MENYIAPKAN MINYAK UNTUK PELITA

MENYIAPKAN MINYAK UNTUK PELITA



Shalom


Pasukan Terdahsyat Tuhan Yesus Kristus, Melanjutkan Persiapan Kita Untuk Memasuki Tahun 2022.


Tuhan Yesus menginginkan kita menyiapkan Minyak Cadangan Untuk Menjaga Pelita Tetap Menyala.


MINYAK UNTUK LAMPU

Sejak zaman Perjanjian Lama, lampu-lampu dinyalakan dengan bahan bakar minyak yang diperoleh dari hasil memeras (yang jika untuk menghasilkan volume hasil yang banyak disebut mengirik) atau dengan menumbuk buah zaitun. Dari buah-buah yang hancur itulah, minyak di dalamnya dikumpulkan dan dijadikan bahan untuk berbagai kebutuhan sehari-hari (1 Raja 17:12-16) , untuk keperluan ibadah (Imamat 24:2, Keluaran 29:2,40) atau diperdagangkan (2 Raja 4:7; Yehezkiel 27:12; Hosea 12:2)


Dalam hubungannya dengan perumpamaan sepuluh gadis yang diceritakan Yesus, minyak merupakan bahan yang penting sebab mereka menunggu sambil membawa lampu atau pelita pada jam-jam yang diduga telah tak ada sinar matahari atau telah gelap. Dan sungguh bijaksana jika pada saat itu membawa minyak lebih daripada sekedar yang ditampung dalam pelita yang dibawa tersebut. Mengapa? Oleh sebab tak dapat diketahui secara pasti kapan sang mempelai akan tiba. Jika kemudian ternyata lama waktu yang harus dilalui untuk menunggu, tentu saja minyak dalam pelita bisa habis sebelum waktunya, sehingga sangat penting untuk membawa kelebihan minyak untuk persediaan.



PELITA, MINYAK DAN API

Beberapa orang menafsirkan bahwa minyak adalah lambang Roh Kudus. Memang banyak kali Roh Kudus digambarkan sebagai minyak khususnya ketika berkaitan dengan pengurapan minyak. Namun tidak hanya satu makna dalam setiap lambang. Termasuk dalam perumpamaan ini.


Roh Kudus, dalam perumpamaan ini, sebenarnya dilambangkan dengan api sebagaimana lidah-lidah api terlihat menyala-nyala di sekitar murid-murid Yesus pada saat pencurahan di hari Pentakosta (Kisah Rasul 2:1-4). Sedangkan pelita mengumpamakan hidup kita yang dipanggil untuk menjadi terang dunia, suatu pelita yang seharusnya diangkat atau diletakkan di tempat yang tinggi supaya dapat menerangi sekitarnya (Matius 5:14-15).

Jika demikian, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan minyak itu?


Minyak adalah bahan supaya api itu dapat terus berkobar. Ditampung dalam pelita dilengkapi dengan serabut atau rami halus sebagai sumbunya (Yeremia 42:3), minyak menjadi bahan bakar supaya api dapat bertahan menyala lebih lama.

Pada mulanya, semua gadis memiliki minyak di dalam pelitanya masing-masing. Tetapi hanya separuhnya yang membawa persediaan lebih. Di sini jelas bahwa masalah utamanya bukanlah pada ada atau tidak adanya minyak, tetapi ada atau tidak adanya kelebihan minyak. Sehingga setidaknya kita harus mencari tahu apa yang dimaksud minyak dan apa pula yang dimaksud sebagai minyak yang lebih itu.


Untuk mengetahui makna dari minyak, kita perlu bertanya : apa yang membuat Roh Kudus berdiam dalam kita? Apakah sesungguhnya yang menyalakan api Roh-Nya dalam hidup kita?

Rasul Petrus dalam khotbah pertamanya memberikan suatu pernyataan penting tentang Roh Kudus yang akan diberikan bagi yang MAU untuk bertobat dan membuka hati untuk percaya pada Yesus :


Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.


Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini."

