan”) kita yang sekarang lebih baik daripada yang pertama. Dalam segala bidang kehidupan, baik dalam pekerjaan, usaha, pelayanan, maupun dalam hidup berkeluarga dan bermasyarakat, kita harus memperlihatkan tanda-tanda kedewasaan yang membuktikan bahwa kita semakin serupa dengan gambaran Anak-Nya.

*3. Berjaga-jaga*

Wahyu 3:3 (TB)  Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau *tidak berjaga-jaga,* Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.



*Pujian :*

…Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya…(ay.4)

*Upah :*

Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih…Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengakunamanya dihadapan BapaKu dan dihadapan para malaikatNya.  (ay.5)

*PAKAIAN PUTIH*

Pakaian putih melambangkan hidup kudus.  Pakaian kotor melambangkan kehidupan dalam dosa yang belum bertobat dari kesesatan.

*KEKUDUSAN*

*Apa yang Kitab Wahyu ajarkan tentang "Kekudusan"?*

*1. Kekudusan Berasal Dari Kristus*
"Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?" Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba." (Wahyu 7:13-14)

Tidak ada kekudusan di luar Kristus! Tidak ada perbuatan saleh manusia yang menjadikan manusia suci di hadapan Allah. Kekudusan dimungkinkan karena "darah Anak Domba", yaitu ketika kita menerima pengorbanan Yesus di atas kayu salib yang membenarkan kita.
Akan tetapi adalah suatu kesalahan fatal ketika menganggap bahwa manusia tidak perlu melakukan apapun supaya kudus. Kata-kata "mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba" menandakan adanya ‘peran' manusia dalam hal kekudusan. Dalam hal apakah manusia ‘berperan'? Tuhan mau manusia beriman dan bertindak untuk menerima pengorbanan Yesus, dimulai dengan pertobatan. Kelihatannya terdengar sederhana dan gampang, namun dalam situasi hidup hari-hari ini yang sarat dengan nilai dunia, tidak semudah yang dibayangkan. Wahyu 9:20-21 menubuatkan datangnya masa di mana manusia tidak mau bertobat bahkan setelah Tuhan mulai mencurahkan penghukuman-Nya atas bumi. Betapa mengerikan!

*2. Kekudusan Terkait Dengan Gaya Hidup Kita*

Kitab Wahyu 17-18 menggambarkan dengan kuat suatu masa di mana sistem dunia dan iblis, dilambangkan dengan "Babel", yang mempengaruhi banyak otoritas di muka bumi ini. Adopsi nilai-nilai Babel ini digambarkan sebagai tindakan percabulan.

(Wahyu 17:2, 19:3)
Pada hari ini, tidak sulit untuk membayangkan seberapa kuat nilai-nilai dunia dan iblis bisa mencengkeram suatu bangsa, wilayah dan penduduknya. Gaya hidup Babel, yang adalah percabulan, baik fisik maupun rohani, telah menjadi suatu pandemi.

Wahyu 18:4: "Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya."

Sebagai umat Tuhan, kita semua diminta untuk keluar dari: gaya hidup percabulan Babel dan segala sesuatu pilihan hidup yang menggantikan Tuhan di tempat pertama. Hidup kudus adalah sesuatu yang praktikal, ada di dalam hidup kita sehari-hari, ada di dalam pilihan gaya hidup kita: keuangan, hubungan dekat, kepemilikan materi, egosentrisme dan banyak lagi.

*3. Kekudusan Harus Diusahakan Dan Dipertahankan*
Kitab Wahyu tidak hanya menekankan peran Ilahi dalam hal kekudusan, namun di saat yang sama juga menyebutkan adanya peran manusia untuk hidup kudus.

• Wahyu 3:5: "Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian;
Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya."

• Wahyu 16:15: "Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya."

Perkataan: "Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih" (Wahyu 3:5) menunjukkan bahwa ada upaya manusia, yaitu menjadi menang, supaya ia tetap kedapatan kudus dan layak menjadi penghuni sorga ("berpakaian putih"). Demikian pula perkataan: "Berbahagialah dia... yang memperhatikan pakaiannya" menandakan peran aktif seseorang agar tetap kedapatan kudus. Apakah dengan demikian kita semua kembali ke Hukum Taurat, harus melakukan banyak hal terutama dalam kitab Imamat, supaya tetap murni dan tidak cemar? TIDAK! Kekudusan yang harus diusahakan, bukan berasal dari luar ke dalam. Melainkan dari dalam (hati) ke luar.

19 Agustus 2019
Rhema Yang Saya Dapatkan Dari Membaca Buku WARISAN TUJUH JEMAAT

Joshua Ivan Sudrajat

Komentar

Postingan Populer