MEMAHAMI PERJANJIAN TUHAN
Memahami Perjanjian
Tuhan
Disusun Oleh :
Joshua Ivan Sudrajat
Apa sih "Perjanjian" itu ? Kebanyakan kita atau
orang-orang Kristen sering sekali mengatakan bahwa kita adalah umat Perjanjian,
tetapi harus jujur dikatakan bahwa hampir mayoritas tidak mengerti apa itu
sebenarnya "Perjanjian". Percaya atau tidak, jika kita gagal memahami
apa itu makna dari kata "Perjanjian", maka kita akan kesulitan
mengenal Tuhan dengan benar.
Sebenarnya tidak sulit memahami apa itu arti dari "Perjanjian". Kata "Perjanjian" kalau kita artikan jelas sangat mudah, yaitu kesepakatan antara kedua belah pihak. Ada pihak yang mengakukan persyaratan, dan ada pihak yang menyetujui. Pihak pertama mengajukan persyaratan tertentu, dan jika pihak kedua menyetujuinya, maka perjanjian tersebut menjadi sah.
Namun, kalau salah satu pihak melanggar kesepakatan perjanjian tersebut, maka perjanjian tersebut menjadi batal atau tidak berlaku. Contohnya begini, kalau kita membuat kesepakatan dengan bank dalam soal cicilan rumah dimana bank mengajukan persyaratan bahwa setiap bulan sodara harus membayar 5 juta, maka jika kita setuju, maka kita harus setiap bulannya membayar 5 juta kepada bank, dan sebagai gantinya, bank akan mengizinkan kita untuk tinggal di rumah kita yang belum lunas tersebut. Namun, apa jadinya kalau ternyata kita melanggar kesepakatan "perjanjian" tersebut? Sudah jelas, perjanjian itu jadi batal dan kita akan diusir dari rumah itu oleh pihak bank.
Tepat, inilah makna perjanjian yang sesungguhnya. Pemahaman dasar mengenai apa itu "perjanjian" sangat penting agar kita dapat memahami dan mengenal Tuhan dengan benar. Kalau kita saja sudah salah dalam memahami apa itu "perjanjian", percayalah kita sudah pasti akan keliru dalam mengenal Tuhan yang kita sembah.
Kenapa? Karena Tuhan juga demikian. Jikalah Tuhan mengikat "Perjanjian" dengan kita, maka apa artinya itu? Artinya ada syarat yang Tuhan ajukan kepada kita. Camkan ini, ada syarat yang Tuhan ajukan kepada kita. Setiap perjanjian, selalu ada syarat. Abraham saja harus menerima syarat yang diajukan Tuhan untuk dapat menjadi umat-Nya. Apa buktinya?
(Kejadian 17:1 [LAI TB] Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.
17:2 Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak.")
Perhatikan ayat di atas, syarat yang Tuhan ajukan kepada Abraham adalah Abraham harus hidup tidak bercacat di hadapan Tuhan. Itulah syarat yang Tuhan ajukan kepada Abraham. Sebagai gantinya, Tuhan berjanji kepada kepada Abraham bahwa Dia akan memberikan negeri Kanaan kepada Abraham dan anak cucunya dan Tuhan akan menjadi Allah bagi anak cucunya.
Inilah persyaratan antara Tuhan dan Abraham atau bisa dikatakan isi dari perjanjian antara Tuhan dan Abraham. Tuhan akan menepati janji-Nya kepada Abraham soal tanah Kanaan jika seandainya Abraham juga menepati janji-Nya kepada Tuhan dengan hidup tidak bercela di hadapan-Nya. Perjanjian ini akan jadi batal kalau Abraham melanggar janjinya ini kepada Tuhan. Namun ternyata, Abraham berhasil dan teguh dalam menjalankan persyaratan perjanjian tersebut.
Buktinya apa? Buktinya pada saat Tuhan memberkati Ishak
(Kejadian 26:3 [LAI TB] Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing, maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu.
26:4 Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat,
26:5 karena Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku.")
