BELAJAR DARI MUSA

BELAJAR DARI MUSA



Shalom

Sahabat Joshua Ivan Sudrajat Pagi Ini Saya Dituntun oleh Roh Kudus Belajar Tentang Musa

Ibrani 11:23-29 (TB)  Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja.
Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun,
karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.
Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.
Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.
Karena iman maka ia mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak sulung jangan menyentuh mereka.
Karena iman maka mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir tenggelam, ketika mereka mencobanya juga.

KARAKTER MUSA

Ada 10 (sepuluh) kualitas Musa dalam perjalanan dan pengalamannya yang intim dengan TUHAN:

1. Musa Memilih Menderita dalam Kebenaran daripada Menikmati Dosa

Kitab Ibrani pasal 11 mencatat tokoh-tokoh dalam Alkitab yang disebut “Saksi-saksi Iman” atau juga pahlawan-pahlawan iman.

Dalam ayat 24-26 tertulis bahwa Musa lebih memilih menderita sengsara, dan memandang penghinaan karena Kristus sebagai sesuatu yang jauh lebih besar daripada semua harta Mesir. Ia tahu bahwa upah yang akan ia terima jauh lebih besar daripada apa pun yang bisa ditawarkan oleh dunia dengan segala dosa di dalamnya. (Ibrani 11:24-26)

2. Musa Rela Menjalani Proses Pembentukan oleh TUHAN.

Setelah lari dari Mesir, Musa hidup di tanah Midian selama 40 tahun sebagai pendatang, dan menjalani kehidupan yang sangat berbeda dibanding saat dia masih ada di dalam istana Firaun di Mesir.

Sebagai keluarga istana Firaun, Musa telah mengenyam pendidikan istana yang sangat cukup, namun untuk menjadi pemimpin bangsanya dalam perjalanan padang gurun ia harus dibentuk dulu.

Sekalipun Musa sudah mengalami penyertaan tangan TUHAN yang menyelamatkannya dari pembantaian bayi-bayi Israel, dia perlu mengalami perjumpaan secara pribadi dengan TUHAN. Kehidupan dan perjumpaannya dengan TUHAN, menjadi modal yang kuat baginya untuk memimpin umat pilihan TUHAN.

3. Musa Meresponi Penunjukan TUHAN atas Dirinya.

Setelah mengalami perjumpaan pribadi dengan TUHAN dalam bentuk semak belukar yang menyala namun tidak terbakar, Musa meresponi apa yang TUHAN perintahkan kepadanya, yaitu membawa bangsa Israel menjadi penyembah TUHAN. (Keluaran 4:18-22).

Tugas utama Musa bukan hanya untuk membebaskan Israel dari perbudakan Mesir, tetapi membawa bangsa itu kepada destinasi yang sudah TUHAN tetapkan sejak Abraham, yaitu menjadi bangsa yang sulung yang akan beribadah kepada TUHAN dan yang akan melahirkan Sang Juru selamat.

Prinsip yang sama juga berlaku bagi kita saat ini. Allah tidak hanya melepaskan kita dari hukuman dosa, tetapi Ia menghendaki kita untuk hidup dalam rencana-Nya, beribadah kepada-Nya, dan membawa jiwa-jiwa untuk diselamatkan.

4. Musa Taat kepada TUHAN dan Menjalankan Apa yang TUHAN Perintahkan (Imamat 8:4; Bilangan 7:1; 11:24).

Dari ketiga ayat yang kita baca di atas, jelas sekali pola ketaatan Musa: dia menerima perintah/firman, dia sampaikan kepada orang banyak, dan memastikan perintah/firman itu dilakukan dan diselesaikan dengan baik.

Home


 

Lifestyle


 

Lainnya


ROHANI KRISTEN

Renungan Kristen 10 Kualitas Hidup Musa yang Patut Dicontoh Hingga Mampu Bercakap-cakap dengan TUHAN

Sabtu, 20 Maret 2021 00:14

Penulis:

Editor: Sihat Manalu

   

AA

Pendeta Hanny Andries Gembala Rayon 10 Gereja Tabgha Batam

Tugas utama Musa bukan hanya untuk membebaskan Israel dari perbudakan Mesir, tetapi membawa bangsa itu kepada destinasi yang sudah TUHAN tetapkan sejak Abraham, yaitu menjadi bangsa yang sulung yang akan beribadah kepada TUHAN dan yang akan melahirkan Sang Juruselamat.

