TINGKATAN HUBUNGAN DENGAN TUHAN

*TINGKATAN HUBUNGAN DENGAN TUHAN*

*PS ARUNA WIRJOLUKITO*



Hubungan dengan Tuhan Memiliki Tingkat Hubungan :


TINGKAT HUBUNGAN HAMBA

TINGKAT HUBUNGAN SAHABAT

TINGKAT HUBUNGAN ANAK

TINGKAT HUBUNGAN MEMPELAI


Didalam Tuhan kita memiliki Banyak Status Hubungan Kita 


Hubungan Kita Sebagai Anak Meningkat Sampai Hubungan Sebagai Mempelai


*SEBAGAI SEORANG ANAK*


2 Korintus 6:18 (TB)  Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa." 


2 Korintus 6:17 (TB)  Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. 


Ayat 17 Berbicara Tentang Kemerdekaan.


Waktu kita berkata bahwa segala hutang dan tuntutan atas kita dibatalkan pada saat kita diadopsi, hal ini tidak berarti semuanya itu dihapuskan hanya oleh ketetapan ilahi. Tetapi semua hutang kita harus ditanggungkan kepada Kristus. Ia membawa surat hutang itu ke atas kayu salib dan memakukannya di sana (Kol. 2:14). Jadi, adopsi dimungkinkan terjadi hanya melalui Kristus dan Kristus harus membayar harga yang tak ternilai itu. Ia mati sebagai orang benar untuk orang yang tidak benar. Ia membawa kita kepada Allah.

 

Hak Istimewa

 

Ketika kita diadopsi menjadi anak-anak Allah, maka kita memiliki beberapa hak istimewa berikut ini:

 

Merupakan “ahli waris Allah yang mewarisinya bersama dengan Kristus.” (Gal. 4:7)

Memiliki hak istimewa untuk memanggil Allah sebagai “Abba, Bapa.” (Gal. 4:7)

Menerima pemeliharaan Bapa yang lemah lembut dan belas kasihan dari Kristus.


*Seorang Sahabat*


“Aku tidak menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi aku menyebut kamu sahabat, karena aku memberitahukan segala sesuatu yang Aku dengar dari Bapa-Ku” (Yoh. 15:15). Di satu sisi, kita harus selalu memiliki jiwa seorang hamba bila itu berkenan dengan kerelaan kita untu melayani orang-orang lain, memiliki sikap rendah hati. Kualitas-kualitas ini patut kita perjuangkan dan pelihara.


Seorang Sahabat Allah ingin agar hubungan kita dengan-Nya melebihi hubungan antara seorang hamba dengan seorang tuan. Hamba dengan sahabat-sahabat dekatlah seorang tuan menceritakan pikiran-pikirangnya yang paling dalam. Abraham disebut “Sahabat Allah” (2 Taw. 20:7; Yes. 41:8; Yak. 2:23). Karena Abraham adalah seorang sahabat Allah, maka Ia memberitahukan rahasia-rahasia-Nya kepada Abraham. “Apakah Aku akan menyembunikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?” (Kej. 18:17). Di dalam Kejadian 18:17-33), Allah memberitahukan Abraham apa yang akan Ia lakukan kepada Sodom dan Gomora.



*Seorang Mempelai*


Hubungan mempelai itu bahkan lebih intim lagi dari pada hubungan sahabat. Seorang isteri yang sejati belajar untuk mengenal suaminya secara naluri. Tanpa suaminya mengucapkan sepatah kata, sang isteri seringkali sudah tahu apa yang dia pikirkan dan rasakan. Secara naluriah sang istri mendengar apa yang di katakan oleh hati sang suami, bahkan lebih dari perkataan. Bayangkanlah apa yang Allah katakan di dalam hati-Nya dam Kejadian 8:21. Allah tidak mengatakan ini dengan suara keras. Seorang yang memiliki hubuangan cukup erat mendengar apa yang sedang Ia katakan di dalam hati-Nya.


Jadi, kita dipanggil untuk memiliki hubungan yang lebih dari sekedar hubungan seorang hamba, karena hamba-hamba hanya mengenal Tuan mereka dari jauh. Sahabat memiliki hubungan yang lebih dekat dengan sang Tuan dan memahami dengan jelas apa yang sedang Ia katakan dan lakukan. Namun, seorang mempelai mengenal hati sang Tuan. Karena itu, marilah kita berusaha memenuhi syarat untuk menjadi Mempelai Perempuan-Nya yan elok (Why. 19:7-8; Yer. 9:24). Ada kualifikasi-kualifikasi yang pasti untuk hal itu. Marilah kita rajin bertanya mengenai berbagai macam caranya kita dapat mempersiapkan diri untuk dapat menjadi seorang pribadi yang menarik menurut Allah.


*SEORANG HANBA*


Rasul Paulus tentang makna dan esensi seorang hamba Allah. Mengacu pada Roma 1:1, kata Yunani yang digunakan Paulus untuk “hamba” adalah doulos yang memiliki arti “budak” baik secara tidak sukarela (belian) maupun sukarela.”


Bagi dunia Yunani, pengenaan status diri sebagai hamba adalah suatu kehinaan yang begitu rupa karena orang Yunani menganggap diri mereka adalah manusia bebas, manusia yang merdeka. Oleh karena itu masyarakat Yunani tidak mau disebut sebagai hamba dari orang lain, atau tidak mau disebut hamba dari dewa-dewi.


Sementara dalam dunia Ibrani, hamba adalah bawahan dari seorang atasan dan setiap orang merupakan hamba dari seorang atasan. Sebagai hamba dari seorang atasan, maka seorang hamba harus memiliki sikap hormat, tunduk, taat serta setia kepada atasan mereka. Seorang hamba harus mengutamakan kepentingan atasannya ketimbang kepentingan mereka sendiri. Seorang hamba harus siap untuk menjalankan misi dari atasannya meskipun misi itu terlihat berat dan mustahil untuk dilakukan.


Status Kita Ditebus maka Status Kepemilikan Berubah. Kita Dipanggil Keluar (ECCLESIA).


Ecclesia Berbicara Tentang Penebusan. Penebusan seluruh aspek kehidupan kita. Hal ini tidak mudah.


Dari Penebusan kita mengalami Pengudusan.


Baca Mazmur 1


Amin


Ditulis oleh Joshua Ivan Sudrajat



Komentar

Postingan Populer