5 Hal Penting Untuk Memperoleh Kanaanmu 2
5 Hal Penting Untuk Memperoleh Kanaanmu 2
Pdt. Petrus Agung Purnomo
Penglihatan oleh Pdt. Petrus Agung Purnomo:
Tuhan memperlihatkan sebuah bahtera yang sedemikian besar dan Tuhan
berteriak memanggil-manggil semua anak-anak-Nya. Karena panggilan itu,
ada yang meresponi dengan ikut masuk ke dalam bahtera tersebut. Namun
ada yang tidak mau masuk. Yang tidak mau masuk adalah mereka yang sudah
nyaman dengan kendaraan mereka masing-masing, yakni sekoci-sekoci,
sampan-sampan dan kapal-kapal kecil mereka.
Mereka yang mau masuk ke dalam bahtera-Nya adalah mereka yang paham
bahwa fokus hidupnya adalah Tuhan dan hanya Tuhan. Sedangkan mereka yang
enggan dan menolak untuk masuk ke dalam bahtera-Nya adalah mereka yang
masih terikat dengan kepentingannya sendiri sebab memang fokusnya adalah
dirinya sendiri daripada Tuhan. Sekoci-sekoci, sampan-sampan dan
kapal-kapal kecil mereka adalah kerajaan-kerajaan mereka, sehingga
ketika air bah datang nanti, semua kerajaan mereka akan habis binasa
tanpa ada kesempatan lagi untuk mendapatkan keselamatan masuk ke dalam
bahtera-Nya.
4. Memahami momen & menjaga sikap hati. Setiap hari, setiap
saat, dan setiap waktu adalah penentuan. Ada satu hari, satu waktu, satu
keputusan maupun satu sikap yang mungkin tidak kita sadari ternyata hal
itu bisa menentukan destiny kita bahkan hingga kepada kekekalan. Sebagai contoh, perhatikan beberapa kisah pelajaran berikut ini:
a. Belajar dari Hagar: "Dan Abraham berkata kepada Allah:
'Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!' Tetapi Allah
berfirman: 'Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak
laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan
mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk
keturunannya. Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu;
ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan
memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa
yang besar. Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan
dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini
juga.'" - Kejadian 17:18-21
Jika kita mau lebih jeli memahami situasinya, sesungguhnya sebelum Esau
memandang rendah dan menganggap remeh hak kesulungannya, Sarah sudah
lebih dulu memiliki sikap yang serupa dengan menyodorkan Hagar kepada
Abraham. Sebab dasar dari sikap mereka berdua adalah tidak percaya.
Sebagaimana Esau menyerahkan hak kesulungannya kepada Yakub, demikian
Sarah menyerahkan warisannya kepada Hagar. Maka Hagar pada hari dirinya
diserahkan untuk menjadi gundik bagi Abraham, adalah hari dimana ia
mendapatkan durian runtuh. Karena pada hari itu, Hagar memiliki
kesempatan, bahkan lebih dulu daripada Tamar, Rahab, Rut, dan Batsyeba
untuk namanya dapat tercatat dalam Silsilah Kristus.
Namun karena sikap Hagar yang mudah sombong dan begitu menghina
nyonya Abraham, maka kesempatan yang begitu mulia itu hilang dan tak
pernah terulang kembali. Itulah sebabnya ketika Abraham menyodorkan
Ismael untuk menjadi anak perjanjian, Tuhan langsung dengan tegas
menolaknya.
Walau Sarah sempat ceroboh dalam perkara Hagar, namun sesungguhnya Sarah
telah teruji dalam berbagai perkara lainnya. Sarah setia menemani
Abraham walaupun saat itu mereka berdua tidak pernah tahu ke mana mereka
harus melangkah. Bahkan ketika Abraham meminta Sarah berdusta atas
status mereka di hadapan Firaun maupun Abimelekh, Sarah pun menuruti
Abraham tanpa ada keluhan sama sekali.
Sedangkan Hagar, baru hamil satu kali saja ia telah begitu ceroboh
bersikap dengan begitu menghina Sarah. Jatah yang begitu besar dan mulia
akhirnya harus kembali kepada empunya yang semula. Seandainya hari itu
Hagar tetap bersikap setia dan menghormati Sarah, seperti Daud
menghormati Saul, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa Hagar akan
melahirkan adik-adik Ismael dan Tuhan langsung menjadikan mereka sebagai
bapak-bapak bangsa seperti keduabelas anak Yakub. Pertanyaannya,
jika hari ini apa yang dialami Hagar sungguh terjadi dalam hidup kita,
akankah kita tetap mau ceroboh dengan sikap hati kita?
b. Belajar dari Yehuda dan keluarganya: "Anak-anak
Yehuda ialah Er, Onan, Syela, Peres dan Zerah; tetapi Er dan Onan mati
di tanah Kanaan; dan anak-anak Peres ialah Hezron dan Hamul." - Kejadian
46:12. "Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu
akan menekan tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu. ...
ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah
anggur. Matanya akan merah karena anggur dan giginya akan putih karena
susu." - Kejadian 49:8-12.
Yehuda adalah manusia biasa yang memiliki segala kelemahan dan
kecenderungan. Namun padanya ada perjanjian Tuhan yang sedemikian rupa
sehingga raja-raja bahkan Kristus lahir dari garis keturunannya. Namun
kedua anaknya, yakni Er & Onan tidak mampu mewarisi perjanjian
tersebut, bahkan mereka berbuat jahat di hadapan Tuhan sehingga Tuhan
membunuh mereka. Namun dalam kehendak-Nya yang ajaib, Tuhan mampu
menghadirkan penerus yang luar biasa dan "melunasi" nyawa kedua anaknya
yang dibunuh Tuhan, yakni melalui Peres & Zerah.
Perhatikan! Bahwa perjanjian Tuhan kepada Yehuda tetap adanya, Tuhan
tidak mencari pengganti Yehuda. Dalam kerjasama-Nya dengan Tamar,
perjanjian itu tetap bisa diwariskan. Apa yang istimewa dari Yehuda,
sehingga Tuhan tetap setia kepadanya? Yehuda bersama Ruben ikut
menyelamatkan nyawa Yusuf (Kejadian 37:26-27). Pada saat Yehuda memiliki
kesempatan untuk membungkam menantunya, Tamar, ia tidak melakukan hal
itu, melainkan dengan sikap yang demikian mulia mengakui kesalahannya
(Kejadian 38:26). Bayangkan jika hari itu Yehuda menyangkal dan Tamar
dibunuh, maka bukan saja Peres dan Zerah tidak lahir, melainkan juga
Tuhan akan menggeser Yehuda dan mencari penggantinya untuk mewarisi
perjanjian yang sama.
Yehuda tulus memberikan solusi untuk meyakinkan ayahnya akan keselamatan
Benyamin saat mereka hendak ke Mesir untuk kedua kalinya (Kejadian
43:8-16). Yehuda bahkan dengan berani mengajukan permohonan sehingga
hati Yusuf tidak dapat lagi tahan (Kejadian 44-45) untuk mengakui
identitasnya.
Setelah kelahiran Kristus, maka apa yang telah diwariskan Tuhan kepada
Yehuda tidak mampu lagi diwarisi oleh bangsa Israel, sebab dengan
ceroboh dan gegabah bangsa Israel menyalibkan Kristus dan harus
menanggung secara turun temurun darah Anak Manusia yang tak berdosa. Apa yang harus dinikmati oleh Israel, akhirnya harus digeser Tuhan, salah satunya kepada Inggris Raya (Great Britain / United Kingdom). Itulah sebabnya ada istilah "the sun never sets on British Empire" sebab Inggris dengan semua negara persemakmurannya mewarisi berkat Yehuda, Lewi dan Efraim.
Inggris dan negara-negara persemakmuran (mulai dari ujung paling Timur,
New Zealand, Australia, Papua New Guinea, beberapa negara Asia dan
belasan negara Afrika) telah menjadi banyak bangsa seperti yang
dinubuatkan bagi Efraim, dengan total penduduk sekitar 2,5 trilliun
jiwa. Begitu juga negara Amerika Serikat, yang adalah pewaris Yehuda,
Lewi dan Manasye, menjadi sebuah bangsa yang begitu berkuasa di dunia.
Dari kedua negara ini, dapatkah kita pahami betapa luar biasa kuasa dan
dampak dari perjanjian tersebut?
- Belajar dari Yosua & Kaleb: "Pada waktu itu Yosua datang
dan melenyapkan orang Enak dari pegunungan, dari Hebron, Debir dan Anab,
dari seluruh pegunungan Yehuda dan dari seluruh pegunungan Israel.