Baca juga: Doa Kristen untuk Orangtua, Memohon Tuhan Menjaga Orangtua dalam Masa Tuanya

Prinsip yang sama juga berlaku bagi kita saat ini. Allah tidak hanya melepaskan kita dari hukuman dosa, tetapi Ia menghendaki kita untuk hidup dalam rencana-Nya, beribadah kepada-Nya, dan membawa jiwa-jiwa untuk diselamatkan.

4. Musa Taat kepada TUHAN dan Menjalankan Apa yang TUHAN Perintahkan
(Imamat 8:4; Bilangan 7:1; 11:24).

Dari ketiga ayat yang kita baca di atas, jelas sekali pola ketaatan Musa: dia menerima perintah/firman, dia sampaikan kepada orang banyak, dan memastikan perintah/firman itu dilakukan dan diselesaikan dengan baik.

Pola ini bukan hanya dalam ketiga ayat itu saja, tetapi menjadi ciri khas kepemimpinan dan gaya hidup Musa. Di dalam dunia pekerjaan sehari-hari, seorang bawahan yang dengar-dengaran kepada majikannya dan melakukan semua yang diperintahkan dengan baik, ia akan semakin mendapat perkenanan majikannya dan mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk berhadapan dengan majikannya tersebut.

Terlebih lagi dengan TUHAN yang begitu mengasihi kita, Dia tentu akan berkenan kepada orang yang dengar-dengaran, taat, melakukan serta menyelesaikan apa yang Ia firmankan.

5. Musa hanya bertindak kalau TUHAN memerintahkannya (Bilangan 9:15-23; Keluaran 13:21-22).

Dalam berbagai kesempatan, kecuali satu peristiwa, Musa hanya mau bertindak jika memang TUHAN yang perintahkan. Sikap ini bukan berarti Musa adalah pribadi yang tidak percaya diri atau tidak mau bertanggung jawab, sebaliknya merupakan sikap penundukan diri yang luar biasa kepada TUHAN, yaitu dengan menempatkan TUHAN sebagai pemimpin utama atas bangsa Israel dan Musa hanyalah hamba-Nya. Karakter penundukan diri kepada TUHAN ini mengangkat Musa semakin tinggi dalam posisi kepemimpinannya.

6. Musa selalu menginginkan penyertaan TUHAN di mana pun Ia berada. Ia lebih memilih berada di padang gurun bersama TUHAN daripada ada di tanah perjanjian namun tidak berjalan bersama TUHAN (Keluaran 33:1-5, 12-17).

Ketika bangsa Israel melakukan penyembahan kepada patung lembu emas dan mengklaim patung tersebut sebagai allah yang telah membebaskan mereka dari Mesir, tindakan itu begitu menyakitkan TUHAN dan membuat-Nya marah (Keluaran 32:1-35).

TUHAN memutuskan bahwa Ia tidak akan berjalan bersama Israel ke Tanah Perjanjian, dan menyuruh malaikat yang menuntun mereka, tetapi Musa menolak untuk disuruh berangkat dari padang gurun Sinai ke Tanah Perjanjian jika bukan TUHAN sendiri yang memimpin dia dan bangsa Israel.

Sikap seperti ini merupakan hal yang luar biasa. Musa menunjukkan bahwa bagi dia penyertaan TUHAN; bukan berkat TUHAN, adalah segala-galanya.

7. Musa menginginkan hadirat TUHAN dengan segala risiko (Keluaran 33:18-23).

Masih dalam percakapan Musa dengan TUHAN, dalam Keluaran 33:18, Musa ingin melihat TUHAN di dalam kemuliaan-Nya. Ini adalah permintaan yang sangat berisiko oleh karena keselamatan karena karya salib Kristus belum terjadi, pembenaran (justification) belum terjadi, sehingga siapa pun berisiko mati kalau melihat TUHAN dalam kemuliaan-Nya (ayat 20).

