DUPA
DUPA
Keluaran 40:27 (TB) Dibakarnyalah di atasnya ukupan dari wangi-wangian seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
Dalam Alkitab, dupa memiliki makna simbolis penting yang melambangkan doa umat Allah naik kepada Tuhan. Penggunaan dupa diatur secara rinci dalam Perjanjian Lama untuk ibadah di Kemah Suci dan Bait Suci, sementara Perjanjian Baru menggambarkan dupa sebagai simbol doa orang-orang kudus yang naik ke hadapan Tuhan. Dupa digunakan sebagai tanda penghormatan, rasa syukur, dan permohonan, serta untuk menciptakan suasana suci dalam ibadah.
Dupa Kata Ibrani yang digunakan untuk parfum adalah qetoreth, yang bukan saja berarti dupa atau parfum tapi juga berarti asap bakaran yang manis.
Dupa yang menyala-nyala di atas mezbah memberikan aroma yang menyenangkan bagi Allah dan menandakan bahwa orang Israel mematuhi perintah Allah atas tabernakel
Makna dalam Perjanjian Lama
Perintah Tuhan: Allah memerintahkan Musa untuk membuat dupa dan mezbah dupa untuk digunakan di Kemah Suci dan Bait Suci (Keluaran 30:1-5, 6-9).
Persembahan harian: Dupa dibakar dua kali sehari, pagi dan sore, di atas mezbah dupa sebagai bagian dari ibadah rutin di hadapan Tuhan.
Ritual khusus: Imam besar membakar dupa pada hari besar pendamaian (Yom Kippur) di dalam Ruang Mahakudus.
Simbolisme: Dupa membangkitkan rasa doa dan penghormatan umat yang naik ke hadapan Allah. Hal ini digambarkan dalam Mazmur 141:2: "Biarlah doaku dipersembahkan kepada-Mu seperti kemenyan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan pada waktu petang".
Makna dalam Perjanjian Baru
Dalam Wahyu 5: 8 disampaikan tentang pentingnya kemenyan. “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.”
Dupa yang selalu dibakar oleh Harun di tabernakel Perjanjian Lama, menunjukkan doa-doa yang kita persembahkan kepada Tuhan. Doa kita, seperti dupa, harus diasinkan, dimurnikan, dan suci. Ini adalah korban bakaran yang manis dan menyenangkan hati Tuhan.
Doa orang kudus: Kitab Wahyu menggambarkan dupa sebagai simbol doa umat Kristen yang naik ke surga (Wahyu 5:8, 8:3-4).
Representasi ibadah surgawi: Penggunaan dupa dalam Wahyu 5:8 menggambarkan ibadah surgawi yang dihadiri oleh para malaikat dan orang-orang kudus.
Sahabat Joshua Ivan Sudrajat membakar dupa memainkan peran penting. Asap yang mengepul menandakan penyembahan orang Israel naik kepada Tuhan, dan aromanya yang harum menggambarkan penerimaan dan kesenangan-Nya dengan pengabdian mereka. Getah pohon lontar, juga disebut "getah resin," diambil dari kulit pohon mur dan digiling menjadi bubuk; onycha dibuat dari kerokan cangkang moluska yang digiling; galbanum adalah resin yang berasal dari tanaman ferula; dan kemenyan adalah resin yang diperoleh dari pohon boswellia. Selain itu, garam ditambahkan ke dalam campuran. Sifat anti-bakteri garam berfungsi untuk mencegah pembusukan, dan melambangkan kemurnian bahan-bahan. Tuhan menugaskan imam besar peran untuk membakar campuran yang tepat ini di atas mezbah dupa . Mezbah memainkan peran penting dalam kegiatan ibadah harian dan tahunan yang melambangkan hubungan Israel dengan Tuhan. Terbuat dari kayu akasia dan dilapisi emas, mezbah itu berukuran tinggi tiga kaki dan berukuran delapan belas inci persegi, dengan tanduk di setiap sudutnya. Mezbah itu terletak di Tempat Kudus Raya Pendamaian
Imam besar membakar dupa dua kali sehari, sekali sebelum persembahan pagi dan sekali lagi setelah persembahan petang ( Keluaran 30:7-8 ). Selain itu, di, sebuah upacara khusus yang melibatkan dupa berlangsung. Imam besar memasuki Ruang Maha Kudus dengan dupa yang menyala dalam pedupaan, menciptakan awan asap pelindung di atas tutup pendamaian—penutup tabut perjanjian. Asap melambangkan doa umat dan melindungi imam besar dari hadirat langsung Allah, memastikan keselamatannya ( Imamat 16:12–13 ).
Tuhan Yesus Memberkati
JATIWANGI 16 Oktober 2025
Joshua Ivan Sudrajat
Komentar
Posting Komentar