Kenapa Tuhan harus memberkati Ishak dan menjadi Allah bagi Ishak? Justru karena perjanjian Tuhan dengan Abraham. Perhatikan ayat 26:5, dikatakan bahwa karena Abrahamlah, maka sekarang Tuhan datang kepada Ishak dan menyertai Ishak. Kenapa bisa demikian? Karena Abraham telah setia memenuhi tuntutan perjanjian tersebut, maka Tuhan juga harus setia. Tuhan tidak mungkin tidak setia, itulah sebabnya Tuhan memenuhi janji-Nya kepada Abraham bahwa Dia akan menjadi Allah bagi keturunannya. Itulah sebabnya Tuhan harus menjadi Allah bagi Ishak untuk memenuhi tuntutan janji kepada Abraham.
Jadi, apa artinya ini? Artinya dalam Perjanjian selalu ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Begitu juga kita saat ini sebagai orang-orang Kristen. Ada syarat-syarat yang harus kita jalani jika kita mengaku bahwa diri kita adalah umat Perjanjian Tuhan.
Jadi adakah orang Kristen bebas? Jelas tidak. Orang-orang Kristen harus menuruti hukum-hukum Tuhan, bukan sebaliknya. Itu adalah bagian dari Perjanjian.
Jadi, bagaimana kalau kita anggap enteng dan hidup seenaknya dan keluar dari ranah-ranah Hukum Tuhan? Jelas perjanjian tersebut jadi batal. Sudah paham kan? Jadi, kalau perjanjiannya batal, apakah nanti kita akan diselamatkan? Jelas tidak, justru kita akan dilempar ke api yang menyala-nyala.
Sayangnya banyak sekali di antara kita yang hidup asal-asalan dan tidak sesuai dengan ketetapan perjanjian dengan Tuhan. Mengira perjanjian tersebut tidak bisa batal dan kita sudah pasti masuk surga, padahal kalau kita melanggar perjanjian tersebut, maka sudah pasti perjanjian tersebut jadi batal.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata bahwa pada hari-hari terakhir, banyak orang yang kepedean mengaku bahwa mereka adalah umat-umat Tuhan Yesus dan berseru-seru, tetapi sayang, Tuhan Yesus berkata, "Aku tidak pernah mengenal engkau, enyahlah!"
(Matius 7:21 [LAI TB] Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
7:22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" )
Well, peringatan Tuhan Yesus ini sangat serius bagi saya dan saudara. Kita mungkin bisa kepedean saat ini seperti orang-orang Kristen yang ditolak di atas. Kita bisa kepedean dengan berkata bahwa kita adalah umat pemenang, umat tebusan, kita sudah melayani sana sini, dan bla bla bla. Tetapi, kalau kita hidup dengan melanggar "Perjanjian" tersebut, maka perjanjian tersebut akan menjadi batal. Kalau Perjanjian batal, maka sudah jelas kita pun akan binasa di neraka yang menyala-nyala.
Hiduplah tekun di dalam "Perjanjian" itu dan juga ketetapan-ketetapan yang terkandung di dalamnya. Bukan kita yang ngarang peraturan, tetapi kitalah yang harus tunduk pada peraturan Tuhan.
Mitra
Perjanjian Allah
Paulus
menulis pada jemaat Galatia yang sedang berusaha untuk meningkatkan posisi
mereka dihadapan Allah dengan perbuatan mereka sendiri. Entah bagaimana mereka
telah tertipu sehingga berpikir bahwa mereka perlu melakukan perbuatan-perbuatan
agamawi tertentu agar dapat menjaga perjanjian, atau menerima nilai lebih dari
perjanjian. Respon empati dari Paulus dari pemikiran tersebut adalah, “Tidak,
Tidak, Tidak!!!”
Jadilah
kuat, saudaraku. Allah tidak mengurangi keuntungan apapun yang telah datang
pada Anda dalam Yesus dan juga tidak ada ruang yang perlu ditingkatkan lagi
dalam Perjanjian Baru. Ruang apa yang diperlukan? Semakin mengenali Yesus. Dia
setia dalam perjanjian (meskipun kita tidak selalu setia); kesetian-Nya
diperhitungkan pada kita; dan karena Dia itu setia, Perjanjian Baru tidak dapat
dibatalkan.
