Pengaruh Setan
Pengaruh Setan
Pdt. Petrus Agung Purnomo
Belajar dari
spirit yang mempengaruhi kehidupan kita, roh-roh yang menguasai suatu kota atau
daerah. Dampak yang dapat kita lihat adalah sifat karakter seseorang disuatu
daerah tertentu, ada yang keras, suka bohong, medit dan lain-lain. Salah satu
contoh khasus spirit mempengaruhi kota tersebut adalah kota Semarang. Latih
manusia roh kita untuk menjadi Pasukan Tuhan.
Berapa jauh roh-roh itu
mempengaruhi perilaku kita?
Ketahuilah
bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan
mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan
menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak
terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama,
tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat
mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir
panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka
memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu! (1 Timotius 3:1-5)
Ciri yang pertama dari masa sukar adalah orang mencintai
dirinya sendiri. Kalau kita mendengar tentang orang yang mencintai dirinya
sendiri, kita akan berkata “Yah, itu memang wataknya begitu, yah, itu memang
betul juga. Tetapi kita akan melihat lebih lanjut, betulkah ini semata-mata
karena watak kedagingan manusia? Dibagian selanjutnya dari ayat dua dikatakan manusia kan jadi hamba uang. Ada orang-orang
mata duitan, dan orang-orang berkata: “Yah, dia memang mata duitan, kalau lihat
duit suka banget, jadi ijo, melotot matanya, karena memang mata duitan. Memang
itu jenis manusia mata duitan begitu. “Bannyak beranggapan, itulah sifat, watak,
perangai manusia.
Ayat tiga dikatakan, “Mereka akan membual dan
menyembongkan diri.” “Wah, ini apalagi, Pak. Ini dasar orang sombong, suka
membual, suka ngomong begini-begitu.” Kelihatannya seperti itu. Sampai ke ayat kelima tercantum ciri-ciri manusia
pada masa yang sukar. Alkitab mengatakan bahwa pada akhir zaman, akan datang
masa yang sukar. Kata bahasa Yunani yang digunakan dalam Alkitab dan
diterjemahkan sukar ini adalah kata khalepos. Dan kata itu di dalam seluruh
Perjanjian Baru hanya dipakai dua kali. Yang pertama dalam 2 Timotius 3:3, dan
bentuk dari masa sukar itu adalah bagaimana perangai/perilaku manusia,
tindakan, cara berpikir, dan hati manusia bisa begitu jahat dan begitu buruk.
Pertanyaan adalah:
Mengapa mereka sampai
begitu buruk?
Benarkah murni oleh
karena manusianya?
Kita lihat ayat lainnya yang mencantumkan kata itu juga:
Setibanya di seberang,
yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan
setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorang pun yang
berani melalui jalan itu. (Matius 8:28)
Kata berbahaya berasal dari kata khalepos yang sama. Kedua
orang itu menjadi sangat berbahaya, oleh
karena kerasukan setan dan pekerjaan setan. Demikian juga halnya dengan
kondisi yang digelar dalam 2 Timotius 3:1, perilaku
manusia bisa seperti itu karena pengaruh setan. Jadi, apapun yang di alam
roh, pengaruhnya sampai kepada perilaku manusianya. Dan hal ini sangat umum
terjadi.
Spirit yang
mempengaruhi manusia
Misalnya, kita baru berjumpa dengan seseorang, begitu
orangnya menyebutkan dari suku tertentu, langsung asosiasinya:”tukang nipu,”
“tidak jujur,” atau hal yang lainnya. Mengapa mendapat “cap” seperti itu?
Karena banyak yang begitu. Apakah karena watak mereka seperti itu? Tidak juga.
Sebetulnya apa? Spirit di atasnya. Demikian juga dengan orang semarang. “kamu
orang mana?” “Semarang.” “Heheh, medit (kikir) yah?” Dulu terkenal sekali,
kikirnya luar biasa. “Semarang? Jangan kawin sama orang semarang…mendit!” Kalau
ngajak makan bareng-bareng, menjelang bayar, mesti ke toilet, ..ngga
keluar-keluar… alasannya perutnya sakit terus. Setelah dibayar…loh, sudah
selesai ya, sudah sudah selesai?” sepuluh kali makan begitu terus gayanya.
“Jangan kawin sama orang semarang…medit!” ini bisa menjadi suatu “cap.” Hal ini
terjadi karena spirit di atasnya. Kalau tidak bisa dipecahkan, maka tidak bisa
mengubah perilaku dari manusianya.
