MENYUARAKAN SUARA KENABIAN

MENYUARAKAN SUARA KENABIAN



Tidak ada yang istimewa mengenai Yahaziel. Tidak terlalu tinggi, namun juga tidak terlalu pendek. Kulitnya tidak hitam, namun tidak dapat dibilang putih. Tidak gemuk, namun tidak kurus. Ia bukan seorang pejabat yang disambut dengan karpet merah. Bukan pula seorang ilmuwan dengan sederet penghargaan. Namanya tidak terdaftar dalam urutan para nabi di Israel. Ia adalah orang rata-rata, rakyat jelata. Jika ia berada di tengah orang banyak, sulit untuk membedakan Yahaziel dengan rakyat lainnya. Di tengah kerumunan rakyat itulah Yahaziel bernubuat bagi bangsanya sehingga Yehuda dapat memenangkan peperangan (2 Tawarikh 20). Ada lagi cerita mengenai Elisa. Ia bukan pengamat ekonomi, bukan pejabat bagian logistik di negaranya. Tetapi, ia memberikan prediksi tentang apa yang akan terjadi dalam ekonomi Samaria dan hal itu terjadi tepat seperti perkataannya. Saat itu terjadi kelaparan hebat di Samaria karena kota itu dikepung musuh. Begitu dahsyat bencana itu sehingga gara-gara kelaparan, para ibu tega memakan anak mereka! (2 Raja-raja 6:24-7; 20)

Dalam keadaan seperti ini, Elisa berkata pada raja, “Besok sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan sesukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.” (2 Raja-raja 7:1). Besok, harga tepung terbaik hanya seperlima harga empat kab tahi merpati hari ini. Padahal, hari ini sama sekali tak ada tepung tersedia di Samaria. Jika dibayangkan, mungkin seperti seseorang mengatakan bahwa harga dolar besok akan menjadi Rp 1.000, pada hal hari ini satu dolar bernilai Rp 17.000. Perkataan Elisa menjadi tertawaan seorang perwira, dan mungkin ratusan orang lainnya. Tidak perlu dibantu pendapat para pakar ekonomi, rakyat jelata pun tahu bahwa hal tersebut tidak masuk akal. Tetapi, semua terjadi tepat seperti perkataan Elisa. Elisa memang bukan pakar ekonomi, tetapi ia seorang nabi Allah. Melalui Elisa, Allah berbicara. Tidak jauh berbeda adalah cerita tentang Yesaya. Ia menulis mengenai seorang Raja Damai yang akan datang, dan menjelaskan dengan tepat bagaimana Sang Raja akan mati diantara penjahat dan dikuburkan di antara orang fasik. Yesaya memberitahukan hal ini kepada bangsa Israel bahwa Yesus akan datang, karena Allah berbicara kepada-Nya (Yesaya 53:9). Sejak dahulu, Allah menyuarakan isi hatinya melalui nabi-nabi-Nya.

“Dengar, hai Yehuda dan penduduk Yerusalem! Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!” (2 Tawarikh 20:20).

“Tetapi, dengan jalan demikian, Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankannya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya.” (Kisah Para Rasul 3:18).

Sampai saat ini pun, Allah tetap mengutus nabi-nabi-Nya. Mungkin Anda tidak akan menjumpai nabi Allah dalam jubah putih, janggut tebal, dan mengenakan sepasang sandal. Tetapi, Anda dapat menemukan mereka mengenakan jeans dan kaos polo atau kemeja, seperti Dick Eastman. Dick Eastman adalah pendiri pelayanan Every Home for Christ yang berkantor di Colorado Springs, Amerika Serikat. Ia juga seorang pendoa syafaat dan penulis buku terlaris mengenai doa. Beberapa tahun sebelum tembok Berlin runtuh, Roh Kudus dengan jelas berbisik pada Dick Eastman untuk pergi ke Jerman Timur. Tembok Berlin tidak hanya menjadi pembatas antara dua saudara, komunis Jerman Timur dan Jerman Barat, namun menjadi pembatas bagi Injil untuk masuk. Kata-kata yang didengarnya ialah, “Aku mau engkau naik pesawat ke Jerman, pergi ke Tembok Berlin, tumpangkan tangan pada tembok itu dan katakan padanya, “Dalam nama Yesus, runtuh!” Apa yang Anda pikirkan bila Anda menjadi Dick Eastman saat itu? “Cari tiket murah di mana, ya?” Atau, “Bagaimana mungkin tembok bisa runtuh?” Rasanya bukan zaman perang sehingga tak ada serangan bom yang akan meruntuhkan tembok itu. Jerman bukan juga daerah rawan gempa. Yang jelas, beberapa tahun setelah Dick Eastman menempelkan tangan di dinding dan mengucapkan perkataan profetiknya, Jerman Timur dan Barat bersatu, sehingga dinding pembatas tidak lagi dibutuhkan dan Injil pun dapat masuk dengan bebas.

Nabi lain yang memakai make up dan berdandan manis misalnya Cindy Jacobs. Cindy Jacobs adalah pendiri Generals of Intercession, suatu pelayanan untuk membangun pendoa syataat yang berpusat di Colorado Springs, Amerika Serikat, serta penulis baku-buku mengenai doa. Saat ia berdoa di kota Mar del Plata di Argentina bersama pendoa syafaat lainnya, ia mendapat penglihatan dan berkata, bahwa ada banyak bangku dan meja berserakan di trotoar di luar tempat perjudian tersebut. Tidak banyak yang percaya bahwa tempat perjudian yang sudah bercokol puluhan tahun lamanya akan tutup, apalagi jika tempat itu merupakan sumber mata pencaharian seluruh kota. Beberapa nenek rupanya percaya. Mereka dengan teratur mulai melakukan doa keliling dalam kasino tersebut. Dua tabun berselang, kasino bangkrut sehingga mereka menyewakan lantai dasar. Semua meja dan kursi dipindahkan ke lantai dua. Tiba-tiba, terjadi kebakaran besar di gedung itu. Dengan tergesa-gesa, petugas melempar semua bangku dan kursi keluar melalui jendela di luntai dua untuk diselamatkan. Yang terjadi saat itu persis seperti apa yang dikatakan oleh Allah melalui nabi-Nya.

Mungkin Anda pikir, hanya orang sekaliber Dick Eastman atau Cindy Jacobs yang dapat menjadi nabi. Tetapi sesungguhnya, jika Allah dapat menggunakan seekor keledai untuk memperingatkan Bileam (Ulangan 22:23-34), Allah pun dapat menggunakan siapa saja yang Ia kehendaki, termasuk Anda. Di antara sibuknya deringan telepon saat-saat kerusuhan Mei 1998 yang lalu, seorang jemaat memberi kabar yang cukup mengejutkan. Ia berkata, “Pastor Jimmy, kami sebetulnya telah mendapat penglihatan ini beberapa waktu yang lalu saat kami berdoa di kelompok sel kami. Salah seorang dari kami melihat tugu Monas terbakar!” Tepat seperti apa yang terjadi saat itu. Ia bukan seorang gembala senior. Ia tidak membawa ijazah sekolah teologi terkenal dan bukan pula pengamat politik nasional. Tetapi, telinga seorang anak akan mendengar jika Bapanya memanggil dan mengatakan sesuatu. 

PS Jimmy Oentoro

Disalin Oleh Joshua Ivan Sudrajat

Komentar

Postingan Populer