Makna Hari Raya Purim
Makna Purim
Dalam
kitab Ester 9:20-32 kita menemukan tulisan mengenai ditetapkannya hari
raya Purim, yaitu hari raya untuk memperingati bebasnya orang-orang
Yahudi dari suatu upaya persekongkolan di istana Persia, yang dilakukan
oleh Haman, untuk menghancurkan semua orang Yahudi.
Hari
raya Purim diperingati setiap tanggal 14 pada bulan Adar, menurut
kalender Ibrani. Menurut perhitungan, biasanya hari raya ini jatuh pada
bulan Maret, menurut kalender Masehi. Sayangnya, sebagian besar orang
Kristen tidak lagi ikut merayakan Purim. Padahal, bagi orang-orang
Yahudi, Purim merupakan hari raya yang paling meriah. Melalui hari raya
Purim, kita diingatkan akan pentingnya menolak segala bentuk
diskriminasi, baik diskriminasi berdasarkan ras, suku, jenis kelamin
maupun agama.
Bukan
hanya itu saja, hari raya Purim juga diwarnai dengan tradisi-tradisi
yang sangat baik untuk tetap dipelihara. Di antara tradisi-tradisi
tersebut terdapat empat tradisi yang cukup penting, yaitu: membaca kitab
Ester (qeriat hammegilla), memberikan bingkisan berupa makanan dan minuman (mishloakh manot), memberikan amal kepada orang-orang miskin (mattanot la’evyonim) serta makan bersama dalam bentuk perjamuan (se’dat Purim). Tradisi-tradisi ini berangkat dari tradisi yang ditetapkan oleh Ester dalam perayaan Purim itu sendiri (Ester 9:22).
Dari antara keempat tradisi tersebut, tradisi mishloakh manot (pemberian bingkisan berupa makanan dan minuman) menjadi tradisi yang paling menonjol dalam perayaan Purim.
Berdasarkan halakha (kumpulan hukum Yahudi), setiap orang Yahudi yang telah berumur di atas bar atau bath mitswa (di
atas 12 atau 13 tahun), wajib mengirimkan dua jenis berbeda makanan
siap makan kepada seorang temannya, serta dua bentuk amal (baik uang
maupun makanan) kepada dua orang miskin.
Di dalam halakha, disebutkan beberapa aturan pokok mengenai tradisi mishloakh manot, antara lain:
1. Mishloakh manot haruslah dilakukan selama matahari masih bersinar di hari Purim, lebih baik setelah pembacaan kitab Ester;
2. Jika kita memiliki anak-anak, pastikan juga bahwa mereka mengirimkan misloakh manot kepada teman-teman mereka. Hal ini sangat menyenangkan dan sekaligus merupakan cara kita melatih mereka sejak dini;
3. Secara tradisi, misloakh manot
dikirimkan melalui orang ketiga. Anak-anak kecil merupakan utusan yang
sangat antusias. Juga, kita dihimbau untuk memberikan sesuatu yang
menyenangkan kepada anak-anak yang mengantarkan mishloakh manot ke rumah kita, dan ingatkan mereka untuk mengucapkan doa berkat;
4. Untuk alasan kesopanan, laki-laki haruslah mengirimkan mishloakh manot kepada
teman laki-lakinya, demikian juga perempuan mengirimkan kepada teman
perempuannya. Aturan ini cukup kontras dengan tradisi di Hari Valentine.
Bisa juga, satu keluarga mengirimkan kepada keluarga yang lain;
5. Tidaklah wajib untuk mengirimkan mishloakh manot
kepada mereka yang sedang berduka. Meski demikian, dalam hari raya
Purim, orang-orang yang berduka harus diberi penghiburan. Karenanya, ada
semboyan dalam hari raya Purim dimana “tidak boleh ada satu orang pun
dalam satu kota yang merasakan kesedihan di hari raya Purim.”
6. Meskipun secara hukum kita diwajibkan mengirimkan mishloakh manot hanya kepada satu orang, namun, orang yang memberikan mishloakh manot kepada lebih dari satu orang disebut “orang yang sangat diberkati.”
7. Mishloakh manot haruslah berisi makanan yang layak dimakan (kosher).
Masih banyak aturan lain mengenai mishloakh manot dalam
hari raya Purim. Tetapi, intinya tradisi ini sangatlah baik untuk
diterapkan dalam konteks kekristenan. Bayangkan saja, jika dalam satu
kota terdapat 100 orang Kristen, maka, jika setiap satu orang Kristen
memberi makan dua orang miskin dalam sehari, akan ada 200 orang miskin
yang mendapatkan makanan secara cuma-cuma pada hari itu. Suatu tradisi
yang baik, bukan?
Dengan
cara ini, “kasih” yang menjadi inti dari pemberitaan Yesus, bahkan inti
dari isi Alkitab, benar-benar dapat direalisasikan, tidak sekedar
menjadi slogan yang kosong.
Komentar
Posting Komentar