Contoh kasus kota Semarang
Bisakah hal ini itu ditanggulangi? Bisa! Itulah sebabnya kita
harus berdoa untuk kota kita, melakukan peperangan rohani untuk membalikan
keadaan. Ditengah-tengah keadaan orang Semarang yang kikir. Ada survey yang
meneliti mengapa mall tidak bisa hidup di Semarang, dan menemukan dua
kemungkinan:
1. Orang Semarang miskin, tidak mempunyai apa-apa.
2. Kikirnya luar biasa, segala sesuatu diperhitungkan.
Kesimpulan
dari survey ini: mereka bukan orang miskin, tetapi kikir. “Oh, kita ngga koq,
Pak, kita irit.” Ya, irit yang kebangetan (keterlaluan) itu adalah kikir atau
mendit tadi itu. Orang bisa beli mobil mewah.. simpan di garasi. Lalu beli yang
murahan, untuk dipakai setiap hari. Yang mewah hanya minggu sekali: kegereja
tok. Lalu pulang, masuk garasi, dilap lagi, tutup garasi, kletek, digembok,
pasang police lice: tidak boleh mendekat. “Orang itu ngga punya apa-apa,
naiknya mobil begituan!” Coba, buka garasinya! Itu sebabnya banyak orang
berkata: “Mau beli mobil mewah second hand? Cari mobil orang Semarang: jarang dipake!”
Mengapa? Medit itu tadi sebetulnya. Itulah orang-orang yang hanya memiliki
karunia memiliki bukan karunia menikmati.
Apakah menurut
Saudara hal itu tidak harus dipecahkan-kan? Harus! Tidak mungkin kami membangun
gedung Holy Stadium kalau alam rohnya tidak dikendalikan dan jemaat menjadi
orang yang kikir terus. Itu tidak mungkin! Banyak orang yang datang beribadah
di Holy Stadium dan berkata: “Kenapa ya, di JKI ngga bisa beri persembahan
sedikit?” Karena roh meditnya sudah ditinggalkan diluar. Banyak yang berkata:
“Dulu sata ke tempat lain, ngga bayar perpuluhan, koq kelihatan masuk Surga
juga. Kenapa di sini, kalau ngga ngasih perpuluhan koq kelihatan seperti mau
dibuang ke neraka?” Iya, saya pastikan itu! Karena roh yang membutakan
orang-orang ini tinggal diluar, tidak berani masuk. Mengapa demikian? Ada
cerita yang riil banget.
Berjumpa dengan spirit yang bukan
dari Tuhan
Menjelang akhir
1990-an, saya baru selesai mengikuti KKR
Benny Hinn di North Carolina, di kota Charlotte. Menjelang pulang, saya mampir
di L.A. dua hari, malam terakhir saya tidur lebih awal, karena besoknya saya
harus terbang sendirian kembali ke Indonesia. Yang aneh, selama di North
Carolina, Benny Hinn dalam seminarnya berkhotbah tentang Elia dan Elisa. Itu
kali ketiga atau keempat saya mendengar Beliau berkata begini: “Pada waktu Anda
sampai di Yerikho, Anda akan mengalami perjumpaan face to face with the devil (berhadapan
muka dengan muka dengan si iblis).” Entah bagaimana, perkataan itu masuk
didalam hati saya, tetapi tidak menjadi hal yang membebani pikiran.
Ketika saya
pulang dan tidur di L.A., saya bermimpi. Dalam mimpi itu, di tangan saya ada
sebuah gelas berisi air minum, saya sedang minum, tiba-tiba saya merasakan ada
orang dibelakang saya, dan saya menoleh. Orang itu antic sekali, mukanya
berbentuk persegi, dingin sekali, tetapi ia memakai kebaya dan bersanggul di
bagian belakang kepala, matanya hijau tua tidak ada senyumnya sama sekali,
tidak ada “syalom”-nya, tidak ada apa-apa, dingin saja, memandangi saya. Terus
terang, saya terkejut. Dan saya tidak ingin ketemu lagi makhluk seperti itu.
Banyak teman pendoa yang peka melihat setan, saya berkata: “Itu berkat Saudara,
saya tidak mau.” Tetapi kita perlu mereka, kalau tidak kita dibodohi setan
terus. Saya terkejut sekali pada waktu itu, tidak dapat menghardik lagi karena
begitu terkejut. Tetapi yang ajaib, ketika saya tunjuk, dia mundur. Ketika
melihat dia mundur, saya bertambah berani, saya tunjuk lagi, saya dekati lagi,
dia mundur lagi, dan melewati tembek begitu saja. Dan begitu dia sudah melewati
tembok, saya hardik. Dan baru saja saya berkata: “Dalam…” dia lari.
Saya terbangun.
Hadirat kejahatannya masih kental sekali. Saya berdoa sebentar, lalu tidur lagi.