Mungkin
ada waktu-waktu dalam hidup Anda sebagai orang percaya dimana Anda diyakinkan
bahwa Allah sedang tidak berkenan pada Anda. Sama seperti banyak orang yang
terjebak dalam agama yang sepenuhnya berdasarkan pada Perjanjian Baru, mungkin
Anda telah sampai pada suatu titik dimana dalam pemikiran Anda, Anda
mempercayai bahwa kegagalan Anda telah memberikan sebuah alasan yang tepat agar
Allah meninggalkan Anda, mengeluarkan Anda dari keluarga-Nya atau membatalkan
berkat-berkat-Nya dari hidup dan pelayanan Anda.
Tolong
baca kalimat berikut ini dengan seksama: Kegagalan-kegagalan serta
ketidaksetiaan Anda tidak merubah pandangan Allah terhadap Anda, juga tidak
melanggar Perjanjian Baru, yang membuat Anda tidak mendapatkan kebaikan Allah.
Jika Anda mau mengambil bagian dalam keuntungan-keuntungan dari Perjanjian Baru
melalui percaya dalam Yesus, Anda selalu diundang untuk melakukannya.
Anda
bukan mitra Allah dalam perjanjian. Manusia Kristus Yesus yang merupakan
mitra Allah dalam perjanjian.
Sekarang,
apakah benar bahwa sebuah perjanjian membutuhkan kesetiaan? Tentu saja. Apakah
benar bahwa dalam Alkitab mencatat bahwa dalam suatu perjanjian ada konsekuensi
yang serius bagi orang-orang yang melanggarnya? Ya, itu benar. Kalau begitu,
bagaimana mungkin ketidaksetiaan kita kepada Allah tidak menyebabkan Dia
menolak kita sebagai mitra dalam perjanjian? Jawaban: Anda bukan mitra
Allah dalam perjanjian. Manusia Kristus Yesus yang merupakan mitra Allah
dalam perjanjian. Dia tidak pernah tidak setia pada perjanjian. Kesempurnaannya
selalu ada dihadapan Allah (Ibrani 9:24). Dan karena Anda ada di dalam Dia
(Roma 6:11; Efesus 1 & 2; Kolose 2:9-13), kegagalan Anda tidak muncul
dihadapan Allah. Akan tetapi, kesempurnaan dan kesetiaan Kristus yang nampak
dihadapan Allah bagi Anda. Puji Tuhan.
Perjanjian
Allah dengan Abram
Mari
sejenak kita lanjutkan pembelajaran kita tentang perjanjian. Perjanjian Baru
adalah penggenapan dari perjanjian yang dibuat Allah dengan Abram pada waktu
yang sudah lampau. Ya, memang ada waktu dimana ada Perjanjian Musa (Lama).
Tetapi kita diberitahu dalam Galatia 3:17-26 bahwa Perjanjian Musa tersebut,
yang disebut sebagai “hukum Taurat,” berakhir saat Yesus datang dan tidak
membatalkan perjanjian yang sebelumnya telah dibuat oleh Allah dengan Abram dan
keturunannya. Allah tidak mengganti perjanjian-Nya dengan Abram. Akan tetapi,
hukum Taurat diberikan untuk menunjukkan pada bangas Israel dan semua orang
bahwa tidak mungkin kita mendapatkan keuntungan dari kebaikan Allah melalui
usaha atau kebaikan manusia. Sejak awal kehidupan kita, kita terkurung…di
bawah kekuasaan dosa” (Galatia 3:22), dan hanya karena kebaikan dan kasih
karunia Allah kita dapat menerima keuntungan dari janji-jani-Nya. Tentu saja
Allah tahu hal itu dari mulanya. Jadi saat Ia menetapkan perjanjian-Nya dnegan
Abram dan keturunannya, kasih karunia Allah bagi semua generasi sudah
berlaku.
Apakah
Anda ingat ksah bagaimana Allah meneguhkan perjanjian-Nya dengan Abram dan keturunannya?
Allah telah menjanjikan berkat yang besar bagi Abram dan keturunannya (Kejadian
12:2-3; 15:1-6). Saya sering mengatakan seperti ini: Allah berjanji untuk
memampukan Abram dan keturunannya untuk menjadi baik dan ada dalam keadaan
yang baik, untuk kebaikan mereka sendiri dan juga kebaikan bagi semua
orang. Saudaraku, itu juga yang disediakan Allah bagi Anda saat ini: Dia telah
membuat ketentuan bagi Anda untuk dimampukan agar menjadi baik dan dalam
keadaan yang baik bagi kebaikan Anda sendiri dan kebaikan orang lain melalui
Anda. Puji Tuhan sekali lagi!
