Kisah Kasih Pastor Edward & Levi Supit
Kisah Kasih Pastor Edward & Levi Supit
Kalau anda melihat pasangan ini di jalan atau di mall, jangan heran mereka selalu tampak bergandengan tangan, mesra sekali. Mereka mengaku, sampai saat ini setiap naik mobil bareng dan duduk di belakang, mereka selalu bergandengan tangan dan saling pandang. Sampai saat ini Ps. Ed masih tetap membuka dan menutup pintu mobil bagi isterinya yang luar biasa ini.
Jika orang berpikir bahwa pasangan serasi ini bisa tetap mesra karena mereka pasangan yang memiliki banyak kesamaan, orang pasti kecele. Ps. Ed mengaku bahwa dirinya dengan isterinya bagaikan bumi dan langit. Kalau Ed orangnya introvert, Levi extrovert banget. Kalau Ed suka kerapian, Levi rada berantakan : artinya sehabis mandi lantai dan tembok kamar mandi penuh cipratan air, pakaian dan sepatu di lepas atau dilempar kemana-mana(?) sehingga Ps. Ed-lah yang harus memunguti pakaian dan sepatu dan meletakkannya di tempat yang seharusnya. Kalau Ps. Ed memencet odol teratur dari bagian terbawah odol, Levi memencet odol di bagian mana saja yang enak. Kalau Ps. Ed dandan itu lama banget, Levi berdandan yang praktis saja, 'kan dia sudah cantik banget? Kalau Ed menyeruput kopi Starbucks pelan-pelan sambil menikmati rasa dan aromanya, Levi dengan cepat glek glek glek minum kopinya. Kalau Ps. Ed suka menyendiri di pesta pernikahan, Levi suka ketemu dan gaul dengan orang banyak. Banyak lagi perbedaan mereka, namun satu hal kesamaan mereka: mereka berkomitmen untuk menjaga kebahagiaan dan keutuhan rumah tangga mereka. Mereka selalu mencari jalan tengah bagi perbedaan-perbedaan itu. Misalnya saja, tentang kamar mandi, mereka sepakat untuk membagi kamar mandi: kamar mandi yang satu adalah wilayahnya Levi : boleh berantakan; wilayah sebelahnya adalah kawasan Ps. Ed, rapi sekali, kering dan bersih.
Ps. Ed menuturkan awal dari cinta kasih mereka. Setelah dua tiga kali ditolak cintanya Ed merasa jutek dengan gadis-gadis, sehingga ia lebih suka clubbing dengan teman-teman cowoknya saja. Pada suatu masa liburan, pulang dari Amerika Serikat, Ed dipanggil maminya :
"Ed, ada gadis anaknya teman mama mau minta tolong soal studi di Amrik nih..."
"Males ah, mam!"
"Eh, jangan gitu..."
"Gadis yang ini lain, Ed. Dia cakep lho..."
"Ya, nanti saya telpon deh!"
Ps. Ed yang ogah-ogahan ketemu cewek karena masih trauma akhirnya telpon Levi.
"Bisa ketemu malam ini gak?"
"Jam berapa?"
"Baru keluar rumah jam 9"
"Wah, gawat nih..." pikir Levi, karena di dalam keluarganya aturan sangat ketat, di atas jam 9 tidak boleh keluar rumah atau terima tamu, maka Levi minta izin dulu sama orang tuanya untuk terima tamu jam 9 malam lebih. Untunglah orangtua Levi sudah mengenal keluarga Edward, sehingga Levi boleh menerima tamu malam itu.
Bel berbunyi, seorang gadis lulusan SMA Tarakanita berjalan keluar dari pintu rumahnya menuju pintu pagar yang cukup jauh. Ed menunggu untuk segera melihat wajah gadis itu. Karena pagarnya tertutup, ia hanya bisa melongok dari bagian bawah pintu pagar dan melihat kaki-kaki yang jenjang berjalan menuju dirinya. "Ah, kakinya panjang dan indah.." pikir Ed, berharap pemilik kaki kaki itu adalah gadis yang cantik. Pintu pagar terbuka. Ed kaget karena di depannya ada gadis cantik. Levi kaget karena di depannya ada "oom-oom" karena pada waktu itu Ed yang belum percaya Tuhan Yesus masih bergaya cowok diskotik, pakai gelang rantai di tangannya dan penampilannya ibarat cowok metroseksual.
Mereka mengobrol. Ed menjelaskan informasi-informasi yang perlu diketahui Levi untuk studi di States, namun Ed sengaja tidak menceritakan semuanya, supaya ada alasan buat ketemu Levi lagi, karena saat itu juga terjadi cinta pada pandangan pertama.
Di pihak Levi, memang ia sudah berdoa kepada Tuhan agar ia dipertemukan dengan seorang pendamping hidupnya, tidak usah gonta-ganti pacar, dan saat bertemu Ed, ia tahu bahwa Edward-lah jodoh dari Tuhan.
Sejak saat itu Edward selalu rindu Levi. Bahkan ketika Ed bersama-sama teman-temannya piknik ke Bali, Ed tidak tahan dan kembali ke Jakarta untuk ketemu Levi, padahal ia baru satu hari di sana dari rencana piknik selama empat hari. Sejak saat itu mereka membangun hubungan kasih yang kudus dan berlanjut ke dalam mahligai pernikahan.
Mereka bilang, "Jangan pernah terucap kata-kata 'Kita cerai saja!' dalam perkawinan kita." Karena itu anak-anak mereka yang sangat respek pada kehidupan orang tua mereka mengatakan, "Kalau besar, saya mau jadi seperti daddy dan mami, jadi hamba Tuhan!" Padahal banyak anak hamba Tuhan yang dikecewakan oleh pelayanan orang tuanya, karena orang tua tidak jadi teladan di dalam rumahnya sendiri.
Apabila anda ingin menikmati kehidupan pernikahan yang berbahagia, dapatkan resepnya di dalam buku "Mukjizat Kehidupan", sebuah buku kesaksian tentang dua orang pengusaha yang mengalami mukjizat yang nyata di dalam kehidupan pribadi, keluarga dan bisnis mereka. Mereka dipulihkan dan menang.
Komentar
Posting Komentar