Inilah Faktor Yang Bisa Membatalkan Perjalanan Destiny Ilahi Seseorang (Part 1)
Inilah Faktor Yang Bisa Membatalkan Perjalanan Destiny Ilahi Seseorang (Part 1)
StevenAgustinus.com – Tuhan memiliki kerinduan bagi setiap umat-Nya untuk bisa terhisap ke dalam destiny yang Tuhan tetapkan bagi gereja-Nya. Ada beberapa dari saudara yang sudah masuk ke dalam apa yang Tuhan sebut sebagai destiny ilahi, mulai mengalami intervensi Tuhan yang menyertai dirimu.
Ingatlah akan hal ini, Tuhan tidak
pernah menghendaki ada dari jemaat-Nya yang hanya datang dengan setia ke
Gereja dan pulang dengan begitu saja. Tuhan menghendaki semua
jemaat-Nya mulai bisa ikut terlibat dalam mewujudkan rencana-Nya di atas
muka bumi.
Tetapi satu hal yang saya pelajari, ada sebagian orang yang telah masuk dalam destinynya tapi karena ada satu dan lain hal yang terjadi membuat mereka membatalkan perjalanan destiny mereka sendiri.
Kali ini saya akan membagikan beberapa hal yang dapat membuat kita keluar dari destiny yang Tuhan tetapkan. Berikut faktor-faktor yang bisa membatalkan perjalanan profetis atau destiny ilahi kita dalam mengikuti Tuhan :
1. Karena Desakan Kebutuhan Hidup Sehari-hari
follow instagram : @stevenagustinus
Apabila kita sudah mulai memasuki
kehidupan rumah tangga, maka kebutuhan hidup sehari-hari yang kita
miliki akan sangat berbeda ketika kita masih sendiri. Seringkali ketika
kita masuk dalam tanggungjawab yang mulai besar, adanya desakan
kehidupan sehari-hari akan membuat kita berpikir ulang untuk melanjutkan
perjalanan destiny yang pernah kita lakukan sebelumnya.
Karena jika kita berbicara mengenai destiny
ilahi, sudah pasti hal ini bukan berbicara tentang jalan hidup yang
mudah, tetapi juga bukan jalan hidup yang mustahil untuk kita lalui.
Karena jika Tuhan sudah memanggil kita, sudah pasti Tuhan bertanggung
jawab penuh kepada hidup kita. Yang perlu kita lakukan adalah melakukan
bagian kita yaitu percaya dan terus berjalan dalam rencana Tuhan.
Saat kita sudah berada di dalam destiny
yang Tuhan tetapkan, sesungguhnya Tuhan sedang membawa kita untuk
melangkah ke suatu jalan kehidupan yang berbeda di bandingkan dengan
jalan yang dilalui oleh orang lain. Bahkan kita mungkin akan dianggap
sebagai pionir, sehingga secara otomatis kitalah yang harus membuka
jalan.
Jika kita masih dipengaruhi oleh desakan
kehidupan sehari-hari, maka sudah pasti kita tidak mempunyai cukup
energi untuk melanjutkan perjalanan destiny ilahi yang Tuhan tetapkan.
Apalagi jika pasangan hidup kita juga sama-sama berada di posisi
mengalami tekanan desakan kebutuhan sehari-hari. Sudah pasti keputusan
yang kita lakukan adalah menganggap bahwa memenuhi kebutuhan sehari-hari
sebagai prioritas utama adalah sebuah hal yang wajar dan normal di
banding harus mengerjakan kehendak Tuhan.
Seringkali saat kita ada dalam tahap awal perjalanan destiny
ilahi, maka kita seperti mengalami pada titik tertentu kita memiliki
kebutuhan yang mendesak dan kita tidak melihat ada “sumber income” yang menjanjikan di dalam perjalanan destiny kita. Dan mau tidak mau, kita merasa harus mencari penghasilan di luar sana.