Lalu
bagaimana hal ini terjadi dalam kehidupan kita? Kita sudah melihat bahwa sebuah
perjanjian menuntut sebuah kesetiaan. Dan kita telah melihat hal tersebut dalam
hal-hal yang berkaitan dengan Allah, usaha manusia sia-sia dan menunjukkan
dengan jelas bahwa kita semua adalah orang-orang yang tidak setia. Lalu
bagaimana seseorang dapat menerima keuntungan dari perjanjian Allah? Sebelumnya
saya sudah menyinggung jawaban tentang hal ini :
Dalam
Kejadian 15:8-21 kita dapat membaca tentang Allah meneguhkan perjanjian-Nya
dengan Abram, yang jelas sekali terbiasa dengan segala formalitas dari
perjanjian kuno. Abram mempersiapkan hewan korban untuk upacara perjanjian,
dengan membuat sebuah jalur darah diantara hewan korban. Jalur darah semacam
itu diletakkan disuatu tempat dimana nantinya para pihak yang mengikat
perjanjian akan melewatinya saat mereka saling berjanji dan juga menyebutkan
kutukan yang akan terjadi bila salah satu pihak melanggar perjanjian.
Tetapi
setelah Abram mempersiapkan segalanya, Allah membuat suatu perubahan yang
sangat penting bagi jaminan kelangsungan perjanjian tersebut.
Sebelum
kita melanjutkan ceritanya, ingatlah beberapa hal: Sebuah perjanjian dibuat
antara dua pihak atau lebih; sebuah perjanjian menuntut adanya kesetiaan; sejak
lahir Abram adalah orang berdosa, sama seperti semua orang yang lahir dalam
keturunan Adam.
Jelas sekali Allah tidak dapat bergantung pada Abram. Sekarang mari kita kembali pada kisah dalam Kejadian 15.
Yesus,
Keturunan, ada saat Allah mensahkan perjanjian dimana Abram dan
keturunan-keturunannya akan menjadi penerima keuntungan.
Segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk mengadakan perjanjian telah siap. Akan tetapi
pada menit terakhir Allah membuat perubahan yang penting: Dia membuat Abram
tidur (ay 12). Apa artinya ini? Abram akan menjadi penerima keuntungan dari
perjanjian tanpa perlu menanggung tanggung jawab bagi kelangsungan perjanjian.
Lalu
siapa yang bertanggung jawab? Sebuah perjanjian harus memiliki lebih dari satu
pihak. Allah ada disana. Abram tidur. Apakah hanya ada satu pihak? Tidak.
Menurut Galatia 3 segala sesuatu baik-baik saja meskipun Abram tidur, karena:
kepada
Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak
dikatakan “kepada keturunan-keturunannya” seolah-olah dimaksud banyak orang,
tetapi hanya satu orang: “dan kepada keturunanmu”, yaitu Kristus.
Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat
dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun
kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya. (Galatia 3:16-17).
SIFAT
SUATU PERJANJIAN.
Hubungan
Allah dengan umat-Nya digambarkan di sepanjang Alkitab dengan istilah
"perjanjian." Kata ini muncul pertama kali dalam Kej
6:18 dan menjangkau hingga PB, di mana Allah membuat perjanjian yang baru
dengan umat manusia di dalam Yesus Kristus
(lih.
art.PERJANJIAN
LAMA DAN PERJANJIAN BARU).
Dengan
memahami perjanjian Allah dengan para bapa leluhur (Abraham, Ishak, dan Yakub),
kita belajar bagaimana Allah menginginkan kita hidup dalam hubungan perjanjian
dengan-Nya.
- 1) Nama Allah yang khusus dipakai dalam perjanjian di Alkitab adalah Yahweh (diterjemahkan "TUHAN";
lihat
cat. --> Kej
2:4;
lihat
cat. --> Kel
3:14).