_~ Kisah Para Rasul 2:38,40


Dalam kesempatan lawatan yang luar biasa itu, Petrus mendesak mereka supaya "memberi diri mereka diselamatkan, supaya bertobat, dan bersedia dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk beroleh pengampunan dosa". Setelah itu dilakukan, maka Roh Kudus akan diberikan bagi mereka.


Ini diteguhkan dengan pernyataan rasul Paulus :


Di dalam Dia kamu juga — karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu — di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.

~ Efesus 1:13


Fakta lain yang turut meneguhkan ditulis dalam Kisah Para Rasul 10:43-45 :

Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya."

Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu.

Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga,



Roh Kudus turun saat orang-orang bersama Kornelius mendengar pemberitaan Injil dan menjadi percaya. Suatu hal yang mengejutkan rombongan Petrus sebab ternyata Roh Tuhan dikaruniakan juga kepada orang-orang bukan Yahudi, yang sebelumnya mereka pandang sebagai bangsa kafir yang tak pernah mengenal Allah sejati.


Itu berarti saat orang membuka hati dan percaya dan bertobat datang kepada Tuhan maka Roh Kudus turun dan api Tuhan menyala dalam diri mereka. Jadi dapatlah dikatakan bahwa Roh Kudus turun atas HATI YANG TERBUKA PADA PEKERJAAN TUHAN YANG MERELAKAN HATINYA DIJAMAH DAN DIUBAHKAN TUHAN lebih lanjut menjadi manusia baru di dalam Dia. Itulah makna dari minyak di dalam pelita.


Di sini kita mendapat petunjuk tentang minyak dalam perumpamaan yang kita baca di atas. Roh Kudus berdiam dalam hati kita oleh karena kita mengijinkan Dia bekerja dan berdiam dalam kita.

Kerelaan serta kesediaan kita akan pekerjaan Tuhan dalam hidup kita serupa minyak yang membuat pelita menyala terang ketika api menyala di atasnya. Jadi minyak merupakan lambang dari SUATU HIDUP YANG DIBUKA DAN DISEDIAKAN BAGI TUHAN supaya kuasa Roh Kudus turun dan menyala atasnya sehingga memampukan kita menjadi terang bagi dunia.


Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus,

sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya.

~ 1 Tesalonika 1:6-7



Dari sini tampak jelas bahwa ADA PERAN DAN RESPON KITA yang berdampak pada pekerjaan Roh Kudus yang berdiam dalam kita. Jika kita menanggapinya dengan tepat sesuai kehendak Tuhan, maka Roh-Nya bekerja dan hidup kita pun menjadi terang bagi sekitar kita. Apabila sebaliknya, maka Roh-Nya kurang leluasa bekerja atas kita. Ia meredup bahkan padam.


Sudah seharusnya kita menyediakan minyak yang tak pernah habis, yaitu hidup yang selalu tersedia bagi pekerjaan-Nya, supaya Roh-Nya bekerja dalam kita. Pelita kita harus tetap menyala dan tak boleh padam. Sampai kedatangan Tuhan yang kedua kalinya atau setidaknya sampai roh kita dipanggil kembali kepada-Nya.


Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala.

Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya.

Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka.

~ Lukas 12:35-37



KEHABISAN MINYAK VS MEMILIKI CADANGAN MINYAK

Gadis-gadis yang bodoh kehabisan minyak selagi menunggu kedatangan sang mempelai pria. Pelita mereka mulai redup dan segera mati. Mendasarkan pada apa yang sudah kita ketahui di atas, ini merupakan gambaran dari kehidupan orang percaya yang meninggalkan persekutuan dengan Tuhan dan tak lagi terbuka akan karya Roh Kudus. Minyak yang habis melambangkan kerelaan yang menipis dan tak ada lagi di hati. Roh Kudus telah undur oleh karena hatinya yang keras dan terbuka kepada hal-hal yang lain, yaitu pengaruh dunia dan kuasa-kuasa kegelapan. Inilah hidup rohani yang teledor dan sembrono. Yang tak lagi menjaga hati dan menyediakan tempat yang luas bagi Tuhan untuk berkarya lebih lagi dalam hidupnya.


