DESTINY IS A CHOICE

DESTINY IS A CHOICE
PDT PETRUS AGUNG PURNAMA



Shalom

Sahabat Joshua Ivan Sudrajat

Memperluas dan memperbesar wilayah kekuasan dan teritorial. Seringkali kita berpikir ingin punya iman yang besar, padahal sebenarnya iman yang besar itu wujudnya adalah sesuatu yang sangat simple. Simple faith itulah sekaligus great faith. Iman yang kelihatannya sederhana itu adalah sesuatu yang sangat besar  di hadapan Tuhan.

Panggilan raja itu melekat dengan tanggungjawab untuk mengambil keputusan. Panggilan ini membawa sebuah tuntutan untuk kemampuan dalam mengambil setiap keputusan dengan benar dan tepat.

Destiny is a choice. Seberapa engkau akan raih bersama dengna tuhan ditentukan keputusan yang engkau ambil sendiri. Selama engkau berpikir nasib tergantung orang lain, engkau belum mengerti kalau kuasa untuk menentukan itu sebenarnya ada di dalam hidupmu sendiri. Tuhan menentukan, tapi kita juga bukan robot, karena itu kelak kita akan menghadap pengadilan Tuhan, dan yang diadili adalah hidupmu, bukan orang lain. Banyak orang yang konseling dan hanya berkata aku ini korban, hidup saya seperti ini karena saya adalah korban. Hidup kita itu seperti sekolah, sebenarnya mau tidak mau ujian atau tes akan datang dalam hidupmu, tidak bisa seorang murid berkata saya tidak bisa nonton bola, jam 10 harus tidur, itu gara-gara sekolah, coba tidak ada sekolah. Saya begini karena pekerjaan saya, karena si A, si B. Selama engkau berkata aku ini kroban, sebenarnya engkau adalah terdakwa utama dalam kekacauan hidupmu sendiri. Engkau harus menyadari destinymu is your own choice, engkau mau seperti apa itu tergantung keputusanmu, sekalipun engkau dikelilingi orang berengsek, tapi kalau engkau memilih untuk berbahagia dan engkau berkata kalau engkau diberkati, tidak akan ada yang bisa mengganggu hidupmu.

Istri John Maxwell ditanya apakah suaminya membahagiakan dia, tapi dia jawab, bahkan di depan suaminya, kalau suaminya tidak membahagiakannya, tapi dia berkata kalau kebahagiaan itu ketika engkau memutuskan untuk tetap bahagia sekalipun keadaannya tidak membuat engkau bahagia. Sekalipun engkau diberi suami seperti Yesus, engkau bisa tetap tidak bahagia. Tapi sekalipun suamimu "parah", tergantung pilihanmu, engkau mau bahagia atau tidak. Kalau suamimu baik-baik, engkau inginnya pacaran terus dan shopping, tapi kalau engkau punya suami "bajingan", engkau akan terus berlari ke Tuhan.

Kalau engkau berkata lagi engkau korban, suami begini, keluarga begini, tetangga begini, lebih baik engkau pindah saja ke mars. Kelimpahanmu, kebahagiaanmu itu pilihanmu sendiri, sekarang tergantung engkau belajar memutuskan dengsn benar, dan hidupmu akan berubah. Seringkali menurutmu orang lain salah, dan semakin engksu menyalahkan orang lain, hidupmu akan benar-benar sengsara, dan pertolongan Tuhan makin tidak nyata, karena Roh Tuhan tidak tahan dengan orang yang penuh dengan "self". Belajar memutuskan yang benar.

Wajah ini tergantung engkau mau lihat dari sisi mana, apakah engkau memilih berbahagia atau tidak. Putuskan yabg engkau mau apa, dan engkau akan melihat campur tangan Tuhan.

Pengkhotbah 3:12
12: I've decided that there's nothing better to do than go ahead and have a good time and get the most we can out of life.

Ini bukan menerima, tapi sebuah keputusan.

Pengkhotbah 3:13

13: That's it--eat, drink, and make the most of your job. It's God's gift.

Pengkhotbah 3:14

14: I've also concluded that whatever God does, that's the way it's going to be, always. No addition, no subtraction. God's done it and that's it. That's so we'll quit asking questions and simply worship in holy fear.

Apalagi yang lebih baik dari ini? Dan ini adalah nasihat dari raja yang luar biasa, raja Salomo. Ini keputusan. Nikmati hidup, kerja dengan maksimal, dan yang Tuhan tetapkan tidak bisa berubah.

Apapun keputusanmu, dan keputusanmu hari ini, akan mempengaruhi destinymu. Engkau mau bahagia, ya bahagia, kalau memilih kepahitan, ya nikmatilah Apsintus. Putuskan untuk terus naik dan tidak turun, jadi kepala dan bukan ekor, jadi yang memberi dan bukan diberi.

Dalam nama Yesus saya memutuskan untuk bahagia dengan Tuhan, dengan keluarga saya, dengan keluarga besar bahtera, dengan tubuh Tuhan. Saya memutuskan akan berkembang dengan pesat dalam segala aspek positif hidupku. Saya memutuskan akan naik dan tidak turun di atas dan bukan di bawah, jadi kepala dan bukan ekor, memberi pinjaman dan tidak meminta pinjaman. Saya memutuskan untuk memiliki destiny yang cerah, cemerlang, bahkan mulia. Semua keputusan saya sejalan dengan keputusan Tuhan atas hidup saya, amin.

Ditulis oleh Joshua Ivan Sudrajat


Komentar

Postingan Populer