Terkandung
di dalam nama perjanjian ini ialah kasih setia-Nya, perhatian-Nya untuk menebus
umat manusia, kehadiran-Nya yang setia dengan umat-Nya, dan kerinduan-Nya untuk
bersekutu dengan umat-Nya dan menjadi Tuhan mereka.
- 2) Janji yang mendasar dari perjanjian Allah ialah janji-Nya "Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu"
(lihat
cat. --> Kej
17:7).
[atau
--> Kej
17:7]
Di
atas janji inilah dilandaskan semua janji yang lain dalam perjanjian itu. Ini
berarti bahwa Allah dengan kokoh mengikat diri-Nya dengan umat-Nya yang setia
untuk menjadi Allah mereka, dan bahwa kasih karunia, perlindungan, kebaikan,
dan berkat-berkat-Nya diberikan kepada mereka di dalam kasih (bd. Yer
11:4; 24:7; 30:22; 32:38; Yeh
11:20; Yeh
36:28; Za
8:8).
- 3) Sasaran akhir perjanjian Allah dengan manusia ialah membawa keselamatan, bukan hanya kepada satu bangsa (Israel), tetapi kepada seluruh umat manusia. Allah sudah menjanjikan kepada Abraham bahwa di dalam dia "semua kaum di muka bumi" akan diberkati (Kej 12:3; 18:18; Kej 22:18; bd. Kej 26:4). Allah menyalurkan kasih karunia perjanjian-Nya kepada bangsa Israel supaya mereka dapat menjadi "terang bagi bangsa-bangsa" (Yes 49:6; bd. Yes 42:6). Perjanjian ini digenapi oleh kedatangan Tuhan Yesus Kristus sebagai Penebus, ketika orang Kristen mulai menyebarkan berita Injil ke seluruh dunia (lih. Luk 2:32; Kis 13:46-47; Gal 3:8- 14).
- 4) Di dalam berbagai aturan perjanjian yang dibuat Allah dengan manusia sepanjang Alkitab, dua prinsip sedang berlaku:
- (a) Allah sendiri menetapkan janji-janji dan kewajiban-kewajiban perjanjian-Nya ini, dan
- (b) manusia diharapkan menerimanya dengan iman yang taat. Kadang-kadang jauh sebelumnya Allah sudah memberikan garis besar janji-janji dan tanggung jawab kedua pihak (lih. art. PERJANJIAN ALLAH DENGAN BANGSA ISRAEL). Akan tetapi, tidak pernah manusia berada dalam situasi untuk tawar-menawar dengan Allah tentang ketentuan-ketentuan perjanjian itu.
PERJANJIAN
ALLAH DENGAN ABRAHAM.
- 1) Ketika Allah mengadakan hubungan perjanjian dengan Abraham (lih. Kej 15:1-21), dengan jelas Ia menawarkan berbagai janji: Allah sebagai perisai dan upah Abraham (ayat Kej 15:1), keturunan yang banyak (ayat Kej 15:5) dan tanah Kanaan sebagai warisannya (Kej 12:1-3; Kej 15:7;
lihat
cat. --> Kej
15:6;
lihat
cat. --> Kej
17:8; bd. juga
lihat
cat. --> Kej
12:1; dan
lihat
cat. --> Kej
12:3;
[atau
--> Kej
15:6; 17:8; 12:1,3]
lih.
art.PANGGILAN
ABRAHAM).
- 2) Allah meminta Abraham untuk menanggapi janji-janji tersebut dengan iman, menerimanya dan percaya kepada Allah sebagai Tuhannya. Karena ia melakukan hal itu, Abraham dianggap benar oleh Allah (Kej 15:6) dan diteguhkan dalam suatu hubungan pribadi dengannya.
- 3) Yang diperlukan untuk menerima perjanjian pada mulanya bukan hanya iman, tetapi Allah juga menuntut bahwa jika berkat-berkat perjanjian hendak diteruskan, Abraham harus sungguh-sungguh berusaha menyenangkan-Nya dengan hidup taat.
- (a) Allah menuntut bahwa Abraham berjalan di hadapan-Nya "tanpa cacat"
(lihat
cat. --> Kej
17:1).
[atau
--> Kej
17:1]
Dengan
kata lain, jika imannya tidak disertai ketaatan (bd. Rom
1:5), Abraham takkan layak untuk berperan serta dalam maksud-maksud abadi
Allah.
