PILAR MEZBAH

PILAR MEZBAH

EV IIN TJIPTO PURNOMO WENAS 




Kejadian 8:21-22 (TB)  Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: "Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. 

Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam."


Selama ada korban, doa-doa dan pujian yang naik dihadapan Tuhan, maka tidak akan berhenti musim menabur dan menuai. Kalau dalam hidup kita ada mezbah, itu selalu menyentuh Hati Tuhan 


Selama ada selalu korban, doa-doa

dan pujian yangnaik di hadapan Tuhan, maka tidakakan berhenti

musim menabur dan menuai. Kalau

dalam hidup kita ada mezbah, itu

selalu menyentuh hati Tuhan.


Di festival pelajar saya melihat murid-murid berseragam Pramuka 

yang bertugas memungut sampah. saya 

sangka mereka mulai tugas sore hari saat acara hampir selesai temyata mereka sudah bertugas dari pagi


Sebelumnya. saya sudah bilang untuk sewa petugas kebersihan atau pekerjakan orang saja karena saya tidak tega anak-anak ditugaskan di bagian kebersihan. Saya juga lihat

banyak anak-anak yang sudah menari, tapi masih beres-beres dan angkut-angkut properti. Yang mereka lakukan semua itu, Tuhan sangat disukakan. Tuhan berkata bau harum naik dihadapanNya. Itulah bau korban dari mezbah hidup kita.


Pada suatu hari, saya akan berangkat pelayanan dan tiba-tiba mobil saya harus dipakai untuk ambil barang di suatu tempat. Lalu saya pakai ojek motor karena hari itu pelayanan ada di Bethkasih. Baru saja saya naik motor, turunlah hujan gerimis.


Saya mulai mengeluh kepada Tuhan dan berkata Tuhan kog hujannya pas saya tidak ada mobil."


Tiba-tiba saya malas pelayanan dan saya cek ternyata pelayanan itu di sebuah rumah persekutuan doa yang dihadiri oleh 30 orang. Saya mulai kesal dengan sekretaris saya kenapa atur jadwal saya untuk melayani pesekutuan kecil.


Tapi saya harus tetap berangkat karena saya sudah janji mau datang.


Di perjalanan naik ojek itu. Tuhan mulai berkata: "Aku akan memberkatimu, mengangkatmu, bahkan mempercayakan hal-hal yang lebih besar lagi Tapi Aku rindu dengan lin yang dulu, lin yang peduli dengan satu jiwa. yang mau tetap melayani persekutuan walaupun hanya ada satu anggota saja, lin yang melakukan kunjungan dari rumah ke rumah, turun ke jalanan dan selalu ada mezbah cinta, mezbah pengorbanan, Mezbah pujian dalam hidupmu." Saya menangis di Ojek itu, ditambah Hadirat Tuhan sangat manis dan tidak ada penghakiman dariNya. Itu semua memang sudah hilang dari hidup saya, dan saya bertekad untuk kembali membangun sebuah Mezbah.


"Jadi jika aku terlambat, sudahlah bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran." 1 Timotius 3:15


Mezbah tidak hanya ada dalam pelayanan atau pekerjaan, tapi di setiap aspek kehidupan. Tiang-tiang penopang PILAR  mezbah harus ada dalam keluarga. Bagaimana memilih untuk mengasihi, melayani, selalu berdoa bagi yang lain memilih mengerti, menutup semua kesalahan adalah mezbah

sehari-hari yang harus terus ada dalam hidup kita.


"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan

tubuhmu sebagai persem-bahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati". Roma 12:1


Banyak yang berpikir bahwa beribadah adalah datang ke ternpat kebaktian, berdoa dan menyanyi di gereja. Tapi 

dikatakan di Alkitab bahwa ada ibadah yang sejati, maka ada juga ibadah yang tidak sejati, dimana yang ada bukanlah

mezbah melainkan panggung  Jika kita tidak memiliki mezbah, maka sebuah panggung lah yang akan berdiri. Kita bisa belajar dari kehidupan Kain dan Habel, juga Saul dan Daud, dimana jelas ada perbedaan antara hidup yang menjadi panggung. dan hidup sebagai Mezbah.


Kejadian 4:2-10 (TB)  Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.

Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; 

Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,  

tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.

Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? 

Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."

Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. 

Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?" 

Firman-Nya: "Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.  


Apa Yang Membedakan antara persembahan Kain dan Persembahan Habel ? Mengapa Tuhan menolak Persembahan Kain ?


Tampaknya Kain sudah mempersembahkan yang terbaik yang ia miliki, yang dia bisa berikan. Tapi mari lihat respon Kain. Kain menjadi iri, marah. hatinya panas dan ia hanya melihat siapa yang mempersembahkan korban yang terbaik. ini adalah ciri hidup yang sudah menjadi panggung Sedangkan

Habel membangun mezbah dengan Mengenal Tuhan dan seleraNya, belajar menyukakan Tuhan, menyukai yang Tuhan sukai, mempersembahkan apa yang menjadi selera Tuhan bukan selera pribadi mengenal Tuhan dan seleraNya, belajar Menjadi mezbah

yang sejati seringkali harus melalui bayar harga dimana tidak ada orang yang melihat.


Seperti yang dilakukan seorang ibu

yang setahun lamanya berdoa tiap

malam dan itu menghasilkan

lawatan di sebuah desa di Afrika,

atau yang seorang janda miskin

lakukan dengan mempersembah-

kan dua peser yang adalah seluruh

hartanya, juga ada seorang pemimpin yang merelakan peremukan jiwa terjadi dalam hidupnya saat ia harus menghadapi suami yang tidak sejalan dengan kegerakan Tuhan dan apa yang pak Yusak bayar dengan tiap hari

bangun jam 3 pagi dan membaca 30 pasal Alkitab tiap hari.


Mezbah dibangun saat korban

yang dinaikkan tidak dilihat orang.



Saat panggung yang didirikan dan bukannya mezbah. ada dosa, roh-roh jahat., kelemahan mata dan kedagingan yang sudah mengintip, ada dosa yang sudah menanti, sangat menggoda di depan pintu hati. Tapi saya berdoa, kita semua berkuasa atas bujukan dosa untuk marah dan iri, dan memilih 

menaikkan dupa yang harum berupa penyembahan kita sekalipun tampaknya tidak ada cukup alasan untuk melakukannya.


Sebab panggung hanya menjadikan seseorang menjadi pembunuh. Awalnya mau nempersermbahkan korban, tapi

berakhir menjadi seorang pembunuh saat panggung yang berdiri. Sedangkan menjadi mezbah itu berarti meletakan bagi Tuhan yang paling dikasihi, berani membunuh kedagingannya sendiri.


Selanjutnya, tidak ada dampak kekal yang dapat diakibatkan dari sebuah panggung, sedangkan sebuah mezbah itu kekal selamanya di hadapan Tuhan. Sekalipun Habel sudah dibunuh, mezbah hidupnya tetap ada di hadapan Tuhan.

Bukan berkat yang diterima saat hidup berubah menjadi panggung melainkan kutuk yang berlaku atas hidupnya, sebab panggung fokus kepada pertunjukkan, apa yang dapat diperlihatkan dan dipamerkan, sedangkan sebuah mezbah mengejar hubungan.


Saat Habel memelihara dombanya, ia juga memberi makan dan menyayanginya. Sebab itu tidak mudah bagi Habel untuk menyembelih domba peliharaannya, ia tidak pernah bisa

melakukannya dengan tertawa, tapi Habel dengan sangat sakit, dengan air mata ia meletakkan korbannya. Mungkin dia teriak dengan berkata ini semua hanya kulakukan karena aku mengasihiMu lebih dari segalanya. Perasaan yang sama dirasakan Abraham, saat ia naik ke Gunung Moria

berjalan dengan Ishak. Tidak terlintas di hati dan benak mereka untuk sebuah pujian, berkat maupun tepuk tangan

Ini bukan tentang siapa yang terbaik, Siapa yang menang karena hati mereka hancur. Mereka hanya melakukannya

arena mereka berkata semua untuk Tuhan dan karena Tuhan, yang terbaik yang bisa kuberikan adalah milik Tuhan.


Contoh kedua dari kehidupan yang menjadi mezbah atau panggung terjadi dalam hidup Daud dan Saul, dimana Saul

menghidupi panggung persaingan sedangkan Daud hidup sebagai mezbah cinta dan ketulusan.