Namun keinginan Musa ini sangat sejalan dengan karakter TUHAN yang sangat ingin dekat dengan umat-Nya. Oleh karena itulah, oleh kasih karunia-Nya, TUHAN mengatur sedemikian rupa sehingga Musa dapat melihat sekelibat sosok-Nya, tetapi tidak wajah-Nya.

Permintaan yang sangat dalam ini menjadi pertanyaan bagi semua umat TUHAN di segala masa: sejauh apa kita menginginkan hadirat TUHAN? Seberapa jauh kita ingin ada dan melihat kemuliaan-Nya?

Tommy Tenney dalam bukunya “God Chaser” (1998) menuliskan bahwa jika kita ingin benar-benar melihat TUHAN, kita harus siap mati: mati atas keinginan duniawi, mati atas hasrat dosa dan hidup bagi Kristus. Paulus menjelaskan hal ini dalam Roma 6:1, Galatia 2:20, Filipi 1:21 dan Filipi 3:13-14.

8. Musa sangat bersyafaat bagi jemaat TUHAN. Salah satu respon Musa ketika TUHAN begitu marah karena dosa besar Israel menyembah patung anak lembu emas adalah dia bersyafaat bagi Israel. Bersyafaat artinya berdiri di hadapan Allah, memohonkan doa secara sungguh-sungguh bagi orang-orang tertentu. TUHAN sudah mau mengalihkan janji menjadikan Israel saat itu sebagai umat pilihan-Nya kepada Musa; menjadikan Musa sebagai patriach/bapa bangsa yang baru. (Keluaran 32:30-32).

Secara legal, tindakan ini tetap memenuhi janji TUHAN untuk menjadi keturunan Yakub sebagai umat pilihan-Nya karena Musa pun masih keturunan Israel. Namun Musa dengan sungguh-sungguh berdoa agar TUHAN tidak menjalankan rencana itu.

Permintaan yang sangat dalam ini menjadi pertanyaan bagi semua umat TUHAN di segala masa: sejauh apa kita menginginkan hadirat TUHAN? Seberapa jauh kita ingin ada dan melihat kemuliaan-Nya?

Tommy Tenney dalam bukunya “God Chaser” (1998) menuliskan bahwa jika kita ingin benar-benar melihat TUHAN, kita harus siap mati: mati atas keinginan duniawi, mati atas hasrat dosa dan hidup bagi Kristus. Paulus menjelaskan hal ini dalam Roma 6:1, Galatia 2:20, Filipi 1:21 dan Filipi 3:13-14.

Secara legal, tindakan ini tetap memenuhi janji TUHAN untuk menjadi keturunan Yakub sebagai umat pilihan-Nya karena Musa pun masih keturunan Israel. Namun Musa dengan sungguh-sungguh berdoa agar TUHAN tidak menjalankan rencana itu.

Bahkan Musa sampai memilih untuk ikut dibinasakan bersama Israel jika TUHAN tidak memberi Israel kesempatan untuk bertobat dan berubah (ayat 32). Ini adalah tindakan syafaat yang sungguh luar biasa, yang akhirnya mengubahkan keputusan TUHAN. Peristiwa ini diangkat dan dibahas dengan baik oleh Brother Andrew dalam bukunya: “And God Changes His Mind Because His People Prayed.”

9. Musa memiliki hati yang sangat lembut. Dibandingkan dengan beberapa tindakannya seperti ketika Musa membunuh seorang Mesir yang memukul orang Ibrani (Keluaran 2:11-12), sepertinya Bilangan 12:3 yang menyatakan bahwa Musa memiliki hati yang sangat lembut adalah sesuatu yang bertolak belakang.

Namun proses yang ia alami selama 40 tahun di padang gurun mengubah hatinya yang keras dan arogan dari hasil kehidupan dan didikan Mesir, menjadi hati yang sangat lembut. Dan itu terbukti ketika dia dengan begitu sabar menghadapi beberapa kali penolakan atas dirinya dari bangsanya sendiri, termasuk saudara kandungnya Miryam dan Harun.