Mereka dan kota-kota mereka ditumpas oleh Yosua. Tidak ada lagi orang
Enak ditinggalkan hidup di negeri orang Israel; hanya di Gaza, di Gat
dan di Asdod masih ada yang tertinggal." - Yosua 11:21-22
Jika Anda bertanya alasan Gaza masih membara dan menjadi duri dalam
daging bagi Israel saat ini, maka kisah pada zaman Yosua yang menjadi
jawabannya. Ada bagian yang tidak dituntaskan. Yang harus kita pahami
adalah demikian, jika urusan yang tertunda ribuan tahun saja masih
memiliki dampak hingga saat ini, apalagi urusan yang tertunda dalam
sehari-hari kehidupan kita. Sikap yang masih suka menunda-nunda dan
enggan bertindak cepat serta seirama dengan kehendak Roh-Nya, bisa
berakibat fatal.
"Bani
Yehuda datang menghadap Yosua di Gilgal. Pada waktu itu berkatalah
Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, kepadanya: 'Engkau tahu firman yang
diucapkan TUHAN kepada Musa, abdi Allah itu, tentang aku dan tentang
engkau di Kadesh-Barnea. ... Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku
pegunungan, yang dijanjikan TUHAN pada waktu itu, sebab engkau sendiri
mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota
yang besar dan berkubu. Mungkin TUHAN menyertai aku, sehingga aku
menghalau mereka, seperti yang difirmankan TUHAN.'" - Yosua 14:6-12
Kaleb paham bahwa dirinya bukanlah "pilihan utama" untuk urusan
bangsanya. Seperti arti namanya, yakni anjing, ia tetap memiliki sikap
tahu diri yang baik. Namun hal itu tidak membuatnya berpangku tangan
atau menunggu perintah dari Yosua untuk merebut apa yang menjadi jatah
maupun warisannya. Kaleb percaya akan janji Tuhan melalui perkataan
Musa, dan berdasarkan perjanjian itu, ia dengan gagah berani meminta dan
menggenapi apa yang menjadi bagiannya.
Kita sebagai Gereja-Nya seharusnya juga memiliki sikap yang sama. Kita
tidak boleh lagi menjadi pasif maupun manja untuk mengerjakan panggilan
dan pelayanan kita bagi Kerajaan-Nya. Apa yang hendak kita lakukan
sebagai kontribusi kita kepada Kerajaan-Nya, hal itu tidak perlu
menunggu orang lain yang mengajak kita. Dengan meminta penyertaan dan
petunjuk Roh Kudus-Nya, lakukanlah segera apa yang sudah seharusnya kita
kerjakan. Tidak perlu memusingkan hasilnya, melainkan belajar untuk
menikmati prosesnya bersama dengan Tuhan. Selama kita mau mengikuti
semua kehendak-Nya, maka hasilnyapun telah dijamin-Nya.
"Justru karena itu kamu harus dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan
kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri,
kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan
kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan
saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada
padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan
berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi
barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik,
karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. Karena
itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan
dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak
akan pernah tersandung." - 2 Petrus 1:5-10
Ketahuilah bahwa panggilan dan pilihan kita di tahap awal tidaklah teguh
dan amat rentan untuk kandas! Proses yang harus kita jalani bersama
dengan Roh-Nya akan memperkokoh iman dan panggilan kita melalui
persekutuan dengan-Nya dan melahirkan kebajikan, pengetahuan, penguasaan
diri, ketekunan, kesalehan, bahkan akhirnya kasih agape. Sehingga pada
akhirnya, kelimpahan yang dijanjikan menjadi nyata untuk dinikmati.
Namun jika kita keluar dari panggilan kita dan bahkan membuang destiny kita, maka kita dapat terhilang karena ego kita. Bintang yang terang, akhirnya lenyap dalam kekelaman (black hole) untuk selamanya, Yudas 13.
Perjalanan destiny kita bersama dengannya merupakan sebuah
rangkaian tahapan demi tahapan. Dari dipanggil, lalu dipilih dan
akhirnya ditetapkan. Demikian juga perjanjian yang diberikan, akan
menjadi ketetapan sampai akhirnya menjadi kenyataan. Bahkan orang yang
tadinya hanya sekedar mendapat kesempatan, bisa menjadi orang pilihan
sampai akhirnya menjadi orang yang berkenan.
5. Mengenai Survey & Mapping.
Saudara-saudaraku yang kekasih,
jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian
percaya untuk mendekati Allah, dan apa saja yang kita minta, kita
memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya
dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
Komentar
Posting Komentar