1 Samuel 18:7-16 (TB)  dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa."  

Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itu pun jatuh kepadanya." 

Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud. 

Keesokan harinya roh jahat yang dari pada Allah itu berkuasa atas Saul, sehingga ia kerasukan di tengah-tengah rumah, sedang Daud main kecapi seperti sehari-hari. Adapun Saul ada tombak di tangannya.

Saul melemparkan tombak itu, karena pikirnya: "Baiklah aku menancapkan Daud ke dinding." Tetapi Daud mengelakkannya sampai dua kali.

Saul menjadi takut kepada Daud, karena TUHAN menyertai Daud, sedang dari pada Saul Ia telah undur. 

Sebab itu Saul menjauhkan Daud dari dekatnya dan mengangkat dia menjadi kepala pasukan seribu, sehingga ia berada di depan dalam segala gerakan tentara.

Daud berhasil di segala perjalanannya, sebab TUHAN menyertai dia. 

Ketika dilihat Saul, bahwa Daud sangat berhasil, makin takutlah ia kepadanya; 

tetapi seluruh orang Israel dan orang Yehuda mengasihi Daud, karena ia memimpin segala gerakan mereka. 


Saat sebuah panggung yang dikejar, maka persaingan dan kemenangan menjadi yang terutama dalam hidup. Tidak ada yang penting bagi Saul selain diperhitungkan dan diakui sebagai yang terhebat. Tetapi bagi Daud, hubunganlah

segala-galanya, sebab dalam sebuah hubungan ada cinta, ada pengenalan yang benar alkan Tuhan. Mezbah adalah sebuah hubungan cinta, pengorbanan dan pengabdian. Tapi panggung adalah perebutan menjadi yang terbaik, menjadi 

yang ternama, mendapat pujian dan tepuk tangan.


Selanjutnya, kemarahan mulai berakar dalam hati Saul hingga ia mau membunuh Daud, seorang pembawa 

senjatanya sendiri, seorang yang dahulu sangat ia cintai. Dan yang mengerikan terjadi, saat Roh Kudus mulai undur dan meninggalkan Saul, Saul kehilangan

PribadiNya sendiri tetapi semakin nyata pengurapan Tuhan atas hidup yang

dipersembahkan sebagai mezbah.


Mezbah adalah sebuah hubungan

cinta, pengorbanan dan pengabdian.

Tapi panggung adalah perebutan

menjadi yang terbaik, menjadi

yang ternama, mendapat pujian dan tepuk tangan.


Ciri lain dari hidup yang dijadikan sebuah panggung adalah tidak memiliki 

keberanian untuk tinggal dalam shalom Tuhan sedangkan Daud dimana

pun berada bahkan di garis terdepan sekalipun, tetap tinggal dalam shalom

seluruh rakyat mengikuti Daud sedangkan Saul makin ditinggalkan. Demikian orang yang menjadikan hidupnya sebagai mezbah dan bukan panggung, itu akan menarik banyak orang datang.



Mezbah adalah tempat kita dilukai, tempat kita dididik, tempat kita dibentuk, tempat kita berkorban, tempat meletakkan mimpi, dsb.


Bahkan dalam sebuah pelayanan, orang dapat dengan mudah menggantikan mezbah. Manusia cenderung tidak

menyukai mezbah, sebab mezbah adalah tempat kita dilukai

tempat kita dididik, tempat kita dibentuk, tempat kita berkorban, tempat meletakkan mimpi dsb. Sangat mudah

memilih kecewa, marah, memilih apa yang kita pikir benar, memilih kenyamanan, memilih tidak mau dilukai. Jangan pernah berpikir kita ini Daud, bukan Saul. Padahal kenyataannya hati kita sering rapuh, takut, letih. ada iri, bersaing seperti hati Saul.


Judul Buku :

PILAR-PILAR MASA PENENTUAN

EV IIN TJIPTO PURNOMO WENAS

Maret 2016

B2B


Jatiwangi 27 OKTOBER 2023

Only By HIS GRACE

Joshua Ivan Sudrajat 



















Komentar

Postingan Populer