Alkitab menyatakan bahwa Musa memang orang yang berhati lembut. Tidak heran TUHAN begitu membelanya. Pembelaan yang sama TUHAN juga berikan kepada mereka yang memiliki hati yang lembut. Yesus berkata dalam Matius 5:5 bahwa orang-orang yang berhati lembutlah yang akan memiliki bumi dan diberkati.

10.Musa mengimpartasi apa yang Dia terima dari TUHAN kepada orang-orangnya (Bilangan 11:16-17, 25-29; Ulangan 34:9).

Salah satu kualitas Musa adalah bahwa Ia meneruskan (impartasi) apa yang ia terima dari TUHAN kepada orang-orang yang ada di bawahnya. Dalam Bilangan 11 Roh TUHAN hinggap pada Musa dan juga kepada ketujuh puluh tua-tua, termasuk dua orang tua-tua yang ada di tenda mereka.

Yosua keberatan dengan peristiwa di mana tua-tua mendapatkan Roh yang sama dengan Musa, tetapi reaksi Musa justru berbeda. Musa justru berharap seluruh umat TUHAN menjadi nabi (catatan: dihinggapi Roh Tuhan pada masa Perjanjian Lama identik dengan fungsi kenabian).

Musa juga mengajari Yosua semua hal-hal yang telah ia terima dari TUHAN, termasuk impartasikan kepenuhan Roh; mempersiapkan Yosua untuk kelak menjadi penerusnya. Kerinduan Musa tentang kepenuhan Roh tersebut akhirnya terjawab ratusan tahun kemudian pada saat pencurahan Roh Kudus di kamar loteng di Yerusalem pada hari raya Pentakosta. (Kisah Para Rasul 2).

Melihat kesepuluh kualitas Musa tersebut, maka tidaklah heran TUHAN bercakap-cakap dengannya berkali-kali dan memberinya kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.

Sekalipun Musa hidup pada zaman Perjanjian Lama, tetapi kualitas hidupnya menjadi lestari sepanjang masa, bahkan layak untuk kita teladani sampai hari ini.

PANGGILAN DAN PEMBENTUKAN MUSA

Musa hidup di istana Firaun selama 40 tahun. Suatu kurun waktu yang cukup panjang dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembentukan kepribadian Musa. Menurut Sostenes Nggebu, Musa memiliki dua kewarganegaraan, yaitu: “Kehidupan Musa sungguh unik karena memiliki 2 kewarganegaraan. Pertama ia diangkat oleh Putri Firaun dan menjadi wargaistana, kedua ia adalah warga Ibrani yang mendapat kesempatan khusus untuk dididik dalam pengetahuan dan hikmat Mesir”

PENDIDIKAN DAN HIKMAT MESIR

Kisah Para Rasul 7:22 (TB)  Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.

Kehidupan Musa bisa dibagi menjadi tiga tahap: Tahap pertama adalah masa awal kehidupannya sebagai seorang pangeran di Mesir. Tahap ini berlangsung sekitar empat puluh tahun.

Musa dipersiapkan, dibina dan dilatih dalam segala pengetahuan Mesir yang merupakan kehendak Allah bagi Musa. Tentu bukan hal mudah untuk mengikuti pendidikan formal di istana Mesir. Karenanya, Musa harus mampu beradaptasi dengan dinamika dan perkembangan kebudayaan Mesir.

Tahap yang kedua adalah ketika dia melarikan diri ke Midian, menjalani kehidupan sebagai gembala. Dia juga membangun rumah tangga di sini. Tahap ini berlangsung selama empat puluh tahun.

Tahap yang ketiga adalah ketika dia menjalani panggilan Allah untuk kembali ke Mesir dan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, yang berarti membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Dia memimpin bangsa Israel selama pengembaraan di padang gurun sampai dengan hari kematiannya. Tahap yang ketiga ini juga berlangsung selama empat puluh tahun.