Sehingga tidak jarang saat kita berada
di posisi itu, Firman yang datang atas kita, mulai kita gunakan untuk
membenarkan keputusan kita guna keluar dari destiny Tuhan. Kita
harus mencek sikap hati kita, mengikuti Tuhan berarti siap untuk
meninggalkan setiap ke-Akuan yang masih ada dalam diri kita. Dan tanpa
disadari, seringkali Tuhan menguji hati seseorang melalui keputusan
seseorang dalam menyikapi kebutuhan hidup sehari-harinya.
Itu sebabnya saya percaya sungguh, sebelum Tuhan membawa kita masuk dalam perjalanan destiny
ilahi, hal pertama yang Tuhan ingin ajar bagi setiap kita adalah
bagaimana belajar hidup dan bergantung sepenuhnya dari firman
Tuhan. Selama Tuhan bersama dengan kita, seberapa pun besar pergumulan
yang kita hadapi maka tidak akan jadi masalah buat kita untuk terus
berjalan dalam destiny Tuhan.
2. Karena Kekecewaan dan Penolakan
follow instagram : @stevenagustinus
Saat kita melangkah memulai perjalanan destiny
hidup kita, suka atau tidak kita akan mengalami bahwa kita seperti
seorang berjalan seorang diri dalam memulai sesuatu yang baru, yang
orang lain belum pernah ada yang melakukannya. Karena kita melakukannya
sendirian seringkali orang akan berkomentar tentang apa yang kita
lakukan.
Kadangkala kita akan dibawa seperti
Nehemiah yang berani mempertaruhkan “hak istimewa” yang harusnya dia
nikmati sebagai juru minuan raja. Mungkin secara manusia kita memiliki
posisi tertentu yang sewajarnya kita bisa menikmati setiap hak istimewa
yang diberikan oleh perusahaan tersebut, tapi karena destiny yang Tuhan taruh dalam hidup kita. Maka kita rela untuk meninggalkan semuanya itu demi menyelesaikan destiny
yang Tuhan taruh dalam diri kita. Dan karena keputusan yang kita ambil
tersebut pasti akan banyak komentar, kritikan dari orang lain terhadap
tindakan kita itu.
Tetapi satu hal yang mau saya tegaskan,
selama kita tahu bahwa kita sedang melangkah dalam ketaatan, maka jangan
pernah goyah dengan apapun juga. Teruslah melangkah dan jangan pernah
biarkan rasa tertolak, krtikan orang lain terhadap kita menghentikan
perjalanan destiny kita. Mungkin dalam perjalanan destiny
hidup kita, kita harus melangkah sendirian. Tetapi sendirian yang kita
lakukan dengan ketaatan, sesungguhnya akan melahirkan banyak orang.
Karena itu, sebagai orang percaya kita
harus menanggulangi setiap konfik batin yang masih ada dan terus menjaga
hati kita untuk tetap tahir. Sehingga peristiwa apapun yang terjadi
dalam hidup kita akan tetap memiliki ketetapan hati atau keyakinan teguh
(strong conviction) dan tidak akan pernah terpengaruh dalam menjalani perjalanan destiny kita.
Tapi ini yang harus kita bedakan, antara
orang yang memiliki keyakinan teguh dengan orang yang keras kepala.
Berikut adalah perbedaannya :
- Orang yang memiliki ketetapan hati atau keyakinan teguh (strong conviction) akan memulai perjalanan destinynya, karena dorongan dari Roh Kudus dan kadangkala mendapat peneguhan dari beberapa hamba Tuhan. Sedangkan orang yang keras kepala, akan memulai segala segala sesuatunya berdasarkan asumsi yang keliru akan dirinya sendiri.
- Orang yang berketetapan hati atau berkeyakinan teguh (strong conviction) adalah orang yang selalu memiliki persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Sedangkan orang yang keras kepala mengandalkan kekuatan karakter/ kepribadian yang ia miliki.
- c. Orang yang berketetapan hati atau berkeyakinan teguh (strong conviction) adalah orang yang selalu melihat intervensi Tuhan dalam hidupnya. Sedangkan orang yang keras kepala setiap kali menghadapi tantangan harus selalu mempergunakan kemampuan sendiri.