Besok paginya saya berjumpa Pdt. Adi Sutanto (Ketua Sinode JKI), pemilik rumah
tempat saya menginap, dan Saya bertanya: “Pak Adi, pernah lihat setan?” Beliau berkata:
“Saya sudah puluhan tahun melayani Tuhan, belum pernah melihat satu pun.” Lalu
saya ceritakan apa yang terjadi. Tadinya Beliau berpikir mungkin anaknya
membawa barang-barang tertentu yang diberikan temannya, yang mungkin bisa
membawa kuasa gelap itu masuk. Tetapi saya berkata: “Tidak, ini tidak kaitannya
dengan Pak Adi, spirit ini kaitanya lansung dengan hidup saya.” Sebab dia
memakai konde, kecuali orang-orang yang di kedutaan Indonesia di perayaan 17
agustus, tetapi yang lain di jalan-jalan tidak ada yang memakai konde, karnaval
pun tidak memakai konde. Pakai topeng Indian atau topi koboi mungkin, tetapi
konde tidak pernah dipakai di sana. Saya berkata: “Definitely (pasti) ini
urusan dengan saya secara alam roh. Dan saya tahu saya menang tadi malam. Saya
ingin lihat seperti apa jadinya.”
Breakthrough
Sesungguhnya
breakthrough (trobosan) yang besar, yang kami nikmati sampai hari ini, adalah
masalah keuangan. Itulah yang membuatnya semua berubah, dan yang membuat Tuhan
bisa memerintahkan kami melakukan banyak hal tanpa “teriak-teriak” minta orang
lain menolong.
Saya baru
berjumpa seorang anak Tuhan dari gereja lain, yang bertanya demikin: “Pak,
bapak terima bantuan berapa tiap bulan dari luar negeri, untuk mengerjakan
semua ini?” Saya menjawab: “Saya berharap saya punya banyak, tetapi sayang
tidak satu dolar pun saya terima dari luar. Sebagian besar adalah korban dari
jemaat sendiri.” Hal itu membuat dia terkejut sekali: “Koq bisa seperti ini?”
Mengapa jemaat bisa begitu ingin memberkati, memberi kepada Tuhan, ketika
jemaat keberkatan? Sebab roh kikir tidak ikut masuk ke dalam. Kalau setelah
keluar medit lagi, itu urusan jemaat sendiri. Saya harap tidak pernah roh itu
dibawa ke mana-mana, karena Alkitab berkata: “Lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (KPR 20:35). Jika
sepulang kebaktian, roh medit minta ikut lagi, jangan lagi kita ajak,
tinggalkan saja, biarlah dia pulang ke neraka, kita tidak ada urusan lagi
dengan roh itu. Enak sekali hidup kita, apabila secara keuangan kita tidak
dikendalikan oleh roh seperti itu. Orang yang medit-nya luar biasa itu gawat,
semua dihitung: “Es the manis piro regone (berapa harganya)?” “500, Pak” “Mbok
400 wae (400 sajalah)…” Semua diperhitungkan secara demikian. “Minum di just
Coffee…?” “Ora usah! Ngudek dewe! (Tidak usah, aduk kopi sendiri!) lha ‘kan
larang, aku tuku kopi ‘tak deploki dewe ‘ra opo-op. (‘Kan mahal, saya beli
kopi, saya tumbuk sendiri tidak apa-apa.)” Malahan ada yang berkata: “Kalau mau
lebih irit, satu biji kopi dikletaki (digigiti) aja, mbe banyu putih, rosone
podho… (dengan air putih, rasanya mau saja.)” Saya hanya bisa mengeluh: “Tuhan
Yesus, Tuhan Yesus …” Ini sudah keterlaluan.
Kalau saja
saya dapat merdeka dari roh semacam ini. Tuhan itu memberkati kita, kalau Tuhan
mau memberkati, Ia sungguh memberkati. Saya tidak mengajar kita untuk
bermewah-mewah, tetapi kalau kita sampai diikat
oleh roh semacam itu, berat bagi kita. Akibatnya segala sesuatu dihitung,
jadi selau berselisih karena perhitungan uangan. Gara-gara selisih uang dua
rupiah bisa seminggu saling mendiamkan. Tengkini saja, urapi dengan minyak
seliter, dia akan sembuh dari penyakitnya. “Minyak apa, Pak?” “Minyak klentik
(minyak goreng buatan sendiri)!”
Catatan:
Semua harus
diselesaikan lebih dulu secara alam roh. Maka kemudian di bawah, di alam duniawi, perubahan akan nyata sekali bedanya.
Saya berdoa supaya Tuhan ajarkan hal ini. Pada masa-masa terakhir, ketika
datang masa-masa yang sukar, perilaku manusia mengerikan. Ternyata bukan murni
manusia sejahat itu, melaikan ada pengaruh kuasa gelap yang sangat demonic
(sangat dipengaruhi setan-setan). Dan pengaruh itu harus ditanggulangi dan
harus diselesaikan, baru semuanya akan kembali normal dalam anugerah Tuhan.
Komentar
Posting Komentar