PEMBENTUKAN MUSA DI MIDIAN

Musa melarikan diri ke tanah Midian dan berdiam di sana. Suatu hari, dia duduk di dekat sebuah sumur. Ada tujuh gadis, anak seorang imam bangsa Midia, yang mendatangi sumur untuk memberi minum ternak mereka. Kemudian datang juga para gembala yang lain. Mereka mengganggu dan mengusir ketujuh gadis itu. Lalu Musa datang menolong mereka, sekaligus mengambilkan air untuk memberi minum ternak mereka. Ketika tujuh gadis itu pulang, ayah mereka bertanya,

“Mengapa kamu pulang lebih cepat hari ini?” Jawab mereka, “Gembala-gembala berusaha mengusir kami, tetapi ada seorang Mesir menolong kami. Ia bahkan mengambil air untuk kami dan memberikannya kepada ternak kami.”  Rehuel berkata kepada anak-anaknya, “Di mana orang itu? Mengapa kamu meninggalkannya? Pergi, undang dia makan bersama kita.” (Kel 2:18-20)

Demikianlah, peristiwa ini menuntun Musa untuk mengenal keluarga ini dan dia bersedia tinggal di tengah keluarga imam itu. Sang imam memberikan anaknya, Zipora, untuk menjadi istri Musa. Kemudian Zipora melahirkan seorang anak laki-laki. Musa menamai anak itu Gersom; dia berkata,

“Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing.” (Keluaran 2:22)

Musa menggembalakan ternak milik mertuanya selama empat puluh tahun. Raja di Mesir kemudian meninggal dan digantikan oleh Firaun yang baru, yang melanjutkan penganiayaan terhadap bangsa Israel. Mereka lalu berseru kepada Allah. Allah mendengarkan seruan mereka, dan Dia mengingat janji-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Allah segera memulai keselamatan bagi mereka.

PERJUMPAAN ILAHI MUSA

Pada suatu hari, ketika Musa sedang menggembalakan kambing domba mertuanya, dia sampai ke gunung Horeb.

Keluaran 3:2-15 (TB)  Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.
Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?"
Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah."
Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus."
Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.
Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.
Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."
Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?"
Lalu firman-Nya: "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini."
Lalu Musa berkata kepada Allah: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? — apakah yang harus kujawab kepada mereka?"
Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu."
Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.

Musa adalah Seorang Jenderal Yang Mengalami Perjumpaan Pribadi dengan Tuhan

TELADAN MUSA

Kita belajar Dari Keteladanan Musa :

LEMAH LEMBUT

Bilangan 12:3 (TB)  Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.

Dalam Bilangan 12: 3 dikatakan bahwa Musa adalah seorang yang sangat lembut hatinya, bahkan melebihi setiap manusia di atas muka bumi. Dalam bahasa Ibrani, kata lembut hati adalah ‘aniyaw’ yang berarti lembut hati, kesabaran, dan kehalusan. Musa memiliki sikap lemah lembut, toleran, sederhana, sabar, menyenangkan hati Tuhan dan sesama. Kelemah lembutan Musa membuatnya senantiasa tunduk terhadap otoritas Allah, dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal.

Sikap lemah lembut bukan berarti lemah, dan mudah berubah atau dipengaruhi. Lemah lembut juga bukan berarti tidak memiliki inisiatif, atau merasa takut. Bersikap lemah lembut berarti memiliki prinsip namun bijaksana dan selalu bersikap positif dalam menghadapi karakter yang berbeda. Dengan sifatnya yang lemah lembut tersebutlah Musa mampu memimpin bangsa Israel yang gemar bersungut-sungut dan terkenal tegar tengkuk. Ketika bangsa Israel menggerutu kepada Allah dan melampiaskannya kepada Musa, Musa hanya diam. Tuhanlah yang akhirnya tampil membela Musa, dengan mendatangkan hukuman bagi orang-orang yang mengganggunya.

SETIA

Bilangan 12:7 (TB)  Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku. 

Dalam Bilangan 12: 7, Allah menyatakan bahwa Musa adalah seorang yang setia dalam segenap rumah-Nya. Setia merupakan salah satu karakter Kristus. Kesetiaan Musa terlihat jelas saat ia senantiasa tunduk terhadap otoritas Allah ketika memimpin bangsa Israel di padang gurun. Musa selalu mengandalkan Tuhan dan lebih mendengarkan Tuhan dari pada bangsa Israel yang bersungut-sungut kepadanya.