- (b) Dalam satu kejadian khusus, Allah menguji Abraham dengan memerintahkannya mempersembahkan anaknya, Ishak (Kej 22:1-2). Abraham lulus ujian ini, dan oleh karena itu Allah berjanji akan melanjutkan perjanjian itu dengannya
(lihat
cat. --> Kej
22:18).
[atau
--> Kej
22:18]
- (c) Allah secara khusus memberi tahu Ishak bahwa berkat-berkat perjanjian masih berlaku dan akan diwariskan kepadanya, karena Abraham telah menaati Dia dan memelihara perintah-perintah-Nya (Kej 26:4-5).
- 4) Secara khusus Allah memerintahkan Abraham dan keturunannya agar setiap lelaki yang lahir dalam rumah tangganya harus disunat (Kej 17:9-13). Selanjutnya Tuhan menetapkan bahwa setiap laki-laki yang tidak disunat akan dilenyapkan dari umat Allah (Kej 17:14), karena ia telah mengingkari perjanjian. Dengan kata lain, menolak untuk menaati Allah akan mengakibatkan berkat-berkat perjanjian itu diberhentikan.
- 5) Perjanjian Allah dengan Abraham disebut sebagai "perjanjian yang kekal." Allah bermaksud agar perjanjian itu menjadi rencana yang kekal. Namun, rencana itu dapat diputuskan oleh keturunan Abraham sehingga Allah tidak terikat lagi pada janji-Nya. Sebagai contoh, janji-Nya bahwa tanah Kanaan akan merupakan warisan abadi bagi Abraham dan keturunannya (Kej 17:8), dilanggar oleh kemurtadan Israel dan ketidaksetiaan Yehuda serta penolakan mereka untuk menaati hukum Allah (Yes 24:5; Yer 31:32); maka Israel dibawa ke dalam pembuangan di Asyur (2Raj 17:1- 41), sedangkan Yehuda kemudian dibawa tertawan oleh Babilon (lih. 2Raj 25:1-30; 2Taw 36:1-23; Yer 11:1-17; Yeh 17:16-21).
PERJANJIAN
ALLAH DENGAN ISHAK.
- 1) Allah ingin menegakkan perjanjian Abraham dengan setiap angkatan berikutnya, berawal dengan putranya Ishak (lih. Kej 17:21). Dengan kata lain, tidaklah cukup bahwa Ishak adalah anak Abraham; ia juga harus menerima janji-janji Allah dengan iman. Hanya demikianlah Allah dapat berfirman, "Aku menyertai engkau; Aku akan memberkati engkau dan membuat banyak keturunanmu" (Kej 26:24).
- 2) Sepanjang 20 tahun pertama pernikahan mereka, Ishak dan Ribka tidak punya anak (bd. Kej 25:20,26). Rahim Ribka baru dibuka setelah Ishak dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan agar istrinya mengandung (Kej 25:21). Doa yang dijawab ini menunjukkan bahwa penggenapan perjanjian itu tidak tercapai melalui sarana-sarana alami, tetapi hanya melalui tindakan kemurahan Allah ketika menanggapi doa dan usaha mencari diri-Nya
(lihat
cat. --> Kej
25:21).
[atau
--> Kej
25:21]
- 3) Juga Ishak harus taat supaya terus menerima berkat-berkat perjanjian. Misalnya, ketika kelaparan menimpa Kanaan, Allah memberitahukan Ishak agar tidak mengungsi ke Mesir, tetapi tetap tinggal di negeri itu. Apabila dia taat, Allah berjanji akan "menepati sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu" (Kej 26:3;
lihat
cat. --> Kej
26:5).
[atau
--> Kej
26:5]
PERJANJIAN
ALLAH DENGAN YAKUB.
- 1) Ishak dan Ribka memiliki dua orang anak, Esau dan Yakub. Biasanya berkat perjanjian diwariskan kepada yang sulung, yaitu Esau. Tetapi Allah menyatakan kepada Ribka bahwa saudara kembar yang tua akan melayani saudara kembar yang muda, dan Esau sendiri memandang rendah hak kesulungannya
(lihat
cat. --> Kej
25:31).