Berbeda dengan gadis-gadis yang bijaksana. Mereka menyediakan minyak yang membuat pelita-pelita mereka terus menyala. Inilah gambaran hati yang senantiasa rela bahkan tak pernah berhenti bergairah bagi Tuhan. Roh Kudus menjadi sahabat dekatnya. Ia bergantung pada pimpinan Roh Tuhan dan jarang menolaknya. Ia membuka hati, jiwa, telinga, dan rohnya menjadi tempat Roh Kudus beracara. Suatu kerelaan yang tidak hanya selalu ada namun terus bertambah sehingga pelitanya tak pernah berhenti bersinar bahkan semakin terang menyinari kegelapan.

Minyak cadangan juga berarti hidup yang membayar harga. Suatu lambang dari pengorbanan. Menyangkal diri dan memikul salib. Itu sesuai dengan simbol minyak zaitun yang diperoleh dari sesuatu yang dihancurkan, digilas, ditumbuk sampai habis, hingga menyisakan fungsi dan manfaatnya semata bagi kebaikan banyak orang. Suatu minyak yang didapatkan bukan dengan cara yang mudah. Begitu pula jika seseorang tidak mau memprosesnya sendiri ia harus membayar untuk dapat memilikinya.


Gadis-gadis bodoh merupakan orang-orang percaya yang tak lagi bersedia membayar harga persekutuan dengan Tuhan. Mereka larut dan terlena dengan urusan-urusan dunia dan tak lagi memiliki hati untuk Tuhan. Lebih fokus menjalani hidup secara sembarangan tanpa memikirkan dampak jangka panjang di dalam kekekalan. Mereka terlambat menyadari bahwa mereka telah jauh dari Tuhan. Ketika kedatangan Tuhan sudah dekat (atau dalam gambaran lain diumpamakan sebagai saat-saat kematian telah dekat) mereka tak memiliki persiapan yang cukup untuk menghadapinya. Mereka baru tersadar namun semuanya sudah terlambat. Mereka tak bisa bergantung pada orang lain untuk mengangkat rohani mereka. Pada akhirnya tinggal penyesalan saat mereka gagal masuk dalam kemuliaan Tuhan.


Gadis-gadis bijaksana bernasib sebaliknya. Mereka siap kapan saja mempelai datang. Mereka ada di sana untuk itu. Mereka sudah membayar harga dan menyiapkan segala yang diperlukan jika saatnya tiba. Tidak sia-sia setiap pengorbanan mereka mempersiapkan diri untuk berjumpa Tuhan. Hidup rohani yang mereka bangun dengan berjalan hari demi hari dalam pimpinan Tuhan kini telah tiba pada puncaknya. Dan mereka pun masuk dalam kebahagiaan serta kemuliaan abadi.


Jika kita ingin pelita kita tetap menyala, maka kita tidak boleh bodoh! Karena kebodohan memadamkan banyak hal dalam hidup kita.


For as he thinks in his heart, so is he. (Ams 23: 7a, Amp)


Thinks = menghitung/ Kalkulasi = שׁער = sha’ar (H8176) : seperti orang yang membuka gerbang (open, to act as gate keeper).

Kita akan menjadi sesuai kalkulasi/ hitungan di jiwa kita. Kalkulasi di jiwa itu seperti membuka gerbang bagi hidup kita. Kebodohan adalah saat kita salah menghitung apa yang ada di jiwa kita.


Tahun 2022 kita harus menghitung semuanya, tentunya kita harus Bergaul Karib dengan Roh Kudus. 


Apa Yang Akan Kita Lakukan di Tahun 2022 kita harus tanya Tuhan.


Mari Mulai Saat ini kita harus menyiapkan PELITA dan MINYAK CADANGAN Supaya Pelita kita tetap Menyala Sepanjang Tahun 2022. 


Tuhan Yesus memberkati


Amin


Jatiwangi 28 November 2021

Only By His Grace


Joshua Ivan Sudrajat

Komentar

Postingan Populer