RENDAH HATI

Keluaran 3:10-11 (TB)  Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."

Tetapi Musa berkata kepada Allah: "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?"

Dikatakan dalam Keluaran 3:10-11, ketika Allah mengutus Musa untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, Musa berkata siapakan ia, sehingga ia yang akan menghadap Firaun dan membawa Israel keluar dari Mesir. 


MUSA PENYEMBAH DAN PEMAZMUR

Musa selalu bermazmur kepada Tuhan. Nyanyiannya dimuat dalam kitab Mazmur 90, serta dalam Wahyu 15:3. Nyanyian dalam Wahyu 15:3 dinyanyikan sebagai nyanyian kemenangan.

MUSA MENGANDALKAN TUHAN

Musa mengandalkan Tuhan dalam kehidupannya, dalam setiap perkara yang dihadapinya. Dia menjadikan doa sebagai gaya hidupnya, sehingga tak ada perkara yang mustahil, sebab Allah sendiri yang membimbing Musa dalam setiap keputusan yang diambilnya

Manusia, terutama yang lemah dalam sisi rohani seringkali begitu mudah jatuh dalam dosa. Mereka menikmati kesenangan dalam dosa. Namun Musa berbeda, ia tidak menikmati kesenangan dalam dosa. Dalam Ibrani 11: 25 disebutkan juga bahwa Musa menolak disebut sebagai anak putri Firaun, ia lebih suka menderita sengsara bersama umat Allah dibandingkan menikmati kesenangan sementara dari dosa.

Seperti disebutkan sebelumnya, Musa menolak disebut anak dari putri Firaun (Ibrani 11: 24-25) dan lebih memilih hidup menderita bersama sesama bangsa Israel. Musa juga menganggap penghianaan karena Kristus lebih bernilai dibandingkan dengan harta Mesir (Ibrani 11:26). Tinggal bersama Kristus merupakan tujuan hidup orang Kristen.

Dalam Ibrani 11:26 dikatakan bahwa Musa menganggap Kristus lebih bernilai, sebab ia memandang upah masa depan. Sama seperti yang dikatakan Rasul Paulus dalam 2 Korintus 4: 18, bahwa mereka tidak memperhatikan yang kelihatan yang sifatnya sementara, namun memperhatikan hal yang tak kelihatan yang sifatnya kekal yaitu janji Tuhan bagi orang percaya. Sebab diam bersama Kristus jauh lebih baik (1 Kor 15: 19).

MUSA MEMPUNYAI HATI BAPA

Musa memiliki jiwa kebapaan yang sangat melekat dalam dirinya. Ia membela dan mengayomi orang-orang yang berada di bawahnya, bersedia mendengar keluh kesah umat Israel sepanjang hari. Ia bertanggung jawab dalam memberikan pengayoman, memimpin bangsa Israel, selakipun bangsa Israel melakukan kesalahan, bersungut-sungut dan tegar tengkuk di hadapan Allah Tritunggal. Ia memberi rasa aman pada umat Israel yang dipimpinnya. Dalam Keluaran 32: 11-14 bahkan diceritakan bagaimana Musa membela dan mencoba melunakkan hati Tuhan, demi menghindarkan murka Allah pada bangsa Israel.

Demikian artikel mengenai keteladanan Musa dalam Alkitab ini. Beberapa karakter musa yang dapat kita teladani, dalam menjalani hidupnya sebagai nabi Allah yang membawa umat Israel keluar dari mesir dan memimpin mereka selama 40 tahun di padang gurun antara lain: lemah lembut, setia, rendah hati, pemazmur, pendoa, menjauhi dosa, menganggap kristus lebih bernilai, mengharapkan upah masa depan, dan memiliki jiwa bapa. Semoga dengan membaca artikel ini kita dapat lebih mengerti mengenai karakter Kristen sejati.

Selamat Merenungkan Firman Tuhan
Tuhan Yesus memberkati

Jatiwangi 15 Maret 2023

Ditulis oleh Joshua Ivan Sudrajat 




Komentar

Postingan Populer