[atau
--> Kej
25:31]
Apalagi,
dia menunjukkan ketidakacuhan kepada standar-standar benar orang-tuanya dengan
menikahi dua wanita yang bukan pengikut Allah yang benar. Singkatnya, Esau tidak
menunjukkan perhatian pada berkat-berkat perjanjian Allah. Oleh karena itu,
Yakub, yang menginginkan berkat-berkat rohani masa depan, menerima janji-janji
itu dan bukan Esau (Kej
28:13-15).
- 2) Seperti halnya dengan Abraham dan Ishak, perjanjian dengan Yakub menuntut "ketaatan karena iman" (Rom 1:5; versi Inggris NIV) bagi kesinambungannya. Selama sebagian besar hidupnya, leluhur ini bergantung pada kelicikannya sendiri untuk bertahan hidup dan berhasil. Ketika Yakub akhirnya taat kepada perintah dan kehendak Tuhan (Kej 31:13) untuk meninggalkan Haran dan kembali ke tanah Kanaan yang dijanjikan, dan secara lebih khusus ke Betel (Kej 35:1-7), barulah Allah memperbaharui janji-janji dari perjanjian yang dibuatnya kepada Abraham dengan Yakub (Kej 35:9-13). Untuk keterangan lebih lanjut mengenai perjanjian, lih. art. PERJANJIAN ALLAH DENGAN BANGSA ISRAEL.
Yesus
adalah Keturunan
Apakah
Anda melihatnya? Yesus adalah Keturunan yang melalui Dia perjanjian itu dibuat,
dan perjanjian itu telah disahkan oleh Allah dalam Kristus. Yesus,
Keturunan, ada saat Allah mensahkan perjanjian dimana Abram dan
keturunan-keturunannya akan menjadi penerima keuntungan. Saat Abram tertidur ”kelihatanlah
perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara
potongan-potongan daging itu” (ay 17). Tidak hanya satu, tetapi ada dua
benda yang muncul dan melewati darah perjanjian. Allah hadir. Keturunan Abraham
yang sekarang kita kenal sebagai Yesus Kristus, hadir. Perjanjian telah
disahkan, dan bagi Abram, Anda dan saya, selamanya aman, karena berlangsungnya
perjanjian tersebut tidak terbgantung pada Anda dan saya, namun hanya
tergantung pada Yesus. Dia setia, Dia tidak berubah, Dia adalah Allah dan
Dia adalah manusia. Didalam Dia ada kesetiaan pada bagian Allah, dan dalam Dia
ada kesetiaan pada bagian manusia. Perjanjian Baru dalam Tuhan Yesus Kristus
adalah PERJANJIAN YANG TAK TERPATAHKAN!
berlangsungnya
perjanjian tersebut tidak terbgantung pada Anda dan saya, namun hanya
tergantung pada Yesus.
Lalu
apa yang kita lakukan? Pertimbangkanlah Yesus dalam setiap aspek kehidupan, dan
responilah sejalan dengan Dia. Dia memimpin kita dalam kehidupan yang saleh.
Dia memberi inspirasi kepada kita dalam iman. Kuasa kesembuhan-Nya,
Kekuatan-Nya dan kemampuan-Nya dimanifestasikan dalam tubuh kita. Kasih dan
kebaikan-Nya terdengar dalam perkataan kita dan terlihat dalam tindakan kita.
Yesus
itu setia. Yesus itu tidak berubah. Yesus adalah Dia yang didalam-Nya
Perjanjian Baru selamanya sempurna dan terjamin. Anda berada di dalam Dia. Hal
itu membuat Anda menjadi apa? Penerima segala hal yang baik yang ditemukan
dalam kehendak Allah, dan menjadi sebuah bejana bagi kasih dan kuasa-Nya
agar melaluinya Dia menjadi dikenal oleh orang-orang disekitar Anda.
Anda
dimampukan untuk menjadi baik dan ada dalam keadaan baik bagi kebaikan Anda
sendiri dan bagi kemuliaan Allah. Dan sebagai seorang pelayan Injil Yesus
Kristus, Anda dimampukan untuk menolong orang lain untuk menjadi baik dan ada
dalam keadaan baik.
Komentar
Posting Komentar