SUPAYA GENAP FIRMAN-NYA

Supaya Genap Firman-Nya 

(Pdt. Petrus Agung)

GBI Kalam Hidup

Graha Manggala

Bandung, 16 Desember 2011



         Kalau kita membaca di kitab Matius, banyak sekali tulisan tentang "Supaya genap firman-Nya seperti yang dikatakan oleh para nabi". Ada juga perkataan, "Dengan demikian genaplah.." Semuanya itu dituliskan dan disebutkan berulang-ulang.

         Dalam seluruh sejarah kehidupan kita, kita tidak pernah lepas dari Tuhan. Karena Dia memiliki grand design untuk kita. Kita harus bangga karena kita memiliki Tuhan yang peduli kepada hal-hal yang kecil dan yang besar. Kalau gereja kehilangan rasa syukur, maka gereja akan banyak bersungut-sungut dan gereja Tuhan tidak akan mengenal kata syukur lagi.

         Sekarang-sekarang ini, setiap kali saya datang kepada Tuhan, saya selalu berkata, "Tuhan, ampuni aku, karena hingga saat ini, saya tidak bisa mengimbangi kebaikan Tuhan. Dengan apa saya bisa membalas kebaikan Tuhan?" Saya selalu berdoa meminta kesempatan dan anugerah supaya saya bisa memberikan sesuatu yang bermakna untuk Dia. Ketika berdoa, saya sadar bahwa yang paling berharga adalah membawa jiwa-jiwa untuk Tuhan. Kita bisa cek di Alkitab, pohon natal, pelayanan, dan apapun yang kita lakukan, tidak bisa membuat malaikat-malaikat bersorak-sorai. Hanya apabila kita memenangkan jiwa untuk Tuhan, maka seluruh Surga bersorak-sorai. Oleh karena itu, mintalah jiwa-jiwa untuk dipersembahkan bagi Tuhan.


Kesaksian.

         Sekarang ini adalah tahun-tahun lawatan untuk bangsa Indonesia. Pada bulan September 2011, kami membaptis sekitar 300 orang. Pada bulan Oktober 2011, kami membaptis sekitar 800 orang. Dan pada bulan November 2011, kami membaptis 3.000 lebih orang, yang separuhnya adalah saudara sepupu kita.

          Banyak hal yang sedang Tuhan kerjakan hari-hari ini. Saya dengar dari teman saya yang sedang pelayanan misi ke suatu pulau, yang seluruh penduduknya sekitar 2.000 jiwa, semuanya bertobat, terima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan semuanya dibaptis. Hal tersebut terjadi ketika seorang anak kepala desa sakit dan kemudian mereka doakan dan sembuh.

         Saat ini, kami juga banyak masuk ke sekolah-sekolah. Kami memberitakan Yesus sebagai Tuhan, tidak ada hambatan-hambatan lagi. Sekolah-sekolah dilawat Tuhan, terjadi kelepasan, dsb. Semuanya adalah karena anugerah dan kebaikan-Nya.

       Biarlah Natal kita tidak menjadi natal yang biasa-biasa saja. Jangan kita terus fokus memberikan kartu ucapan selamat kepada orang-orang, tetapi biarlah kita memberikan kartu ucapan selamat kepada Yesus, dengan cara memberikan jiwa untuk diselamatkan. Mari kita menjadi seperti Orang Majus dari Timur, membawa persembahan berupa jiwa-jiwa ke hadapan Tuhan.


Matius 2:19-23

"Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati." Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret."

Semua orang tahu bahwa Tuhan tidak suka apabila manusia merasa takut dengan manusia lain.

Yusuf pun memiliki rasa takut apabila anaknya dibunuh dan dianiaya. Apabila seseorang merasa takut, itu artinya dia sedang menghadapi suatu masalah. Apabila kita tidak memiliki masalah, maka kita tidak akan merasa takut oleh apapun juga. Keadaan yang negatif dapat dimanfaatkan Tuhan sedemikian rupa untuk menggenapi Firman-Nya. Nama Yesus dari Nazaret muncul dari rasa ketakutan Yusuf yang diintervensi Tuhan. Makanya nama Nazaret terus melekat pada nama Yesus.

Tuhan memiliki hobi yang unik. Dia suka mengubah sesuatu yang malang dan buruk, menjadi sesuatu yang ajaib untuk kemuliaan nama-Nya.

Nah pertanyaannya, apakah kekristenan kita digolongkan sebagai Herodes yang suka membunuh, para gembala, ataukah kita adalah orang majus dari Timur?