- Ketetapan hati yang kita miliki mengkondisikan kita untuk selalu membutuhkan Firman Tuhan dalam hidup ini. Sedangkan orang yang keras kepala akan mengandalkan kemampuan dan kekuatannya dalam menghadapi sesuatu dalam hidupnya.
3. Karena Kita Hanya Mengikuti Destiny Ilahi Yang Tuhan Berikan Kepada Orang Lain Tanpa Menerimanya Secara Langsung
follow instagram : @stevenagustinus
Jika kita membaca dalam kitab Kisab
Rasul 7 : 1-4, maka kita akan mendapati bahwa Allah memerintahkan kepada
Abraham untuk pergi meninggalkan negeri dan sanak saudaranya. Tetapi
apabila kita bandingkan dengan Kejadian 11:27-32, maka kita mendapati
bahwa ternyata ayah Abraham yaitu Terah yang memimpin rombongan Abraham
untuk pergi ke Kanaan, padahal panggilan Tuhan itu ditunjukkan kepada
Abraham. Maka tidak heran apabila ketika rombongan tersebut sampai di
Haran mereka menetap disana.
Mengapa hal itu bisa terjadi ? Karena
apabila kita hanya ikut-ikutan dengan rombongan yang telah menerima
panggilan dari Tuhan secara pribadi tanpa Tuhan memanggil kita secara
pribadi. Apabila sekali waktu ada peristiwa atau kondisi yang tidak
mengenakan terjadi, maka hal itu akan membuat kita berhenti pada suatu
tempat dan tidak melanjutkan tujuan dan panggilan Tuhan tersebut.
Dari hal di atas, setiap kita sebagai jemaat harus mulai ikut terlibat dalam destiny
ilahi yang Tuhan taruh atas gereja-Nya. Sebagai pemimpin yang ada,
harus terlebih dahulu menerima panggilan yang secara pribadi Tuhan
berikan kepadanya. Tetapi tanpa Tuhan yang sama yang memanggil sang
pemimpin, juga mulai memanggil kita jemaat-Nya. Maka apabila di tengah
perjalanan destiny ilahi ada peristiwa tidak mengenakan yang
terjadi dalam diri kita, maka kita akan bisa menghentikan perjalanan
kita dan mulai meninggalkan kegerakan yang ada.
Oleh karena itu, kita harus memiliki panggilan dan benih destiny
yang secara pribadi Tuhan taruh dalam diri kita. Karena semua yang
telah dilahirkan di dalam roh akan tetap bertahan dan bahkan
menghasilkan kehidupan. Tetapi apabila kita hanya mengikuti ‘kerumunan
orang banyak’ maka sekali waktu kita pasti akan meninggalkannya. Tuhan
memanggil sang pemimpin ketika berada di dalam hadirat Tuhan, maka
ketika kita juga mulai mendesak masuk dalam hadirat-Nya dan terus
berinteraksi dengan Dia. Maka Tuhan yang sama juga akan memanggil hidup
kita. Jika Dia yang memanggil maka Dia yang akan mengurapi. Jika Tuhan
sudah mengurapi maka Tuhan juga yang akan mengutus. Dan jika Tuhan
mengutus, maka sudah pasti Tuhan juga yang akan menyertai perjalanan
profetis kita.
Dengan begini, kita tidak akan pernah bingung dengan apa yang harus kita lakukan di tengah destiny yang Tuhan taruh dalam diri kita. Saat kita terus membangun persekutuan yang sehat dengan Tuhan maka Ia akan menanamkan benih destiny-Nya dalam hidup kita. Dan kita sebagai jemaat akan dapat bersinergi dengan pemimpin yang Tuhan tunjuk untuk menyelesaikan corporate destiny yang Tuhan taruh dalam Gereja Tuhan.
Mari sebagai orang percaya kita terus melangkah dalam destiny
yang Tuhan taruh dalam diri kita dan terus mewaspadai diri dari segala
sesuatu yang dapat menghambat kita untuk dapat menyelesaikan destiny
ilahi.
~ Ps Steven Agustinus ~
Komentar
Posting Komentar