Kesaksian.

         Saya pernah hendak melakukan KKR di suatu daerah. Kami mendapat respon yang baik dari gereja setempat, dari masyarakat, dan juga dari aparat kepolisian. Kami juga diizinkan untuk menggunakan lapangan untuk KKR. Semuanya berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Hingga akhirnya, pada hari KKR tersebut akan berlangsung, ada beberapa pendeta yang meminta kami membatalkan KKR. Mereka menganggap kami ingin menarik jemaat di sana. Saya berdoa dan meyakinkan mereka bahwa kami tidak memiliki niat untuk merebut jemaat.

         Tidak berapa lama, musuh utama KKR pun muncul. Hujan turun dengan deras. Saya berdoa, saya melakukan doa peperangan, tetapi hujan malah makin deras dan tidak berhenti. Sempat saya berpikir, "Apa Tuhan mengabulkan doa para pendeta yang tidak setuju dengan adanya KKR ini?" Pada saat itu pun, iblis tidak tinggal diam, dia berbisik, "Katanya mau menyembuhkan orang, berdoa agar hujan berhenti saja tidak bisa."

         Kemudian ada seseorang yang basah kuyup mendatangi saya. Dia berkata, "Bapa harus naik ke panggung dan menengking dengan suara yang keras." Di dalam hati saya berkata, "Iya kalau hujannya berhenti. Kalau tidak bagaimana? Yang datang bisa bubar. Saya sebagai pendeta adalah penyalur kuasa Tuhan, jadi kuasa tidak bisa dipakai semena-mena. Kalau pusatnya berhenti, saya tidak bisa melakukan apa-apa."

         Saya putuskan untuk keluar dan naik ke panggung dengan basah kuyup. Saya diberi mike dan saya melihat ada sekitar 40 orang yang setia di sana. Padahal kami berdoa untuk 10.000 jiwa untuk menghadiri KKR tersebut. Di atas panggung, saya hanya dapat berkata, "Tuhan, harus bagaimana ini?" Kemudian Tuhan menjawab, "Nak, kalau kamu berpikir hujan ini menakutkan, maka itu akan menghabisimu." Kemudian saya menjawab, "Kalau Engkau berkata ini adalah berkat, maka hujan ini tidak akan membunuhku. Ini adalah hujan berkat!"

         Pada saat saya berkata "hujan berkat", di dalam hati, saya masih membantah Tuhan, soalnya saya tahu Alkitab, saya merasa tahu apa yang harus dilakukan. Ini adalah contoh pendeta yang lupa siapa penulis Alkitab, merasa diri pintar, tetapi sebenarnya bodoh. Saya masih terus berpikir, "Mau bagaimana kotbah, mau bagaimana membaca Alkitab, hujan begini. Hentikan dulu hujannya Tuhan." Saat itu Tuhan berbicara, "Waktu Aku hidup di dunia, Aku mengumpulkan orang terlebih dahulu atau melakukan mujizat terlebih dahulu?" Mendapat clue itu, saya langsung berteriak, "Siapa mau sembuh, tiru doa saya!"

         Setelah berkata Amin, saya meminta setiap orang memeriksa apa yang sebelumnya mereka tidak bisa lakukan. Saya meminta orang yang disembuhkan untuk bersaksi di atas panggung. Saat itu juga, banyak orang yang berteriak, "Saya sembuh! Saya sembuh!" Bahkan untuk kesaksian saja harus mengantri. Hari itu sangat luar biasa. Yang buta melihat, yang tuli mendengar, yang bisu berbicara, dan yang lumpuh berjalan. Semua orang yang sembuh dipotret dan diberitakan lewat media. Tidak beberapa lama, orang berbondong-bondong datang, minta disembuhkan.

         Saat itu Tuhan berkata, "Lebih baik hujan dan banyak yang sembuh, daripada tidak hujan dan tidak ada yang sembuh." Karena kejadian di hari itu, kami diundang kembali hadir tahun depan, untuk mengadakan pesta natal dan untuk sesi doa kesembuhan. Tahun depan, yang menjadi panitia acara adalah pihak kepolisiannya.


"Seringkali kita menghadapi realita yang tidak kita harapkan. Semakin kita berdoa, keadaan bahkan semakin parah. Pada saat itu, mari kita ajak Tuhan berbicara."


Disalin oleh Joshua Ivan Sudrajat

Komentar

Postingan Populer